Minggu, 25 November 2012

Habis mandi masih pake handuk




Sabtu, 24 November 2012

Paha tante girang montok




Aku Sadar Dijadikan Obyek Onani Oleh Anakku

Aku Sadar Dijadikan Obyek Onani Oleh Anakku, Dalam cerita ini saya menamakan diri saya, “Heather”. Ini bukan nama saya yang asli, untuk suatu alasan yang saya pikir paling baik untuk cerita ini dan tidak perlu kita pikirkan apa alasannya. Tapi jika memang anda memikirkan alasanku untuk merubah Nama, saya yakin anda tau apa alsannya.

Aku adalah seorang janda yang berumur 35 tahun dan menjadi orang tua tunggal bagi anak ku. Tinggiku sekitar 165 cm dengan berat badan kurang lebih 57 – 60 kg. Aku tau, kebanyakan wanita tidak berani mengatakan tentang berat badan mereka, tapi saya punya kelebihan dan keberanian untuk mengatakan keadaan tubuhku sekarang karena aku tidak dikenal, sebenarnya tidak ada yang berbeda dalam cerita ini.

Ukuran cup payudaraku 36 D, ukuran pinggangku cukup proporsional, dan ukuran celana jeans 34 mengikuti ukurang pinggulku, dan ukuran pantatku dimana sekarang umurku menginjak 35 tahun maka pantatku sedang bahenol – bahenolnya, dan aku miliki kelebihan ini sejak umurku 20 tahun. Tapi aku menganjurkan bahwa ukuran pantatku ini jangan dijadikan sebagai barometer atau patokan untuk menilai perempuan, Tuhan tau yang terbaik untuk itu, dan Tuhan memberikan anugerah ini kepada aku, yaitu pantatku yang sekarang ini, itu yang membuat almarhum suamiku tertarik kepadaku, dan dia sangat senang dengan keberadaan pantatku yang seperti itu.

Aku lanjutkan ceritaku, sekitar 5 tahun yang lalu, aku kehilangan suamiku karena penyakit kanker. Dia berjuang sekuat tenaga melawan maut untuk sembuh dari penyakitnya, tapi akhirnya sekarang dia sudah beristirahat dengan damai, itu adalah suatu kenyataan yang sulit aku terima, bukan saja aku, tapi juga anak laki-laki ku yang berumur 10 tahun pada saat itu. Kami berdua sangat kehilangan seorang Suami-Ayah yang baik, dan untuk waktu yang lama aku terus berpikir dan mengkhayal jika suatu waktu dunia bisa membawa kami bertiga di dalam kegembiraan dan kesukaan yang pernah kami alami bersama.

Sebagai konsekwensi dari kematian suami ku, anak laki ku, yang tidak akan kusebutkan namanya disini, tanpa kusadari seiring dengan berjalannya waktu dia sudah bertambah besar dan dewasa dengan cepat. Dia tetap menjadi anak laki2 remaja yang serius, tapi diusianya yang masih remaja ini dia tetap melakukan berbagai macam pekerjaan rumah seperti memangkas rumput di halaman rumah kami dan semua pekerjaan kecil yang mudah ataupun pekerjaan yang berat. Memang menurun dari sifat ayahnya, berdedikasi, penyayang dan memberi tanpa pamrih. Tidak ada pekerjaan rumah yang bisa saya minta darinya untuk saya kerjakan sebelum dia mencoba untuk mengerjakannya sendiri dan bisa diselesaikan dengan baik, walaupun pekerjaan itu diluar kemampuannya. Dia tetap berusaha dengan baik.

Di tahun pertama tanpa suami dan ayah diatara kami, pada malam hari aku selalu menangis, dan itulah sebabnya anak ku kehilangan masa2 riangnya, tetapi dia selalu datang kepadaku saat malam hari aku menangis dan melingkarkan tanganya di pundak ku, dan mengatakan,” Sudah Mam, Sudah”. Dia mencoba membuatku lebih nyaman, dan aku merasa seperti berbunga bunga dibuatnya ketika dia menyeka air mataku, ketika setiap malam perasaan ku hancur diterjang badai, aku akan terus sayang dan setia kepada anaku ini sepanjang hidupku. Dan pasti anda akan menduga, bahwa sepanjang hidupku aku pasti akan terus membutukan dan bergantung kepada anak laki ku. Hari ke hari, minggu ke minggu dan tahun ke tahun, Dian menjadi seperti Batu karang yang sangat kokoh, itu yang mungkin bisa kugambarkan tentang kepribadian anakku yang cukup tegar dalam mengarungi hidup ini, dan dia juga menjadi alasan utamaku untuk tetap hidup dan bertahan sampai saat ini, dan aku akan melakukan apapun untuknya.

Satu bulan setelah ulang tahunnya yang ke – 14 aku mulai memperhatikan dia, bahwa anak laki ku ini sudah mulai berubah. Dia bertumbuh semakin tinggi, terlihat semakin segar, dan ketampanan yang tetap melekat pada wajahnya, dan disuatu malam saya mulai menyadari bahwa dia lebih dari seorang anak laki – laki yang mulai bertumbuh dewasa dan itu memang benar saya akui, segala ketegaran dan ketabahannya yang hadir di dalam hidupku, juga memberikan dampak pada diriku.

Seperti yang anda ketahui, suatu malam aku mengalami kesepian yang teramat sangat. Dimana sudah terlalu larut malam, dan aku mengetahui bahwa anak ku juga sudah tidur. Jadi aku menenggak beberapa gelas anggur merah (red wine) untuk melonggarkan ketegangan dari kesepian yang ada pada diriku, lau aku kembali kekamar untuk kembali menghadapi kesepianku. Aku membuat suatu kegiatan pribadi untuk menghabiskan rasa kesepianku, mengganti pakaian ku dengan gaun tidur satin berwarna hitam yang bisa diterawang oleh mata, tembus padang yang bisa memerkan lekuk tubuhku, dengan celana dalam sexy yang terbingkai diantara selangkanganku yang bulu – bulu halusnya selalu tertata rapih. Aku juga tidak mengerti kenapa aku selalu sangat bangga untuk menjaga bagian vital kewanitaan tetap ditumbuhi bulu, mungkin hal tersebut adalah suatu fakta yang menjadikan aku tetap merasa sebagai wanita yang selalu tampil cantik. Aku tetap menjaga bulu2 pirangku, dan kadang kadang juga memakaikan formula khusus pada buluku ini. Aku ingin selalu tampil sexy, menggairahkan, dan selalu diinginkan. Aku menduga, mungkin yang menginginkan diriku ya hanya diriku, aku selalu ingin merasakan gairah itu, walaupun hanya sedikit terasa pada diriku, disaat suamiku masih hidup, dan sebelum dia sakit.

Setelah saya bercermin dan melihat diriku sendiri, aku membelai tubuhku dan merasakan suatu sensasi dari gaun tidur ku yang sexy, yang membelai kulitku, lalu aku manggapai laci lemariku yang paling atas dan mengambil dildo getar/vibrator (alat bantu massturbasi) kepercayaanku. Hal yang menyedihkan adalah karena aku teringat tentang hubungan suami istri tentang aku dan suami ku beberapa tahun yang lalu, yang memang aku sarankan kepada diriku untuk mengingatnya sebagi bahan masturbasiku, tapi aku tau aku tidak bisa mengigatnya kembali secara penuh untuk mencapai orgasme ku dalam bermasturbasi.

Aku langsung membaringkan tubuhku ke tempat tidur, dan membuka pahaku mengangkang selebar dan senyaman mungkin dan aku mulai memuaskan diriku. Dengan perlahan saat pertama, agar bisa merangsang vagina dan klitorisku yang perlahan semakin menonjol, aku merasakan getaran yang berdesir sangat halus namun terasa sangat kuat merangasang G-spotku yang sangat sensitif, yang secara otomatis membuat diriku menggerakan tubuhku naik dan turun mengikuti intonasi dari getaran2 tersebut, dan aku berharap kepada seluruh dunia bahwa itu adalah Penis yang sesungguhnya, yang mendesak dengan keras dan menggiringku ke dalam godaan, memaksa diriku masuk kedalam persetubuhan memuaskan yang sangat panjang.

Aku tidak tau kapan Anak laki ku terbangun, tapi intinya bukan karena dia terbangun. Intinya adalah, bahwa aku lupa untuk menutup pintu kamar tidurku, mungkin anggur (wine) yang aku minum tadi sebelum tidur telah membuat ku menjadi pelupa, tapi melihat kejadian ini aku menjadi ragu bahwa hal ini hanya kelupaan belaka.

Aku tidak tau sudah berapa lama dia memperhatikan diriku, tapi dari mataku yang setengah tertutup aku dapat melihat bayangannya dari cermin yang ada di kamarku. Matanya menatap sepenuhnya kepada diriku, dan bayangan tatapan mata coklatnya yang dalam memperlihatkan gairah nafsu birahi yang sedang terbakar yang tidak bisa aku temukan pada orang lain, kecuali dari almarhum suamiku yang telah lama meninggal.

Dan intinya juga, aku sedang melakukan penetrasi memasukan Vibrator ke dalam Vaginaku dengan pompaan2 yang sangat liar, merasakan getaran2 erotis dari vibrator itu yang menyentuh ujung dari klitorisku, sambil mendengarkan suara2 yang dikeluarkan dari Vaginaku yang basah dan becek sewaktu aku memompa vaginaku dengan genggaman alat seks yang batangnya aku tancapkan berulang kali sedalam dalamnya kedalam vaginaku. Sementara itu anak laki ku sudah berdiri menyenderkan badannya di bibir pintu sambil memperhatikan dengan sesksama, matanya terpaku pada setiap gerakan kecepatan sodokan yang kubuat dengan sangat bergairah dan menimbulkan suara gemercik dan kilauan basah pada celah vaginaku. Aku juga melihat dia mengocok batang penisnya dengan cepat, tangannya dengan liar mengocok batang penisnya yang keras, besar dan panjang dengan memompanya keatas dan kebawah sambil dia memperhatikanku dengan seksama.

Aku tau, seharusnya aku menghentikan perbuatanku disini, tapi sangat susah sekali untuk menghentikannya karena memang sudah 4 tahun tidak ada lagi yang menunjukan ketertarikan kepada diriku semenjak suamiku meninggal dunia, saya rasa saya mulai merindukan gairah yang pernah diberikan almarhum suami kepadaku.

Jadi, aku melanjutkan aksi masturbasiku dengan dildo yang berbentuk penis terbuat dari karet dan bisa bergetar itu lebih kencang dan lebih cepat lagi intonasinya menancapkan kedalam lubang surga ku, sementara anak lakiku terlihat bermasturbasi untuk ku. Mengetahui bahwa dirinya melihat diriku secara langsung, hal tersebut seperti mengirimkan getaran2 hasrat pada birahiku untuk menggerakan tubuhku yang terbaring terlentang di atas tempat tidur melalui gerakan punggungku naik dan turun secara perlahan mengikuti intonasi gerakan keluar masuknya vibrator ke dalam Vaginaku. Dan aku mulai menyadari bahwa diriku mulai megeluarkan suara rintihan-rintihan dan erangan-erangan yang aku sangat yakin dia pasti mendengarnya,”Ssssshhh.....ah...yesss....Mmmmpfff. ...aakhhh, enak sekali sayang, masukan semua penismu Sayang....akhhh....”. Suara rintihan yang memang memaksa untuk keluar dari mulutku, untuk sebuar rasa birahi yang tak mungkin tertahankan. Aku merasakan rangsangan yang sangat hebat pada saat itu. Walaupun aku tau bahwa sebenarnya dengan semua gerarakan, tidakan yang aku lakukan sekarang adalah suatu kesalahan.

Lalu aku merasa seperti ditampar oleh suatu kepuasan birahi yang sangat hebat, dan aku tidak bisa mengingat, kapan terakhir aku mendapatkan klimaks seperti itu dengan bermasturbasi beberapa tahun terakhir ini. Sebuah orgasme dari masturbasi yang membuat saraf pada Vaginaku terasa seperti tersetrum oleh listrik tegangan tinggi dan menggetarkan tubuhku serta membuat ku mengeluarkan cairan kepuasan yang mengalir dari lubang vagina yang berkontrasi sangat hebat dan aku merasakan suatu kepuasan yang luar biasa nikmatnya dalam masturbasi kali ini, suatu sensasi yang sungguh tidak bisa dilukiskan jika masturbasi itu ditonton oleh anak kandungku sendiri, yang juga sedang bermasturbasi karena melihat aksiku. Akupun pun terus merintih selama gelombang gelombag birahi terus berdatangan silih berganti menerpa diriku yang sedang sangat bernafsu,” Oh..ah...Oh...yeahhh....aakkkkhhh”,” tanpa kusadari aku Orgasme,”Sial, aku oragasme”, aku berkata kepada diriku sendiri, pinggulku terangkat, tersentak sangat liar dari tempat tidur, dan dari Vagina ku mengalirlah suatu cairan hangat berwana bening pekat seperti lahar yang tercurah dari gairah seksualku, dan aku bisa melihat bayangan anak laki ku yang tetap bermasturbasi mengocok batang penisnya dari cermin kaca yang ada di kamarku, dahinya berkerut dengan wajah yang penuh dengan konsentrasi memperhatikan garak geriku dan setiap inci dari tubuh ibu kandungnya ini, yang akhirnya dapat kulihat dengan jelas dengan kedua mataku bahwa dia juga berhasil menggapai sebuah intisari dari kenikmatan bermasturbasi dengan sugguhan nyata, aku melihat dengan jelas Penisnya menyemprotkan dengan hebat cairan berwarna Putih, dengan deras spermanya yang sangat pekat keluar dari ujung kepala penis seorang anak laki laki ku yang lembut dan penyayang, yang dia tumpahkan sangat banyak sehingga tercecer ke lantai. Pemandangan yang kulihat dengan keadaan mata tertutup setengah itu sungguh nyata, dan sangat cukup membuatku kembali terserang oleh gelombang rangsangan gairah orgasme, Vaginaku kembali bergetar sangat liar dan aku mulai merasakan kegilaan gairah orgasme itu sekali lagi, aku pejamkan mataku dan aku mulai mengerang dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya, seiring aku merasakan orgasme untuk yang kedua kali akhirnya orgasme itu berangsur-angsur menurun dari gairah yang sangat tinggi, aku mulai membuka mataku dan melihat ke cermin, ternyata Anak ku telah pergi dari situ dan menghilang dengan cepat dari pandanganku.
Setelah kejadian itu, aku habiskan sisa waktu dari malam itu di kamar merenung sambil meringkuk di atas tempat tidur dan merasa bersalah dan malu akan kejadian yang baru saja terjadi, merasa menjadi seperti seorang Ibu yang paling buruk di muka bumi ini, sambil merasakan tetes2 terakhir cairan kewanitaanku yang keluar dari liang Vagina yang membasahi liang kenikmatan itu. Aku merasakan kenikmatan dari sebuah dosa, walupun bukan persetubuhan, tapi itu juga sudah pasti sebuah dosa. Dengan air mata yang berusaha aku bendung di mataku, aku mengutuk perbuatan yang tadi aku lakukan di depan anak lakiku, dan semua perbuatan buruk ku yang telah kuperbuat dengan penuh rasa penyesalan.

Setiap malam hari aku terus berpikir tentang kejadian itu kembali mengingat gerakan demi gerakan yang aku lakukan dan yang anak ku lakukan, dengan jelas sekali tergambar di dalam benakku dan kejadian itu benar2 menggetarkan hatiku dan membuatku sangat gerah dan gemas, saat anak laki ku menyemprotkan Spermanya sambil melihat Ibunya orgasme dengan liar berkali kali dihadapannya, tapi tetap saja peristiwa itu membuatku kagum walaupun aku merasa jijik dan muak bila mengingatnya. Semua kejadian saat itu secara terperinci berdesir ke di dalam benaku dan terus bertanya kepada diriku, mengapa aku mengizinkan itu terjadi. Apakah saya membutuhkan kejadian seperti malam itu, untuk membangkitkan gairah nafsuku, dengan cara mempertontonkan ketelanjanganku dan gaya masturbasiku di depan anakku? Aku berpikir dan menyadari bahwa aku tidak mempunyai jawaban untuk hal tersebut, dan aku meragukan kapan aku bisa menjawab pertanyaan itu.

Aku tidak tau mengapa, saat aku sudah terhanyut di dalam tidurku, dan aku terbangun sudah di pagi yang baru, dan aku cepat2 mengganti gaun tidurku yang sangat sexy itu yang memang setiap malam aku gunakan untuk tidur, memang aku akui setelah kejadian itu aku pernah bersumpah dengan sumpah serapahku untuk tidak akan pernah menggunakan gaun tidur itu lagi, aku merasa kotor, nista dan sangat mesum jika teringat kembali saat aku merasakan nikmatnya suatu kepuasan oragasme yang sangat tinggi yang pernah terjadi dalam hidupku dari masturbasi kali itu, dengan melihat Anak lakiku yang sedang oragasme menyemprotkan sperma serta ceceran spremanya mengalir ke lantai, dan melihat diriku yang sedang menyetubuhi diri sendiri. Langsung aku lepas gaun tidurku itu dan mengambil kimono ku memakai dan mengikatkan talinya di pinggangku. Dengan cepat aku menuju ke kamar mandi untuk segera mandi dan membersihkan diri, karena aku merasa jijik dan muak kepada diriku sendiri setelah semalaman tidur dengan gaunku itu. Sekarang aku mulai mengetuk dahulu pintu kamar madiku sebelum aku menerobos masuk kedalam, aku selalu waspada terhadap segala hal, jika ada yang diam2 mengintip atau tidak sengaja memperhatikan diriku sewaktu aku mandi atau berganti pakaian, tapi kadang aku juga berharap untuk tau jika memang dia sedang mengintip atau memperhatikanku selagi aku mandi atau mengganti pakaian.

Yang aku takutkan dan yang aku harapkan pun terjadi, ketika ku buka pintu kamar mandi, aku melihat sesosok tubuh yang ternyata adalah Anak laki ku yang sedang asik berada dibawah pancuran air dimana dia sedang mengocok batang penisnya yang keras dan besar dengan sangat liar dengan buih2 sabun yang berlumur pada tangan dan penisnya. Aku berdiri terdiam sejenak untuk beberapa saat memperhatikan dan menelan semua apa yang kulihat saat itu, tangannya yang sedang menggenggam dengan erat Batang kejantanan yang sangat keras seperti baja dan secara liar memaju mundurkan genggaman itu pada penisnya, lalu dia menyadari akan kehadiran ku disitu dan terlihat dari wajahnya yang pucat pasi disertai kepanikan,” Mam, aduh...ngapain disitu..aduh...!!!” kata anak ku dengan sangat panik, matanya terlihat langsung bekaca-kaca tapi dia berusaha menutupi rasa pucatnya, lalu dengan rasa malu dan kebingungannya dia berusaha menutupi penisnya dengan kedua tangannya.

“Oh..kamu, Maaf Sayang....seharusnya mama mengetuk dulu, sebelum masuk” kataku dengan nada suara halus dan penuh keibuan, tapi aku tidak beranjak dari situ, karena memang aku tidak mau pergi dari situ. Malahan aku melihat kearahnya sekali lagi. Dia tetap mencoba dengan susah payah menyembunyikan penisnya dari ku dengan kedua tangannya, tapi harus ku akui bahwa sangat susah untuk menyembunyikan penis yang sedang ereksi sebesar itu.” Gpp.., sayang...Memang sudah seharusnya kamu merasakan hal itu, dan itu merupakan hal yang umum di umurmu”, aku katakan hal itu kepadanya dengan senyum simpul di bibirku dengan penuh pengertian kepada.

Aku tau, kali ini dia tidak mengerti maksud dari ku barusan, dia masih terlihat takut dan kaget dengan kehadiranku didekatnya sambil melihat tubuh telanjang dan penis besarnya yang mulai perlahan mengecil berubah menjadi agak lembek karena ketakutannya.” Kita bicarakan hal ini, ketika kamu sudah selesai “, aku katakan kepadanya sekali lagi dan tidak lupa tetap menyimpulkan senyum di bibirku kepadanya, lalu aku meninggalkan dia di kamar mandi beranjak dari situ dan turun ke bawah menuju ke dapur.

Langkah demi langkah aku menjauh dari kamar mandi untuk menuju ke dapur, aku bisa merasakan rangsangan dari apa yang kulihat tadi, perlahan lahan dari satu langkah kelangkah selanjutnya mulai membuat Vaginaku menetesakan cairan sehingga aku mulai merasakan basah di daerah selangkanganku, dan dapat kurasakan wewangian dari gairah birahi yang mulai merasuk ke dalam napasku secara halus dan perlahan. Terbersit kembali olehku pada kejadian di kamar mandi tadi, hanya penis keras, besar dan panjang milik anak ku yang kembali membakar ku kedalam keinginan birahi, dan semua kutukan kasar yang pernah ku ucapkan untuk diriku sendiri atas kejadian yang pernah terjadi pada kami berdua tinggal kenangan, karena klitoris dalam vaginaku sudah mengemis dan memohon untuk sebuah perhatian.
Sesampainya aku di dapur, aku membuat secangkir kopi untuk diriku sendiri lalu aku duduk di kursi meja makan dengan kaki menyilang dimana kedua pahaku menumpu ke paha yang satunya, aku tegangkan silangan pahaku sekuat mungkin sehingga Vaginaku terjepit dan tertutup rapat akibat dari tekanan silangan pahaku untuk memudahkan diriku menahahan denyutan Vaginaku dari rangsangan birahi yang mulai menyergapku dan memberikan aku waktu sesaat sampai sebelum anak ku turun ke bawah. Menurutku ini adalah saat yang tepat bagi diriku untuk membuat sebuah keputusan, aku akan menjadi pengalaman sex yang pertama bagi anak ku. Tapi hatiku berkata bahwa aku tidak boleh menjadi pengalaman pertamanya. Dia sekarang sudah menjadi pemuda yang tampan, dan aku yakin, mungkin beberapa wanita di sekolahnya ada yang bersedia untuk disetubuhi untuk pertama kalinya oleh anakku. Kemudian setelah saya tau bahwa dia pernah bersetubuh dengan teman wanitanya, barulah aku akan menjadi pengalaman terbaiknya.

Itulah yang kupikirkan sesaat samapai akhirnya anak ku turun kebawah dengan mengenakan kaos dan celana yang agak basah berkeringat, kepalanya tertunduk kebawah dan matanya menatap lantai dengan perasaan yang sangat bersalah, dengan perasaan bercampur malu yang terlukis di wajahnya yang tampan dan manis. Perlahan-lahan dia duduk di kursi yang berada di seberang meja, duduk meghadap kearahku tapi dengan pandangan yang tidak berani memandang kearah mataku, melainkan menatap kearah sekelilingnya dan berharap bisa duduk di tempat lain daripada duduk di kursi itu.


“ Apakah kamu mau membicarakannya?” Aku bertanya kepada dirinya dengan menatap tajam dari seberang meja, walaupun sebenarnya adrenalin gairah birahiku sudah bedenyut berpacu dengan nafsu, dan aku mulai merasakan licin di bagian selangkangan dengan basahnya vaginaku yang perlahan lahan mulai terangsang dan mengeluarkan cairan bening kewanitaanku di diantara sela2 pahaku yang sedang tersilang rapat dan sangat erat, aku mencoba bersuara dengan sangat lembut dan natural tentang semua hal yang baru saja terjadi.
“ Bbbbiiiicara...mengenai apa Maamm.., aku tttiiiidak tauu”, akhirnya dia membalas pertanyaanku dengan suara yang terdengar sangat lemah lembut.

“Gpp ... sayaaang, Mama tidak akan berpikir buruk jika kamu mau membicarakannya”. Aku berbicara dengan tenang, agar membuat dia merasa sedikit lebih nyaman dan mudah untuk mengerti tetang situasi yang ada pada kami sekarang, dan memudahkan dia untuk membicarakannya.

“ Janji ya Mam..!!” Kata anak ku sambil melirik kearah mata ku sesaat, dan kembali menatap kearah meja.Aku menganggukan kepala dan melempar senyum kepadanya sambil berkata,” Ya, mama berjanji.” Jawabku dengan nada yang halus.

“Oke”, kata dia kepadaku sambil sedikit menganggukan kepalanya. Menurutku dia tetap tidak yakin untuk mengatakannya atau mungkin bingung bagaimana harus memulai pembicaraan.

“ Yang kamu tau, sudah sejak kapan kamu mengeluarkan itu kamu?” Aku bertanya terlebih dahulu untuk membuka pembicaraan dan memudahkan dia Anak ku untuk mengatakan yang sejujurnya, tapi pertanyaanku ini bukan dengan maksud untuk tau sudah berapa kali dia menyemprotkan mani/spermanya atau berapa kali dia onani/ masturbasi, atau sejak kapan dia bermasturbasi dengan cara menghayalkan diriku. Seperti anda baca sekarang, bahwa saya sudah mulai terbawa dengan halus kedalam sebuah godaan yang bejat.

“Aku gak tau Mam, kira-kira...Mmm...baru-baru ini aja koq..” Dia menjawab pertanyaan ku dengan menunduk menatap meja, gelisah dan sedikit tidak nyaman.

Sekali lagi aku menganggukan kepalaku menandakan aku mengerti atas jawabannya, dan aku mulai mengajukan lagi beberapa pertanyaan lagi dengan sangat hati-hati. “ Mmm..Setelah kamu...., kamu tau kan itu...,setelah kamu memuaskan dirimu dengan seperti itu, apakah kamu merasa lebih baik?”, aku bertanya sambil merasakan sesuatu yang terus menerus mulai membasahi diantara kedua belah pahaku.

“Kadang”, dia menjawab pertanyaanku. “ Kadang, aku juga merasa kurang puas, Mam.” Dia langsung menyambung jawabannya nada suara yang pelan.

Saya memberikan senyuman lembut kepadanya. Ya Tuhan, saya tau gimana rasanya itu, berarti faktanya adalah kita sama-sama merasakan hal yang sama dalam hal tersebut, aku berkata di dalam hati. “ Itu artinya kamu mulai bertumbuh menjadi Pria dewasa, sayang..., dan apa yang kamu lakukan itu merupakan suatu bagian dari proses pendewasaan kamu. Mmm... seperti yang kamu juga tau, Mama juga masih melakukan itu koq, kamu tau kannn...,bermain dengan diri Mama sendiri. Jadi Mama sangat mengerti tentang apa yang kamu lakukan.” Aku mengatakannnya dengan memberikan senyuman yang agak sedikit nakal dan menggoda.


Penampilan anak laki ku pada saat itu memperlihatkan rasa bersalahnya, dia seperti lebih merasa bersalah pada saat aku memberi tau mengenai proses pendewasaan daripada tampilannya ketika aku melihat kelakuannya tadi di kamar mandi. Maka aku mempunyai ide untuk bercerita, tentang hal diantara kami yang mempunyai kaitan khusus, dan aku memutuskan untuk membeberkannya di depan anak ku. “ Mama tau sayang..., kamu melihat Mama kan beberapa Malam yang lalu...Mama tau, kamu melihat dan menonton mama sedang bermasturbasi, dan Gpp juga Koq, It’s ok Sayang. Tidak ada yang salah dengan perlakuan kamu waktu itu.” Aku mengatakannya dengan lembut tapi agak mengagetkan dirinya, seperti yang aku bayangkan sebelumnya.

Mata anak ku terbuka lebar saat aku mengatakan hal itu, dia telihat sangat takut dan tertegun seakan akan tidak percaya dengan apa yang telah aku katakan. “ Mm..mama, melihatku, Jadi Mama tau...?” Pernyataan yang keluar dari mulut anak ku seakan akan melayang di udara diatara kami. Pertamanya, mukanya terlihat sangat pucat pasi, tetapi lama kelamaan berubah menjadi kemerah-merahan menahan malu. Aku menganggukan kepala dan kembali tersenyum kepadanya sambil menatap dia di seberang meja. “ Yup, Mama melihat kamu pada malam itu dan mama juga lihat apa yang sedang kamu lakukan saat itu, tapi jangan khawatir, mama suka koq.” Aku katakan hal itu kepada anak ku, dan akupun mulai merasakan rasa panas gairah libidokupun mulai terbangun dalam diriku, sepertinya Vagina ku ini sudah mulai berteriak teriak untuk di masuki dengan penuh, dan siap untuk disetubuhi.

“ Jadi Mama, tau semua?” dia bertanya kembali, sambil menyondongkan badannya kedepan lebih mendekat, dan aku dapat melihat ke dalam dirinya bahwa hal yang tadi dia takutkan menjadi suatu hal yang sangat menarik bagi dia, dan matanya mulai terlihat sama seperti ketika dia melihat diriku sedang menyetubuhi diriku sendiri yang terbuai dalam buaian kepuasan klimax pada malam itu.

“Yup, Mama melihat dan tau semuanya, dan itu menjadikan mama merasa lebih nyaman, karena melihat mu terlihat sangat enjoy waktu kamu menonton mama.” Aku menjawabnya dengan sangat jujur, meskipun kata – kata itupun terdengar agak bermasalah di kupingku, dan suara hati ku pun menyeringai hal yang sama. “ Sudah lama sekali Mama pengen itu, bahkan Mama sangat enjoy ketika Pemuda Ganteng seperti kamu melihat Mama sedang dalam keadaan begitu.” Secara tidak langsung aku membuat pengakuan kepada anak ku, bahwa aku juga membutuhkan SEKS, aku mengatakan hal tersebut secara tersirat sambil menyapu bibir ku dengan lidah dan juga menyelipkan senyum simpul dari bibirku. Dan keadaan menjadi sangat sunyi, kami terdiam sesaat dan keadaan menjadi sangat hening, karena perkataan ku yang baru saja aku katakan. “ Apakah kamu mau melihat yang lebih lagi dari yang kamu lihat pada waktu malam itu, sayang?” Aku bertanya lagi kepada anak ku, dengan suara yang halus sedikit pelan tetapi perkataan ku itu seperti memecah keheningan.

Wajah anak ku terlihat seperti dipenuhi dengan kebingungan, akibat pertanyaan ku, dan kepalanya perlahan lahan mulai setengah mengangguk dengan pelan, dan matanya kembali menatap kearahku. “ Ya..., aku mmm..mau Mmmaam,tapi...tapi....Mama kan tau....itu adalah tindakan yang salah...., itu gak boleh kan Mam?” Dia bertanya kepadaku, dan pertanyaanya membuat aku berhenti dan berpikir untuk sesaat, apa lagi yang harus ku jelaskan kepadanya. Apakah ada yang salah dengan semua ini? Apakah dia merasa seperti di diremehkan? Mengapa dia mengatakan itu? Tidak, aku hanya ingin memberikan kepadanya sesuatu yang special dari diriku, dimana agar dia tau bahwa kasih sayang ibunya hanya untuknya seorang.

“Tidak, sayang...gak ada yang salah dengan semua ini, apa yang akan kita lakukan bersama ini adalah sangat special, sebuah kasih sayang, dan hanya antara kita saja, kamu ngerti maksud Mama kan?” Aku bertanya untuk mengetahui apakah dia mengerti maksudku untuk masuk kedalam sebuah sumpah yang sangat rahasia, dan terjun ke dalam jalan yang merupakan bagian dari cinta dan persetubuhan sedarah, tapi pada saat itu aku tau bahwa aku memilih pilihan yang tepat.

Untuk sementara aku melihat dia sedang berpikir untuk melalui hal yang baru saja ku tawarkan kepadanya, seperti yang sudah pernah dia lakukan sebelumnya, lalu dia menganggukan kepalanya sekali lagi, dan berkata,” Ya, aku mengerti Mam”. Anak ku menjawab pelan, dengan sedikit malu dan kekhawatiran yang mulai terlihat jelas di wajahnya, dan sebuah senyum mulai terlihat dari bibirnya dimana tatapan matanya melihat kearahku dengan tatapan yang tidak meyatakan suatu syarat apapun dan penuh kasih sayang.

Pada saat itu juga aku langsung berdiri dari bangku, dan melepaskan ikatan kimonoku yang mebuat kimoku tertutup rapat. Sambil membuka dengan perlahan, aku melihat setiap gerak gerik anak ku, setiap emosi yang terlukis di wajahnya, perlahan aku buka ikatan kimonoku untuk memperlihatkan tubuh telanjangku yang berada di balik kimono, aku dapat melihat dia menatap secara langsung kearah payudaraku yang besar dengan putting susuku yang mulai mengeras, dan tatapannya terus mengarah dari atas ke bawah kearah Vaginaku yang tercukur sangat rapih dan mulai berkilau terbasahi oleh cairan kewanitaan yang memang sudah mengalir sejak tadi. “ Kamu suka sayang, dengan keadaan Mama yang telanjang seperti ini di depan kamu?” Aku bertanya dengan sedikit agak berbisik keras kepadanya.

Perlahan dia menganggukan kepalanya, dan aku tetap mengawasi gerak geriknya yang sedang menatap tajam kesetiap inci kearah tubuhku bagian demi bagian.” Ya, Mam aku suka...”. Dia bergumam di dalam kebingungan dari pemandangan yang sedang dia lihat sekarang.

Aku bergerak mengelilingi meja sampai pada akhirnya aku berdiri tepat di depan anak ku, dan aku dapat melihat bahwa ia mencoba untuk menyembunyikan keadaan celananya yang sudah mulai sesak dan menonjol dari ketelanjanganku, yang terlihat jelas dari keadaan celana yang dia pakai. Aku sudah tidak bisa menahan diriku pada saat, aku melangkah lebih dekat kepadanya dan agak membukukan badan, lalu aku mengangkat dagunya dengan salah satu tanganku. Ya Tuhan, dia melihatku dengan penuh kasih sayang, dengan sepasang matanya yang berwarna coklat, aku merasakan dirinya gemetar sewaktu kuangkat dagunya dan terlukis pada wajahnya suatu keterangsangan tersembunyi, dan sedikit bingung dengan apa yang akan kulakukan terhadap dirinya.”Ooohh..Sayang, apakah Mama membuat Penismu jadi tegang?” aku bertanya kepadanya dengan suara agak berbisik dan terdengar agak serak.

Dia mengangguk dengan sangat kaku dan menatap kearah wajahku, sebelum dia mengatakan,” i..i..iiya Mmma..am..” suaranya terdengar pelan dan gemetar, sampai dengan saat ini dia masih mengingat sopan santun terhadap diriku sebagai Ibu Kandungnya.

Aku mulai berlutut di depannya, dan aku bisa merasakan air liurku sudah mulai mengalir membasahi bibirku, jantungku berdegup dengan kencang dan aku merasakan gemuruh pada telingaku saat aku menyandarkannya di wajah anak ku yang kekanak-kanakan dan menurut ku dia tetap menjadi bayiku selamanya. Aku sandarkan kepalaku pada wajahnya sambil berbisik,” Santai aja ya sayang, Mama akan buat kamu merasa menjadi lebih nyaman.” Aku berbisik kepadanya dengan jarak hanya beberapa inci antara bibirku dengan bibirnya.

Aku tidak memberikan dia kesempatan kepadanya untuk menjawab apapun, aku langsung mencium bibirnya, dan itu bukan merupakan suatu ciuman seoarang Ibu, dan juga ciuman seorang anak. Itu adalah suatu ciuman bercinta. Aku julurkan lidahku dari mulut dan melesatkannya kedalam mulutnya, perlahan aku putar lidahku mengelilingi di setiap inci mulutnya, lidahku bagaikan berdansa di dalam mulutnya dengan godaan-godaan yang menggiurkan dan menjilat lidahnya. Oh Tuhan, mulutnya terasa sangat enak lidahnya begitu lembut menerima sapuan-sapuan liar dari lidahku, dan ciuman liarku itu membuatku merasa tidak bisa menahan libido ku yang semakin terbakar gairah telarang, aku merasakan rangsangan yang teramat sangat, klitorisku sudah mulai berdenyut-denyut dan vaginaku sudah sangat basah, dan aku sudah mulai tersakiti oleh siksaan-siksaan rangsangan birahi dari anak kandung ku sendiri. Puting susuku semakin mengeras, dan sudah sangat siap untuk di gunakan, yang mungkin akan dipergunakan dengan dihisap – hisap oleh anakku. Dalam kesempatan ini, selagi aku mengulum lidahnya dan menjilat lidahnya, aku turunkan tanganku dan bergerak masuk ke dalam kaos anakku lalu aku mulai membuka kaos yang dia pakai.

Anak ku merespon dengan baik, setiap bahasa tubuh yang aku berikan kepadanya, aku menginstruksikan dengan penuh ketenangan, aku sentuh tangannya dengan perlahan dan membimbing lengannya untuk meraba payudaraku, dengan respon yang baik dia mulai meraba belahan dadaku dan juga jarinya mulai menyentuh putting susuku. Aku kembali merasakan sentuhan tangan laki laki pada kulit ku, payudaraku yang terlihat secara nyata, dan dia mulai menelusuri kehalusan dari kulit payudarakuku setiap incinya dengan menggunakan jari-jarinya.

Setelah aku berhasil melepas bajunya aku mulai menciumi sepanjang leher dan tulang kerah dekat pangkal lehernya. Sambil aku mendengarkan nafasnya yang terengah – engah dan sangat cepat karena rangsangan birahi yang memang belum pernah dia rasakan, dan perlahan aku mulai mencoba untuk menyentuh bagaian sensitive pada tubuh anaku, yang membuat bibirnya semakin gemetar disambung dengan kibasan lidahku di bibir anak ku. Bahkan aku semakin berlutut dan mulai mencium, menjilat dan mengendus dada Anak ku yang bidang , dan sesekali aku menjilat putingnya dan kadang menghisap dengan gigit-gigitan kecil. Dimana tanganku terus bergerak meraba tubuhnya, membuat dirinya mabuk kepayang karena rabaan tanganku, dan akhirnya sampailah tanganku di bawah, dan perlahan lahan aku masukan tangan ku ke dalam celananya dan aku mulai merasakan denyutan penis anak ku, kuraih penis anak ku yang sudah mengeras itu, “ Ya Tuhan, Sayang...Penis kamu besar sekali “, aku mengatakan di depan muka anak ku, dan wajahnya pun memerah sangat malu, perlahan aku mulai menggenggam dan mulai mengocok penisnya dengan pelan di dalam celananya, sambil ku genggam penisnya aku perhatikan ekspresinya dan kukatakan, “ Ini biar Mama yang urus, kamu duduk saja dengan tenang ya sayang, nikmatin aja!!” Aku katakan hal tersebut pada anak ku sambil mengedipkan salah satu mataku, dengan pandangan yang penuh dengan gairah dan keinginan untuk mencapai suatu persetubuhan sedarah yang sangat nikmat.

“iii..yaaaa Mam, silahkan..”,dengan tergagap-gagap dia menjawab pertanyaanku, aku melihat reaksinya menggigit bibirnya dan pinggulnya agak sedikit mengangkat menahan kenikmatan kocokan tanganku yang teratur naik dan turun sangat perlahan pada batang penisnya yang semakin mengeras dan mulai mengeluarkan cairan bening dari ujung penisnya, yang membuat penisnya terasa semakin runcing dan mengkilat dalam genggaman jar-jari ku.

Aku genggam karet celana yang sudah mulia basah oleh keringat dan masih terlingkar di pinggangnya, dan anak ku mengangkat pinggulnya dari bangku yang dia duduki sekarang, lalu kuturunkan celananya sampai pada pergelangan kaki. Maka terlihatlah secara langsung di depan mataku, pemandangan indah sebatang penis yang besar dan keras serta urat – urat pada penis yang terlihat semakin dan tambah berdenyut. Kepala penisnya yang besar dan kemerahan mulai meneteskan cairan bening pelumas yang semakin melicinkan kocokanku sambil aku tetap memperhatikan dengan sekilas kedalam mata anakku, aku langsung mendaratkan ujung lidahku untuk menjilat penisnya mulai dari buah zakarnya, bantangnya, sampai kepada ujung kepala penisnya agar aku dapat merasakan cairan bening yang terasa agak asin berbau sangat khas dan sedikit kental yang keluar sedikit sedikit dari kepala penisnya. Lalu aku mulai menjilat lagi dengan ujung lidahku kearah buah zakarnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus, aku jilat satu demi satu buah zakarnya, aku hisap satu persatu dengan jilatan-jilatan nakal yang mengeliling buah zakarnya, dan akhirnya aku lahap kedua buah zakarnya dengan mulutku yang memang sudah sangat lapar akan hasrat untuk bercinta, aku hisap kedua zakarnya sekuat dan seliar yang aku bisa.

Aku menyadari bahwa aku sudah melewati ambang batas, batas moral antara Ibu dan Anak, dan aku tidak mungkin kembali atau menghentikan kejadian yang sedang terjadi sekarang, nasi sudah menjadi bubur, kami sudah terbawa dan terperosok ke dalam hasrat birahi sedarah antara Ibu dan anak, dan aku juga tidak peduli apapun, yang pasti hasrat birahi yang sudah terangsang ini harus terpuaskan. Aku sangat menginginkan anaku dalam setiap keadaan, bagaikan seorang wanita yang menginginkan seorang pria yang jauh lebih muda dan lebih bertenaga dari padanya, tapi yang ada adalah sebuah keserakahan dari hasrat nafsu bersetubuh yang sangat menggebu gebu dalam diriku. Aku mau memuaskan anaku dan juga menyayanginya. Bukan hanya sebagai seorang Ibu, tapi aku juga mau dicintainya bagaikan seorang pacar atau Istri. Jadi bukan sebuah kejutan lagi untuk ku, waktu aku bersedia memasukan salah satu buah zakarnya kedalam mulutku dan menjilat batang penisnya yang panjang dan keras sampai dengan menjilati kepala Penis anak ku yang kemerahan, dan dengan perlahan mengocok penisnya sedalam mungkin kedalam kerongkongan melalui mulutku dengan jilatan jilatan halus pada kepala penisnya yang ada di dalam mulutku sehingga sapuan lidahku yang hangat dapat dengan bebas menjilati saluran kencing di ujung penisnya, yang pada akhirnya aku menghisap kepala penisnya dengan sekuat tenaga ku, dengan erangan-erangan yang membuat anakku makin terangsang dan juga menyodokan penisnya dalam-dalam sampai terasa tenggorokanku seperti tersodok-sodok.

“Oohh...Maam..iisssep...yang...kuu...”, aku mulai mendengar suara yang terucap dari mulut anak ku, mesikipun dia tidak menyelesaikan kata-katanya itu, mungkin dia agak segan kepadaku untuk menyapaikan maksudnya itu, tapi aku dapat mengerti dari bahasa tubunya, yang menegang kuat dan bergoyang seirama dengan kocokan mulutku kepada batang penisnya, aku sangat mengerti bahwa dia sedang menikmati nikmatnya sensasi menyodokan penisnya dengan kasar yang keras dan besar itu kedalam mulut sampai mentok ketenggorakan ibu kandungnya sendiri, yang mungkin tidak pernah dia rasakan sebelumnya atau mungkin anak lainpun tidak seberuntung dia.

Aku mengizinkan anak ku untuk menekan dengan keras sewaktu penisnya berada di dalam kerongonganku, sehingga aku terasa ingin muntah dan langsung melepaskannya ketika aku hisap penisnya dengan kuat, sehingga menimbulkan bunyi, “..plop..”, ketika dia menarik penisnya keluar dari mulutku dan kami ulangi hal tersebut bekali kali, sehingga air liurku keluar sangat banyak dan bececeran di penis dan di lantai, sampai air liurku membentuk seperti seutas benang yang terhubung antara penisnya dengan bibirku. Kadang aku merasa sakit di tenggorakanku ketika dia menghentakan penisnya yang besar, sehingga membuatku ingin memuntahkan seluruh isi perutku, tapi aku menyukai kekasaran itu, karena memang sensasinya sangat berbeda, antara menghisap penis anak kandung dengan menghisap penis pria lain. Terdengar ocehan yang keluar darimulutnya tapi tidak terselesaikan, “ Gpp sayang, kamu bisa berbicara apa saja kepada Mama, keluarkan semua kata2 kotormu yang ada di dalam pikiranmu, aku akan sangat menyukainya.”, aku katakan hal ini sebelum aku memulai untuk sekali lagi melahap seluruh penisnya dengan kedalam mulutku, sekali lagi kepalaku terayun ayun keatas dan kebawah seirama semangat nafsu birahi anak ku yang sedang terbakar hebat dengan tusukan dan hentakan penisnya ke dalam mulutku, suara dari hisapan mulutku pada penisnya bergema sangat indah di kedua kuping kami, tapi aku sangat sulit untuk menceritakan suara terengah – engah dan erangan dari anak ku, karena aku yakin kalian pasti sudah bisa membayangkanya.

“Oohh...Fuck...itu rasanya enak banget Mam.” Akhirnya keluar juga kata2 seperti itu dari dalam mulutnya, sambil mengerang dan terengah – engah, dan makin membuatku menggila dan semakin liar, dan aku bisa merasakan pinggulnya naik dan turun seiring dengan naik turunnya kepalaku dan hisapan demi hisapan yang aku lakukan, perlahan lahan aku mencoba untuk menurunkan tempo hisapan ku agar dia bisa dengan leluasa melakukan sodokan-sodokan satu demi satu secara perlahan ke dalam mulutku yang aku biarkan terbuka.

Penis anak ku adalah penis terbaik yang pernah aku rasakan di dalam hidupku, lembut tapi terasa sangat tebal di lidah, dengan aroma wewangian anak anak yang beranjak puber, bagaikan rusa betina yang mencari aroma sang jantan, tercium aroma kejantanannya yang merasuk menyengat ke dalam hidungku dengan aroma yang sangat memabukan. Aku biarkan satu tanganku untuk menolong memberikan kocokan dan hisapan keibuan pada penis anakku, kuhisap kepala penisnya bersamaan dengan kocokan tanganku pada batangnya, mengocok batang penisnya naik turun secara teratur dan perlahan dengan tempo yang sama dengan hisapan mulutku pada kepala penisnya yang sudah basah berlumur oleh ludahku, dimana tanganku yang satu lagi mulai menggapai bagian tubuhku yang lain yang berada diantara kedua belah pahaku dan mulai meraba ,mengaduk Vaginaku dan menggosok klitoris ku yang sudah merengek rengek untuk sesuatu yang lebih dasyat, klitorisku bagaikan suatu tombol yang sangat sensitif dari semua bagian tubuhku. Sambil mulutku mengulum penis anak ku, aku dapat mendengar serangan-erangan yang keluar dari mulutku sendiri diatara besarnya sumpalan kepala penis anak ku, akibat gesekan-gesekan klitoris yang aku lakukan sendiri, hisapan yang kulakukan pada penis anak ku kadang terputus oleh erangan dan desahan yang keluar dari mulutku itu, walaupun begitu suara2 tersebut bergema di telinga anakku dan membuatnya semakin terangsang dengan debaran jantung didadanya yang bidang itu.

Sudah lebih dari sepuluh menit aku berlutut dan bergumul dengan Penis anak ku sendiri, menghisap penis anak lakiku tersayang, dan akhirnya aku mulai memutuskan bahwa diriku ingin yang lebih dari sekedar mengihisap dan menghisap, aku pikir aku tidak perlu mengkoreksi tindakan yang telah kami lakukan sepanjang waktu ini, pokoknya aku ingin lebih dari ini. Perlahan dan semakin pelan tempo hisapan ku terhadap penisnya, dan aku berhenti menhisap penisnya dan menarik mulutku dari kepala penisnnya. “ Apakah kamu mau menyetubuhi Mama-mu, Sayang?Apakah kamu mau memasukan penismu yang keras dan besar ini kedalam Vagina Mama yang sudah Basah?” Aku menayakan dengan suara yang agak serak, dan pelan kepada anak ku, dengan keadaan tanganku yang tetap mengocok pelan batang penis anak ku yang masih dibasahi oleh air liur ku, sambil menatap matanya dimana mataku sudah terbakar oleh hasrat gairah nafsu yang sudah lama aku bendung dan sudah lama sekali aku tidak merasakannya.

Dia menganggukan kepalanya dengan cepat untuk merespon pertanyaanku, dan dia mengatakan dengan lembut kepadaku, “ Iya Mam, aku mau menyetubuhi Mama dengan sangat hebat.” Oh Tuhan, mendengar perkataannya seperti itu darahku seperti mendidih dan membuat lutuku gemetar, serta wajahnya yang menimbulkan kesan keperkasaan membuatku hampir orgasme pada saat itu juga, tapi dapat kutahan sehingga cairan bening vaginaku semakin membasahi selakanganku.

Akhirnya aku membuka semua kimonoku yang masih tergantung di bahuku dan melemparkannya ke lantai, dan aku bergerak untuk berdiri tepat di sebelah meja. Aku rasakan udara yang dingin membelai kulitku sering dengan posisi badanku yang kurebahkan diatas meja, payudaraku terasa dingin ketika bersentuhan dengan meja, kubuka selebar lebarnya kaki ku sehingga bisa terlihat dengan jelas dari belakang lubang anus dan lubang vaginaku, dan aku dapat merasakan kebasahan dari vaginaku yang cairannya mulai mengalir dari bibir vagina ke selangkangan sampai pahaku bagian dalam. “ Ayo sayang, setubuhi aku, masukan penismu ke lubang Mama!!” Aku merengek kepada anak ku dengan rintihan – rintihan genit sambil sedikit menunggingkan pantat ku yang bulat dan montok ke udara agar vaginaku semakin merekah, dan aku siap menunggu hujaman penis anak ku, aku tidak perlu memohon atau mengemis kepada anak ku agar dia datang dan memasukan penisnya kedalam liang kenikmatan Ibu kandungnya yang sudah sedari tadi basah.

Aku menoleh kebelakang dan melihat anak ku bangkit berdiri dari kursinya dan terlihat jelas penis besarnya ter ayun – ayun karena pergerakan tubuh anak ku. Lalu aku bisa merasakan anak laki ku berada di belakang tubuhku dan mulai meraih kedua buah pantatku dengan kedua tangannya dan mulai membuka kondisi vaginaku yang memang sudah terbuka lebar dan jadinya semakin lebar untuk mengetahui liang kenikmatan itu, dengan erat dia mencengkram kedua bongkahan pantatku, dan aku meraih penisnya yang berada diatara selangkangan ku yang sudah sangat becek dan basah untuk menuntun penisnya memasuki Liang vagina ku yang sudah meneteskan cairan cairan bening.

Dengan keadaan bokongku yang sudah terbuka lebar, akhirnya aku bisa merasakan secara langsung ujung dari kepala Penis anak ku sudah menyentuh bibir Vagina ku dan perlahan kepala Penisnya yang besar mulai memasuki liang Vagina ku, aku mulai melakukan dorongan kebelakang sebagaimana juga dia anak ku melakukan dorongan kedepan, akhirnya penisnya membelesak menerobos masuk kedalam Liang Vaginaku dan mengisi penuh setiap ruang yang ada di dalam vagina ku, meskipun aku masih bisa merasakan beberapa inci batangnya yang belum masuk semua ke dalam Vagina ku. Dengan sekali sentakan kebelakang yang aku lakukan maka masuklah semua penisnya kedalam Vaginaku, penis ayahnya pun tidak sebesar yang dia miliki, dan rintihan kenikmatan mulai keluar dari mulutku sebagaimana anak ku juga memulai dengan perlahan untuk menggoyangakan pinggulnya untuk menyetubuhi diriku dengan lembut, dan aku juga membalas dorongannya dengan dorongan, agar memberikan rasa nikmat kepadanya, sebagaimana yang dilakukan semua pasangan secara manusiawi.

“Oh...shit sayang, Mama merasa sangat nyaman dengan penismu berada di dalam Mama”, aku katakana itu dengan rintihian kenikmatan yang kau rasakan ketika Pantat ku bersentuhan dengan selakangannya yang memposisikan penisnya sedang dalam keadaan penuh di dalam Vagina ku, “ Ayo sayang, berikan Mama hentakan yang lebih keras lagi.” Hampir saja aku mengemis kepadanya. Oh Tuhan, aku hanya ingin suatu persetubuhan yang sangat memuaskan, yang pastinya keinginan itu tidak bisa aku tahan.

Aku merasa berada dalam suatu kebahagiaan yang sulit untuk dilukiskan, saat Anak ku menggenggam erat pinggulku dengan kedua tangannya dan memulai untuk menghantamkan batang kenikmatan besarnya yang indah itu kedalam liang kenikmatan ku yang sudah sangat basah dan meneteskan cairan-cairan kewanitaan. Aku bisa mendengarkan suara-suara halus dari tabrakan antara selangkangan Anak ku dengan bokong ku, ditambah lagi dengan suara gemericik yang mengairahkan dari vagina ku yang basah, dan suara dari lenguhan anak ku yang keluar dari mulutnya ketika dia melakukan hujaman ke vaginaku dengan Monster penisnya. Dengan gaya semi doggy ini, dengan meja sebagai tumpuan ku, maka aku bisa merasakan sensasi dari tepukan demi tepukan buah zakar anak ku yang berbulu halus di bagian klitorisku dan membuat ku seperti lupa ingatan sesaat terbang ke nirwana. Kenikmatan yang kurasakan ini membuatku mulai mengeluarkan suara rintihan – rintihan keras, dan lupa diri bahwa aku adalah ibu kandung dari anaku, aku seperti menuju kepada suatu tempat yang sangat liar sebagaimana aku pergi kepada suatu bintang yang terlihat sangat jauh dari mataku, dan suatu gairah mulai terbakar dalam naluriku yang sedikit demi sedikit mulai terbangun untuk suatu tujuan yaitu kenikmatan dari suatu kepuasan orgasme yang dimainkan secara keras.

Sudah setengah jam kami bergumul, dia masih tetap menyetubuhi ku dengan posisi yang sama, membungkuk dengan meja sebagai penopangku, sementara aku berusaha dengan sekuat tenaga yang tersisa menahan klimaks yang sudah mulai merongrong ku menuju orgasme, aku berusaha menahan itu untuk memperpanjang situasi persetubuhan sedarah ini sampai dengan saat-saat aku tidak bisa menahannya lagi. Aku bertahan dengan mengencangkan otot otot vaginaku agar aku tidak orgasme pada saat itu, karena aku mau suatu persetubuhan yang sangat panjang, hal ini malah membuat anakku tambah liar dengan sodokan nya, karena sodokannya yang sangat liar aku bisa merasakan vaginaku seperti sebuah bendungan yang sudah mulai banjir dan siap meluapkan semua cairan kenikmatan seorang wanita, tubuhku bergetar sangat hebat bagaikan diterpa oleh gelombang yang sangat keras, belum, aku belum orgasme, aku hanya menahan orgasme ini, yang membuat aku semakin meracau liar untuk menuju puncak kenikmatan dari sebuah persetubuhan sedarah antara Ibu dan anak lakinya.

“Oh Tuhan, Sayaaaang....Mama keluar, Naaak...aaakhhh...”, aku berteriak, akhirnya aku mengalami orgasme tidak lama setelah aku bertahan untuk menahan orgasme itu, aku terengah – engah merasakan oragasme ini, aku merintih keenakan sambil minggit bibir ku sendiri, saat Vagina ku mulai bergetar dengan hebatnya, berpacu dengan nikmatnya siksaan gairah persetubuhan terlarang yang memaksa ku untuk orgasme, klimaks yang sangat manis mencengkram naluriku dengan sangat kuat, dan cairan kewanitaan yang bening seperti madu keluar dari vaginaku dengan tersembur kepada penis anakku yang sedang keluar masuk di dalam Vaginaku, semakin memperlancar perjalanan batang penis anakku untuk keluar masuk Vaginaku dengan kasar dan liar, cairan lengket tetapi sangat licin yang ikut melumasi pergesekan sedarah ini, oragsme ini membuat ku mencengkram erat pinggiran meja, dan membuatku seperti terdongak keatas sambil menerima sodokan-sodakan anakku yang membuat payudaraku bergoyang dengan hebatnya.

Setelah beberapa saat aku merasakan nikmatnya orgasme, anakku tetap melakukan penetrasi penetrasi keras kepada liang Vaginaku, dan aku menghentikan penetrasi tersebut, “ Sebentar sayang, kita lakukan dengan posisi yang berbeda, biarkan mama membalik Badan mama.” Anak ku mencabut penisnya dari Vaginaku, dan aku bangkit dan memutar tubuhku, lalu duduk diatas meja dan mengangkat serta melebarkan kaki ku selabar lebarnya untuknya, agar dia bisa dengan jelas melihat vaginaku sama seperti gaya pada waktu malam itu dia melihatku sedang bermasturbasi di kamarku. Dengan posisi dan gaya seperti ini, aku dapat melihat mimik wajahnya dengan sempurna, wajah anak lelaki ku yang tampan masih kekanak kanakan yang mengucurkan keringat, dan tatapan matanya yang sangat bergairah terbakar oleh nafsu seksual yang sangat tinggi.

Sekali lagi aku raih Penisnya yang basah dan lengket karena cairan oragasme ku dengan genggaman tangan ku, untuk menuntunnya kembali masuk kedalam liang vaginaku yang hangat. Dengan sekali dorongan pinggulnya, penisnya masuk kembali kedalam vaginaku, dan kembali membawa perasaan kasih sayangku sebagai seorang ibu kandungnya kedalam suatu sensasi yang menakjubkan, dan sekali lagi persetubuhan sedarah itu dimulai yang mungkin merupakan wujud bahwa memang kiamat sudah dekat. Aku bisa mendengar bunyi dari meja yang aku khawatirkan patah, seiring dengan ayunan pinggul anakku yang terangkat seperti didongkrak dan meluncur menghantamkan penisnya kedalam Vaginaku. “ Ya, seperti itu sayang, setubuhi Mama sesukamu, lebih keras lagi sayang,....aaakhhh...buat mama ketagihan akan penis mu!!” Aku mengerang sambil meracau seperti pelacur, dan aku melingkarkan kedua kaki ku di pinggangnya mengunci pinggangnya dengan jepitan paha ku yang halus, aku tidak mau dia mencabut penisnya dari ku atau seperti aku tidak mau kehilangan dia. Hujaman demi hujaman penisnya yang mengantam vaginaku masuk semakin dalam dan sampai menerobos kedalam rahimku.

Ya Tuhan, ternyata dia tau betul bagaimana caranya bercinta, sehingga aku tidak perlu menunggu lama untuk merasakan seluruh penisnya masuk dan meluncur di sepanjang titik rangsangku. Sementara itu aku merasakan gelombang pasang surut klimax mulai menerpa ku kembali, kali ini aku harus bisa menahanya, aku menatap wajah anakku yang ternyata mungkin tidak lama lagi akan orgasme, aku rasakan penisnya mulai berdenyut kuat di dalam vaginaku yang siap untuk menyemprotkan cairan putih pekatnya.

Secepatnya aku tegakan badanku dan aku peluk Anakku sedekat dan serat mungkin dengan melingkarkan tanganku dilehernya dan kakiku melingkar erat di pinggangnya, seiring dia tetap melakukan penetrasi penetrasi liarnya terhadap diriku kedalam vaginaku tanpa mengenal rasa ampun. “Aaaaakkkhhhhh....Mmmmmpphhhh.....Ya Tuhan, Mama Keluar lagi sayang...ssshhhhh Ooohhh...!!!”, aku hampir berteriak di kuping anak ku seiring dengan orgasme ku untuk yang kedua kalinya, kali itu aku sungguh-sungguh kehilangan kontrol dan terlihat sangat liar, aku meng-eratkan lingkaran lengan dan pahaku pada tubuh anak ku sampai pantatku sedikit terangkat dari meja, yang semakin memudahkan hujaman-hujaman penisnya menerobos masuk sampai ke rahimku.

“ Ah Sial, aku juga mau keluar Mam”, belum selesai aku oragasme tiba-tiba anakku melenguh dan berkata seperti itu, sambil mencengkram bahuku, tetapi dia tidak mengeluarkan penisnya dari dalam vaginaku, dia terus menyodok vaginaku lebih dalam dan semakin dalam.

“ Keluarin sayang, keluarin aja jangan ditahan, keluarin aja di dalam !!” Aku instruksikan hal tersebut kepada anakku, yang memang situasi itu sudah tidak mungkin lagi untuk ditahan atau ditunda. “ semprotkan semua sperma mu kedalam Vagina Mama, Sayang!!!” Aku menyerukan kalimat itu kepada anak ku seiring dengan oragasme keduaku yang masih berlangsung panjang, yang membuatku lupa untuk berteriak puas karenanya, dan cairan kewanitaan ku mulai membanjiri dan menyembur bersamaan dengan kepuasan klimaks yang sedang dialami oleh anakku.

Aku bisa merasakan dua sampai tiga kali sodokan keras dan dalam sampai terasa ke dalam rahimku, waktu anak ku mengalami orgasme. Saat sodokan itu juga aku merasakan penis anakku mengembang besar di dalam Vaginaku lalu aku merasakan sesuatu yang hangat yang ternyata dia mulai menyeprotkan cairan kejantanannya yang kental dan pekat secara bertubi - tubi kedalam rahim ku, rahim dimana dia dulu dibuat, dan rahim dimana dulu dia tinggal selama 9 bulan dikandunganku, dan sekarang dia telah menumpahkan semua benihnya kepada indung telurku, dia telah membuahi ibunya sendiri, dan aku pasrah menerima benihnya untuk jatuh dan membuahi indung telurku. Pompaan demi pompaan penisnya mengeluarkan sperma pekat, dan sekarang sperma itu telah bergabung dan tercampur dengan cairan kewanitaanku, dan terikat menjadi satu oleh karena persetubuhan sedarah yang kami lakukan.

Setelah kami mencapai klimaks dari suatu orgasme secara bersamaan, aku langsung membaringakan tubuhku diatas meja dengan kakiku yang tergantung ke bawah, payudaraku terlihat dengan jelas dan tubuhku seperti mengkilat terbasahi oleh keringat. Anak ku mencabut penisnya dari vagina ku, dan aku merasakan Cairan kami berdua keluar mengalir dari liang Vaginaku menyusuri pahaku bagian dalam sampai kebetis dan akhirnya jatuh menetes ke lantai. Cairan putih sperma yang tadinya sangat kental telah berubah agak encer karena telah bercampur dengan cairan kewanitaanku. Lalu anak ku membaringkan badannya diatas tubuku, dengan kepalanya yang bersandar diatara kedua payudaraku yang besar, padat dan empuk. Tenaga kami benar – benar seperti terkuras, tapi kami merasa sangat senang dan puas. Lalu dia melihat kearah wajaku dan menatapku dengan tatapan mata yang dipenuhi dengan air mata, dan aku tidak akan pernah melupakan perkataannya kepadaku pada saat itu, “ Aku sayang sama Mama”, sepanjang hidupku aku akan terus mengingat kata-kata itu. Aku mengerti, apa yang dia katakan tadi bukan hanya saja dia menyayangiku sebagai seorang ibu, tapi maknanya jauh lebih luas, sebagai istri, teman, pacar dan segalanya. Yang pastinya menjadi seseorang yang terindah di dalam hidupnya. Begitu pula sebaliknya dengan diriku kepadanya.

“Mama juga sayang kamu”, aku membalas perkataannya dengan naluri keibuan yang pasti berbeda dengan wanita yang lain, kutarik tubuhnya sedikit keatas lebih dekat ke wajahku. Sepertinya kasih sayang kami berdua lebih dari kasih sayang antara ibu dan anak, seiring dengan penisnya yang berangsur-angsur mengecil dan buah zakarnya merapat pada vagina ku.

Atas kejadian itu, aku baru menyadari bahwa kami sempat kehilangan suatu kasih sayang yang tersembunyi, suatu hasrat yang terpendam selama ini, dan akhirnya kami bisa menemukan inti dari kasih sayang itu. Tetapi keadaan aslinya dari dunia ini jauh berbeda dengan keadaan kami sekarang, dibatasi oleh Moral, semua berjalan dengan tidak adil dan kejam tentang hubungan kami.

Untuk sekarang, aku akan menutup cerita ini rapat-rapat. Tapi memang banyak kejadian dan petualangan persetubuhan atau percintaan sedarah kami yang belum aku ceritakan lagi semenjak kejadian pagi itu dan setelah kejadian ini, petualangan cinta terlarang antara aku dan Anak laki ku. Mudah-mudahan, atau mungkin, dikemudian hari aku akan menceritakan kisah kami kembali. Mungkin.

Aku Dan Tanteku

Aku Dan Tanteku, Tanteku itu orangnya lumayan menarik dengan postur tubuh setinggi 170 cm dengan ukuran dada 34B, berumur kira-kira 29 tahun. Sebenarnya dulu aku suka sekali melihat tubuh mulus tanteku, secara tidak sengaja ketika dia sedang mandi karena memang di tempat kami kamar mandi pada saat itu atasnya tidak tertutup genteng dan tanpa berpintu, jadi kalau ada yang mandi di situ hanya dengan melampirkan handuk di tembok yang menjadikan tanda bahwa kamar mandi sedang dipakai.

Tidak sampai di situ saja, kadang tanteku ini suka memakai baju tidur yang model terusan tipis tanpa memakai BH dan itu sering sekali kulihat ketika di pagi hari. Apalagi aku sering sekali bangun pagi sudah dipastikan tanteku sedang menyapu halaman depan dan itu otomatis ketika dia menunduk menampakkan buah dadanya yang lumayan besar dan montok. Hal ini dilakukan sebelum dia menyiapkan keperluan sekolah anaknya, kalau om-ku biasanya tidak ada di rumah karena sering bertugas di luar kota selama empat hari. Pernah aku melamunkan bagaimana rasanya jika aku melakukan persetubuhan dengan tanteku itu, namun akhirnya paling-paling kutumpahkan di kamar mandi sambil ber-onani. Rupanya anga-anganku itu dapat terkabul ketika aku sedang menumpang nonton TV di rumah tanteku pada siang hari dimana ketiga anaknya sedang sekolah dan om-ku sedang bertugas keluar kota pada pagi harinya.

Kejadian itu terjadi ketika aku sedang menonton TV sendirian yang bersebelahan dengan warung tanteku. Ketika itu aku ingin mengambil rokok, aku langsung menuju ke sebelah. Rupanya tanteku sedang menulis sesuatu, mungkin menulis barang belanjaan yang akan dibelanjakan nanti.
“Tante, Diko mau ambil rokok, nanti Diko bayar belakangan ya!” sapaku kepada tanteku. “Ambil saja, Ko!” balas tanteku tanpa menoleh ke arahku yang tepat di belakangnya sambil meneruskan menulis dengan posisi membungkuk. Karena toples rokok ketengan yang akan kuambil ada di sebelah tanteku tanpa sengaja aku menyentuh buah dadanya yang kebetulan tanpa memakai BH. “Aduh! hati-hati dong kalau mau mengambil rokok. Kena tanganmu, dada tante kan jadi nyeri!” seru tanteku sambil mengurut-urut kecil di dadanya yang sebelah samping kirinya. Namun karena tidak memakai BH, nampak dengan jelas pentil susu tanteku yang lumayan besar itu. “Maaf Tan, aku tidak sengaja. Begini aja deh Tan, Diko ambilin minyak supaya dada Tante tidak sakit bagaimana!” tawarku kepada tanteku. “Ya sudah, sana kamu ambil cepat!” ringis tanteku sambil masih mengurut dadanya.

Dengan segera kuambilkan minyak urut yang ada di dalam, namun ketika aku masuk kembali di dalam warung secara perlahan, aku melihat tante sedang mengurut dadanya tapi melepaskan baju terusannya yang bagian atasnya saja. “Ini Tante, minyak urutnya!” sengaja aku berkata agak keras sambil berpura-pura tidak melihat apa yang tanteku lakukan. Mendengar suaraku, tanteku agak terkejut dan segera merapikan bagian atas bajunya yang masih menggelantung di bagian pinggangnya. Tampak gugup tanteku menerima minyak urut itu tapi tidak menyuruhku untuk lekas keluar. Tanpa membuang kesempatan aku langsung menawarkan jasaku untuk mengurut dadanya yang sakit, namun tanteku agak takut. Pelan-pelan dengan sedikit memaksa aku berhasil membujuknya dan akhirnya aku dapat ijinnya untuk mengurut namun dilakukan dari belakang.

Sedikit demi sedikit kuoleskan minyak di samping buah dadanya dari belakang namun secara perlahan pula kumemainkan jariku dari belakang menuju ke depan. Sempat kaget juga ketika tanteku mengetahui aksi nakalku. “Diko! kamu jangan nakal ya!” seru tanteku namun tidak menepis tanganku dari badannya yang sebagian ditutupi baju. Mendapati kesempatan itu aku tidak menyia-nyiakan dan secara aktif aku mulai menggunakan kedua tanganku untuk mengurut-urut secara perlahan kedua bukit kembar yang masih ditutupi dari depan oleh selembar baju itu. “Ohh… oohh…” seru tanteku ketika tanganku sudah mulai memegang susunya dari belakang sambil memilin-milin ujung susunya. “Jangan… Diko… jang…” tante masih merintih namun tidak kuacuhkan malah dengan sigap kubalikkan tubuh tanteku hingga berhadapan langsung dengan diriku. Kemudian dengan leluasa kumulai menciumi susu yang di sebelah kiri sambil masih mengurut-urut susu di sebelahnya. Kemudian aku mulai mencucupi kedua puting susunya secara bergantian dan tanteku mulai terangsang dengan mengerasnya kedua susunya.

Tidak sampai di situ, rupanya tangan tanteku mulai menjelajahi ke bawah perutku berusaha untuk memegang kemaluanku yang sudah dari tadi mengencang. Ketika dia mendapatkannya secara perlahan, dikocok-kocok batang kemaluanku secar perlahan dan tiba-tiba tanteku mengambil sikap jongkok namun sambil memegang kemaluanku yang lamayan panjang. Untuk diketahui, batang kemaluanku panjangnya kurang lebih 20 cm dengan diameter 3,5 cm. Tanteku rupanya sedikit terkejut dengan ukuran kemaluanku apalagi sedikit bengkok, namun dengan sigap tapi perlahan tanteku mulai mengulum kemaluanku secara perlahan dan semakin lama semakin cepat. “Ah… ah… ah… yak.. begitu… terus… terus…” erangku sambil memegangi kepala tanteku yang maju mundur mengulum batang kemaluanku. Kemudian karena aku sudah tidak tahan, tubuh tante kuangkat agar duduk di pinggir meja dimana tadi dia menulis, dan dengan sedikit gerakan paha tanteku kupaksa agar meregang. Rupanya tanteku masih mengenakan CD dan dengan perlahan kubuka CD-nya ke samping dan terlihatlah gundukan kemaluannya yang sudah basah.

Secara perlahan kuciumi kemaluan tanteku dan kumain-mainkan klirotisnya. “Ah… ahhh.. Diko, Tante mau keluuuaarrr…” Beberapa saat kemudian rupanya tanteku akan mengalami orgasme, dia langsung memegangi kepalaku agar tetap di belahan kemaluannya dan kemudian mengeluarkan cairan surganya di mulutku, “Crettt… crett… cret…” mulutku sampai basah terkena cairan surga tanteku. Kemudian tanteku agak lemas namun masih kujilati kemaluannya yang akhirnya membangkitkan nafsu untuk bersetubuh denganku. Kuangkat tubuh tante ke bawah warung, dan dengan sedikit agak keras aku dapat merubah posisinya menelentang di depanku, kubukakan semakin lebar kedua kakinya dan mulai kuarahkan ujung kemaluanku ke mulut lubang kemaluannya. Agak susah memang karena memang aku agak kurang berpengalaman dibidang ini namun rupanya tanteku dapat memahaminya. Dengan sabarnya dituntunnya ujung kemaluanku tepat di lubang kemaluannya. “Pelan-pelan ya, Diko!” lirih tanteku sambil menggenggam kemaluanku.

Ketika baru masuk kepala kemaluanku tanteku mulai agak meringis tetapi aku sudah tidak kuat lagi dengan agak sedikit paksa akhirnya kemaluanku dapat masuk seluruhnya. “Diko… akh…” jerit kecil tanteku ketika kumasukkan seluruh batang kemaluanku di dalam lubang kemaluannya yang lumayan basah namun agak sempit itu sambil merapatkan kedua kakinya ke pinggangku. Perlahan aku melakukan gerakan maju mundur sambil meremas-remas dua susunya. Hampir tiga puluh menit kemudian gerakanku makin lama main cepat. Rupanya aku hampir mencapai puncak. “Tan… aku… aku mauuu… keluar…” bisikku sambil mempercepat gerakanku. “Dikeluarkan di dalam saja, Dik!” balas tanteku sambil menggeleng-gelengkan kecil kepalanya dan menggoyangkan pantatnya secara beraturan. “Tan… aku… keluarrr…” pekikku sambil menancapkan kemaluanku secara mendalam sambil masih memegangi susunya. Rupanya tanteku juga mengalami hal yang sama denganku, dia memajukan pantatnya agar kemaluanku dapat masuk seluruhnya sambil menyemburkan air surganya untuk ketiga kalinya. “Cret… cret… cret…” hampir lima kali aku memuntahkan air surga ke dalam lubang kemaluan tanteku dan itu juga di campur dengan air surga tanteku yang hampir berbarengan keluar bersamaku. “Cret… cret… cret… ahh…” tanteku melengkungkan badannya ketika mengeluarkan air surga yang dari lubang kemaluannya.

Akhirnya kami tergeletak di bawah dan tanteku secara perlahan bangun untuk berdiri sambil mencoba melihat kemaluannya yang masih dibanjiri oleh air surga. “Diko! kamu nakal sekali, berani sekali kami berbuat ini kepada Tante, tapi Tante senang kok, Tante puas atas kenakalan kamu,” bisik tanteku perlahan. Aku hanya bisa terseyum, sambil menaikkan kembali celanaku yang tadi dipelorotkan oleh tanteku. Tanteku akhirnya berjalan keluar, namun sebelum itu dia masih menyempatkan dirinya untuk memegang kemaluanku yang lumayan besar ini.

Inilah pengalamanku yang pertama, dan sejak itu kami kadang mencuri waktu untuk mengulangi hal tersebut, apalagi jika aku atau tanteku ingin mencoba posisi baru dan pasti ketika Om-ku dan anak-anak tanteku berangkat sekolah. Sekarang hal itu sudah tidak kulakukan lagi karena tanteku sekarang ikut Om-ku yang mendapat tugas di daerah.

Aku Dan Ibu Tetanggaku

Aku Dan Ibu Tetanggaku, Aku adalah seorang pria berumur 42 tahun, menikah dan sudah memiliki dua anak yang lucu-lucu. Setelah membaca kisah-kisah di situs ini, aku ingin menceritakan pengalamanku sendiri dengan ibu tetanggaku 3 tahun yang lalu kepada pembaca sekalian. Selamat membaca...

Setiap sabtu malam minggu aku punya kebiasaan main catur di rumah tetanggaku. Catur adalah salah satu dari sekian banyak hobiku selain olahraga, membaca, otak-atik elektronik dan bercocok tanam. Aku biasanya main catur dengan tetanggaku, seorang bujangan yang rumahnya tak jauh dari rumahku. Tetanggaku itu tinggal hanya dengan ibunya saja. Kakak perempuannya sudah menikah, dan tinggal dengan suaminya di lain kota. Hubunganku dengan sahabatku terjalin sangat akrab, juga dengan ibunya. Kami saling menghormati satu sama lain, meskipun beda usiaku dengan sang ibu hanya 5 tahun, dia 5 tahun lebih tua dariku saat itu. Hingga terjadilah peristiwa itu, yang tak pernah kusangka-sangka sebelumnya. Peristiwa yang akhirnya mengubah diriku 180 derajat.

Seperti pada sabtu sebelumnya, aku bermaksud main ke rumahnya buat caturan. Kupamit pada istriku dan segera bergegas ke rumahnya. Udara malam itu memang dingin sekali akibat hujan lebat selama 2 jam yang terjadi sore tadi. Singkat kata aku sudah berada di pintu rumahnya. Kuketuk pintunya, dan tak lama pintu itu terbuka. Ternyata si ibu yang membukanya.

"Oh Ibu, ada Barinya bu?" tanyaku ramah.

"Nak Surya? oh Barinya lagi pergi tuh..." jawab si ibu sama ramahnya.

"Ke mana, Bu?"

"Ke pesta pernikahan teman SMUnya. Baru aja dia jalan..."

"Oh gitu ya?" sahutku. "Kalau gitu, saya pamit aja deh..."

"Oh, kenapa buru-buru, kan Nak Surya baru sampai?"

"Ah, nggak. Kalau Bari nggak ada, saya pamit aja deh..."

"Ah, jangan terburu-buru begitu. Temani Ibu ya?"

Walau agak heran dengan permintaannya, aku akhirnya menurut juga. Kuikuti dia masuk. Kamipun tak lama asyik berbincang-bincang di ruang tamunya. Hingga akhirnya si ibu menawariku kopi.

"Oh iya, Nak. Keasyikan ngobrol jadi lupa nawari minum. Sebentar saya siapkan dulu ya..."

"Ah, Ibu. Nggak usah repot-repot..."

"Ah, nggak kok. Masa repot?" kata si ibu sambil tersenyum ramah. Setelah itu, dia segera beranjak ke dapur.

Sambil menunggu, kuambil koran terbitan hari ini yang tergeletak di meja tamu lalu kubaca-baca. Sedang asyik kubaca koran itu, tiba-tiba si ibu memanggil dari dapur.

"Nak... Nak, bisa saya minta tolong?"

"Oh, ada apa, Bu?"

Spontan aku segera beranjak dari sofa itu dan langsung menghampirinya. Ternyata kompor gas si ibu agak macet dan dia memintaku membetulkannya. Pas sedang membetulkannya, tak sengaja aku melihat ke arah gundukan payudara si ibu. Saat itu si ibu sedang membungkuk memperhatikanku yang sedang sibuk mengutak-atik kompor gasnya yang macet. Apalagi si ibu hanya mengenakan daster yang belahan dadanya agak rendah. Aku langsung terpana melihatnya. Selain besar, payudaranya juga tampak ranum dan kenyal. Tak kusangka perempuan ini masih memiliki payudara seindah itu di usianya yang tak muda lagi. Pemandangan indah itu membuat Kontolku mulai tegak membesar dari balik celana jeans yang kukenakan tanpa kusadari. Aku begitu terangsang melihat keindahan payudara si ibu.

Si ibu yang semula perhatiannya ke pekerjaanku, tak urung kaget juga melihat perubahan ukuran Kontolku. Tapi anehnya, dia tak juga merubah posisinya. Sepertinya dia sih tahu aku terangsang dengan kemolekan payudaranya tapi dia tampak cuek saja, pura-pura tak tahu. Akhirnya setelah berusaha sekuat tenaga mengendalikan malu sekaligus mengendalikan Kontolku supaya tak semakin membesar ukurannya, selesai juga masalah kompor itu.

"Wah, Nak Surya hebat!" pujinya di sampingku.

"Ah, nggak masalah... cuma masalah kecil kok Bu" sahutku.

"Kalau gitu ibu bisa minta tolong lagi?" katanya sambil menatapku nakal dan tersenyum genit.

Walau aku sudah menduga apa yang akan dia minta itu, tak urung hatiku berdebar-debar juga menanti pertanyaannya. Apalagi kulihat dia semakin mendekatkan dirinya ke tubuhku.

"A.. aa... pa Bu?" lidahku mendadak kelu, menyadari betapa dekat wajahnya denganku saat ini.

Sambil mendesah, si ibu berkata parau, "Ibu mau kamu cium ibu..."

Belum sempat menyahut, dia langsung berjinjit, memeluk leherku lalu mencium bibirku. Sejenak aku terkesiap, namun tak lama kemudian kami sudah asyik berciuman di dapur itu. Hilang sudah akal sehatku setelah bibirku bersentuhan dengan bibirnya yang tipis dan indah itu. Sambil asyik berciuman, diraihnya tangan kananku untuk meremasi payudaranya di sebelah kanan, sedangkan diarahkannya tangan kiriku ke pantatnya. Tangankupun langsung bergerak terampil. Keduanya langsung bergerak nakal menjalari payudara dan pantatnya yang ranum dan montok itu.

Si ibu tampak melenguh-lenguh merasakan nakalnya tanganku meremasi payudara dan jari-jariku menyusuri belahan pantatnya. Di lain pihak, tangan si ibu aktif meremasi Kontolku dari luar celanaku, membuat juniorku itu semakin meradang saja ukurannya. Satu tangannya dia julurkan ke dadaku untuk meremasi puting susuku yang tercetak jelas dari balik kemeja kaus ketat yang kukenakan ini. Ketika nafsu kami semakin memuncak, dituntunnya aku ke ruang keluarganya. Di sana dengan serempak, kami saling melucuti pakaian masing-masing, sehingga tak lama kamipun sudah bugil.

Kupandangi dengan sepenuh nafsu tubuhnya yang bugil itu. Luar biasa! Usia boleh kepala 4, tapi bodinya tak kalah dengan bodi para perempuan yang lebih muda. Tanda-tanda ketuaan memang tak bisa ditutupi, tapi secara garis besar, dia masih sangat menggiurkan bagi para lelaki mana saja yang menatapnya. Apalagi kalau sudah bugil begini. Bahunya lebar, payudaranya besar, ranum dan mengkal. Tak tampak tanda-tanda melorot seperti payudara para wanita seusianya. Perutnya rata, nyaris tak ada lemaknya. Pinggangnya bundar, pinggulnya montok. Kaki dan betisnya tampak mulus dan kencang. Mungkin si ibu suka olahraga juga nih, makanya bodinya begitu terawat dan indah.

Di lain pihak, si ibu tampak tak kalah kagumnya melihatku telanjang. Maklumlah, hobi olahragaku yang sudah kutekuni sejak SD, membuat fisikku menjadi sangat bugar. Otot-otot kekar nan liat tampak bersembulan di sekujur tubuhku. Membuat banyak wanita sering kelimpungan kalau melihatku telanjang.

"Tubuh Nak Surya keren banget deh... Ibu suka sama lelaki macho kayak Nak Surya ini..." kata si ibu smabil menatapku penuh nafsu. Dia mendekatiku lalu memelukku lagi. Kedua tangannya bergerak liar, meraba-raba bukit dada dan perut simetrisku, lalu bergerak turun ke arah Kontolku. Sesaat kemudian, kami kembali asyik berciuman liar dan saling meremas apa yang bisa kami remas.

Hanya sebentar kami melakukan itu. Berikutnya, kami saling membaringkan diri di atas karpet tebal di ruangan itu. Kami seakan tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Kami membentuk posisi 69 dan tak lama kami sudah asyik saling menjilati kemaluan lawan mainnya. Si ibu tampak bersemangat mengulum kemaluanku sambil asyik mengocoknya. Sesekali dia ikut menjilat dan meremasi kantung spermaku.

Rasanya sangat dahsyat kulumannya. Bahkan kuluman istriku tidak sedahsyat kulumannya. Tampaknya si ibu ini benar-benar sudah lama tidak disentuh lelaki, hingga kulumannya tampak begitu ganas. Di bawah sana, lidah dan jari-jariku tak kalah aktifnya dengan tangan si ibu. Lidahku bergerak naik-turun sambil menjilati bibir kemaluannya, labia mayoranya dan semua yang ada di sekitarnya. Tangan kiriku asyik meremasi bokongnya, sedangkan jari-jari tangan kananku asyik menusuki lubang memeknya.

Kami terus saling merangsang sambil mendesis-desis penuh kenikmatan. Kami saling mencium, menjilat, meremas, dan menggigit dengan rakusnya. Sampai akhirnya kami sendiripun merasa tidak tahan. Tanpa ada aba-aba sebelumnya, serentak kami berubah posisi. Si ibu ambil posisi di bawah, sedangkan aku bergerak menindih di atas tubuh moleknya. Sambil tersenyum mesum, dia buka selangkangannya lebar-lebar. Memamerkan liang surganya yang sangat indah nan menggiurkan itu. Membuat jakunku naik-turun berulang kali. Tak sabar segera kutuntun Kontolku ke lubang memeknya.

Kugesek-gesekkan sejenak kepala Kontolku di bibir memeknya, sebelum akhirnya kudorong pelan.

"Ssleebb... ssleebbb... bblessshhh..." sedikit demi sedikit Kontolku tertelan liang surganya, menimbulkan sensasi nikmat yang susah digambarkan rasanya. Si ibu sendiri tampak meringis-ringis nikmat merasakan sodokan kemaluanku yang hangat dan keras ini memasuki liang surganya.

Memek si ibu kurasakan masih sempit dan legit. Tidak kalah dengan memek para gadis. Tampaknya si ibu sangat pintar dalam menjaga kemaluannya itu. Membuat batang Kontolku yang ukurannya king size itu tampak agak kesulitan menembusnya. Namun dengan rangsangan terus menerus dariku di titik-titik erotisnya, akhirnya memek si ibu menyerah juga. Lorong yang hangat itu terasa semakin basah seiring meluapnya cairan pelumasnya, akibat rangsangan lidah dan tanganku di payudaranya.

Kontolku terus melaju hingga sampai di bagian terdalam liang surganya. Lalu mulai kupompa dia. Aku bergerak dalam posisi push-up di atasnya. Sementara pantatku bergerak maju-mundur mengebor memeknya. Semakin lama gerak pantatku semakin kupercepat. Membuat jeritan erotis si ibu semakin keras terdengar. Membuatku semakin bersemangat dalam menjajah lubang kemaluannya.

Keringat mulai mengalir deras membasahi tubuh bugil kami. Si ibu tampak menjerit-jerit keenakan dipompa senjataku. Sepasang tangannya meremasi rambutku. Tak jarang tangan-tangan itu aktif mencakari punggungku yang liat ini, membuat sedikit pedih di kulitnya karena kukunya yang agak panjang itu. Aku sendiri tak mau kalah. Sambil terus memompa Kontolku dalam-dalam, aku asyik mencumbui bibirnya yang seksi. Aku juga gigit-gigit pelan lehernya yang mulus kulitnya itu. Sesekali aku menyusui sepasang payudaranya yang menggiurkan itu secara bergantian. Pantat dan pinggul si ibu tampak bergoyang-goyang liar menyambut sodokan Kontolku, membuatku nyaris gila karena begitu nikmat pengaruhnya di batang Kontolku.

Sekitar 15 menit kemudian si ibu keluar. Dia semakin erat memeluk tubuh atletisku yang basah kuyup oleh keringat kami berdua. Kubiarkan dia beristirahat sejenak setelah orgasmenya itu. Kemudian kembali kuserang dia. Kucoba bangkitkan gairahnya lagi dengan meremasi setiap jengkal titik erotisnya. Tak lama kami sudah asyik berciuman dengan liarnya sambil saling meremas dan meraba. Tak butuh lama untuk membangkitkan gairahnya. Ciuman kami yang liar berhasil membuatnya panas kembali. Ketika aku hendak menggaulinya lagi dengan posisi serupa, dia menggeleng.

Dia berdiri lalu memintaku untuk bercinta lagi di posisi lain. Aku tersenyum mendengar permintaannya itu. Lalu segera kubopong dia ke atas sofa di ruang keluarganya. Di sana kami masih sempat bergelut sebentar sebelum dia bergerak lagi. Dia naik ke atas pangkuanku membelakangiku. Dipegangnya batang Kontolku yang masih perkasa ini ke arah memeknya yang sudah mulai basah kembali, lalu... "blesshhhh...." masuk sudah seluruh batang Kontolku ditelan memeknya.

Pada posisi yang kedua ini, rasa nikmat yang kami rasakan terasa luar biasa. Kemaluanku yang king size ini begitu menikmati pijatan otot-otot memeknya si ibu. Di lain pihak si ibu tak henti-hentinya mendesis kenikmatan. Kepalanya tampak bergoyang-goyang liar merasakan pompaan Kontolku. Kepala kemaluanku yang besar ini rupanya berhasil sampai di mulut rahimnya, dan memberikan kenikmatan tak terhingga baginya. Turun-naik, keluar-masuk, memompa dan dipompa, menggoyang dan digoyang. Semakin lama semakin liar dan cepat. Sambil memompa, tak henti-hentinya kuremasi payudaranya yang montok itu dari belakang. Seperti tadi, sekitar 15 menit kupompa memeknya, dia keluar lagi untuk yang kedua kalinya.

Sebelum aku keluar, kami sempat bercinta dalam 2 posisi lagi. Kami melakukannya dalam gaya berhadapan dan gaya anjing di sofa itu. Aku berhasil membuatnya keluar sebanyak 2 kali. Masing-masing dalam setiap gaya persetubuhan yang kami lakukan.

10 menit kemudian, setelah lebih dari sejam kami bercinta, jebol juga pertahananku. Kutarik Kontolku keluar dari jepitan memeknya semenit sebelum aku sampai di puncak. Lalu kusemburkan spermaku berkali-kali ke wajah dan payudara si ibu. Spermaku yang kental dan banyak itu membasahi wajah, leher, payudara dan rambutnya. Dikocoknya batangku, seolah-olah dia tak puas dengan seluruh sperma yang kutumpahkan tadi. Setelahnya, dia raih sperma-sperma itu untuk ditelannya hingga habis. Sisanya dia balurkan ke dada dan kedua puting susuku, untuk dia jilati seperti seorang anak menjilati sisa-sisa es krimnya. Membuatku meringis-ringis kegelian.

Puas bercinta, kami sama terkapar di atas sofa. Kami bercanda sambil sesekali berciuman dan saling meremas. Sesudahnya aku mandi di rumahnya untuk membersihkan tubuhku dari sisa-sisa pergumulan dahsyat tadi, agar tidak ketahuan istriku. Selesai mandi, si ibu membuatkanku teh manis hangat dengan cemilan ringan. Kamipun berbincang-bincang sejenak seperti tidak ada terjadi apa-apa di antara kami.

Begitu kudapannya habis dan aku hendak pamit, si ibu buru-buru mencekal lenganku. Sambil menatapku genit, dia berpesan aku lebih sering-sering mampir ke rumahnya. Aku hanya tersenyum saja mendengar permintaannya itu. Dia lalu mencium bibirku dengan sepenuh perasaan. Dia juga sempat meremas kemaluanku dari balik celana, sebelum dia melepasku di teras rumahnya

Dalam perjalanan ke rumah, aku berkali-kali menghembuskan nafas panjang. Aku tak pernah menyangka akhirnya aku berselingkuh juga. Dengan wanita yang tak kusangka-sangka pula. Tetangga sekaligus ibu sahabat baikku selama ini. Sebelumnya tak pernah sekalipun aku mengkhianati istriku selama 15 tahun pernikahan kami. Banyak wanita di luar sana yang begitu menarik, namun tak sedetikpun aku tertarik untuk berselingkuh dengan mereka. Apalagi istriku juga termasuk wanita yang pandai memuaskanku di atas ranjang.

Kali ini semuanya terasa berbeda. Walaupun aku sangat menyesal telah mengkhianati istriku, aku tak bisa membohongi diriku sendiri kalau perselingkuhan itu ternyata nikmat juga. Sangat nikmat malah. Ibarat kalau selama ini kita hanya makan 'opor' di rumah tangga kita, selingkuh berarti kita makan 'opor' di luar sana, tetapi dengan variasi, rasa dan sensasi yang berbeda.

Begitu aku sampai di depan pagar rumahku sendiri, sesungging senyum tiba-tiba muncul di sudut bibirku. Aku merasa yakin, bahwa perselingkuhan ini bukanlah yang pertama dan terakhir kalinya terjadi dalam hidupku...

Rabu, 21 November 2012

Cerita Dewasa: Sms Mesum

Perkenalkan, namaku adalah Alex (nama samaran). Aku lulusan sebuah perguruan tinggi ternama di Bandung. Bagiku, seks adalah hal yang tabu, yang benar-benar tak terjamah. Terpikirkan pun tidak, sampai kisah ini aku alami. Apalagi saat kuliah dulu aku adalah salah seorang aktivis kerohanian.

Kisah ini dimulai dari salah SMS. Saat itu, aku berniat mengirim SMS ke seorang teman (wanita) lama yang kukenal. Karena sudah tidak lama berhubungan, dan aku tidak punya catatan tentang nomor HP temanku tersebut, maka aku menuliskan nomor HP dengan agak mereka-reka. Segera kukirimkan SMS tersebut, berisi pesan yang kira-kira menyatakan bahwa aku kangen dan ingin bertemu dengannya.


Satu kali SMS kukirim kepadanya, dia tidak menjawab.
"Aneh", pkirku. Tak mungkin temanku itu tidak membalas kalau tahu SMS tersebut dariku.
Kemudian kukirimkan sekali lagi, dan kucantumkan namaku. Tak lama kemudian, ia membalas dengan miss call. Karena saat itu aku sedang sibuk, kubalas saja miss call nya dengan pesan SMS yang menyatakan bahwa aku akan meneleponnya sore nanti.

Sore, pukul 17.00. Segera kutelepon temanku itu, seperti yang kujanjikan.
"Halo, Nadia?", tanyaku sejenak, ragu.
"I think you've called a wrong number", begitu tanggapan lawan bicaraku.
"Oh, maaf. Saya pikir anda adalah teman saya. Memang saya tidak ingat betul nomor HP-nya. Maaf kalau telah mengganggu", jawabku sambil menahan malu.
"Oh, tidak apa-apa", jawab lawan bicaraku lagi. Saat itu juga hendak kumatikan teleponku, namun lawan bicaraku segera bertanya.
"Memang yang mau kamu telepon ini siapa sih? Kok pake kangen2 segala?", ungkapnya, menggoda.
Lalu kujawab bahwa Nadia adalah teman lamaku, dan kami telah berkawan selama 6 tahun. Singkat kata, akhirnya kami berkenalan. Dari telepon itu, aku tahu bahwa nama wanita tersebut adalah Mia.

Sejak saat itu, kami sering berkirim SMS. Kadang-kadang aku malah menelponnya. Namun, tidak ada niat sedikitpun dalam diriku untuk menemuinya, atau melihat wajahnya. Toh tidak ada maksud apa-apa, pikirku. Dua bulan berjalan sejak perkenalan itu, entah mengapa, isi pesan SMS berubah menjadi hal-hal yang agak menjurus ke seks.

Tiga bulan berjalan sejak perkenalan kami lewat telepon. Tiba-tiba, Mia mengirim SMS yang menyatakan ingin bertemu. "Mengapa tidak", kupikir. Toh tidak ada ruginya untukku. Saat itu pikiranku belum berpikir jauh sampai ke seks. Kami janjian sore pukul 17.00. Kebetulan hari itu hari libur. Setelah tiba di tempat yang dijanjikan, aku segera meneleponnya.

"Gua pake sweater pink", kata Mia. Segera kutemui Mia yang sedang berdiri menunggu.
"Hai, Mia ya?", tanyaku. Mia segera tersenyum.
Wajahnya memang tidak cantik, tubuhnya pun tidak aduhai seperti poster swimsuit di majalah Popular. Namun, aku memang tidak terlalu mempermasalahkan penampilan fisik. Segera kuperkenalkan diriku.
"Gua Alex", kataku.

Memang pergaulanku dengan wanita tidak intens, sehingga saat itu aku sedikit gugup. Namun, segera kututupi kegugupanku dengan sedikit jaim (jaga image). Kami segera menjadi akrab. Kami berbicara sebentar sambil menikmati makanan di sebuah food court.

"Lex, suka nyanyi-nyanyi gak?", tanya Mia setelah kami selesai makan.
"Suka, tapi tidak di depan umum", begitu jawabku.
"Sama dong. Kalo gitu, mau gak kamu saya ajak untuk nyanyi di karaoke? Kita bisa pesan private room kok, jadi tidak ada orang lain." tanya Mia.
Kupikir, asyik juga ya, untuk melepas lelah. Segera kami meluncur ke sebuah karaoke terdekat menggunakan mobilku.

Setibanya di sana, kami memesan tempat untuk dua orang. Kami segera dituntun masuk oleh seorang wanita. Ruangannya agak remang-remang, dan ditutupi gorden, jadi memang tidak akan terlihat dari luar. Sambil waitress menyiapkan ruangan, kami memesan minuman. Mia permisi kepadaku untuk ke toilet. Tepat setelah waitress menyiapkan ruangan dan minuman, Mia kembali. Kurasa agak aneh waktu itu karena aroma wewangiannya kian tajam. Namun, tidak kupedulikan.

Segera kami mulai memasang lagu kesukaan kami, dan kami bernyanyi-nyanyi. Sampai tibalah kami di lagu yang kelima. Mia memesan lagu yang lembut, dan agak romantis. Sebelum lagu tersebut dimulai, tak sengaja punggung tanganku menyentuh punggung tangan Mia.
"Halus sekali", pikirku.

Sayang sekali tanganku untuk berpindah dari punggung tangannya, sehingga kubiarkan saja di situ. Mia pun diam saja, tidak berusaha melepaskan sentuhan tangannya dari tanganku.
"Dingin ya?", tanya Mia, kepadaku, sambil melihat tanganku.
"Iya", jawabku mengangguk lemah.

Segera Mia mendekatkan tanganku ke tangannya. Tanganku segera menggenggam jari-jarinya. Kami bernyanyi sambil menikmati kehangatan tersebut. Pelan-pelan, naluriku mulai berjalan. Ingin sekali aku mengelus pipinya yang lembut, namun aku agak takut-takut. Perlahan-lahan Mia mendekatkan bahunya ke bahuku sehingga kami duduk sangat dekat.

Wangi aroma tubuh Mia segera membius diriku. Tak kupedulikan lagi ketakutanku. Segera kubelai pipi dan kening Mia. Ia menatapku. Aku balas menatapnya. Lalu kuusap lembut rambutnya. Darah kelelakianku segera berdesir. Kukecup keningnya. Mia diam saja. Kukecup rambut dan pipinya, segera aroma tubuhnya kembali membius diriku. Mia benar-benar kuperlakukan seperti pacarku sendiri. Tiba-tiba timbul gelora yang besar untuk memeluknya. Mia sepertinya mengerti karena dia segera mengubah posisi duduknya sehingga memudahkanku untuk memeluknya. Segera kupeluk Mia dengan rasa sayang.

Tiba-tiba Mia menarik tanganku ke dada kirinya. Segera kurasakan bagian lembut kewanitaannya tersebut. Nikmat sekali, namun dengan rasa agak takut. Pelan-pelan kusentuh buah dadanya yang lembut itu. Mia diam saja. Aku mulai berani. Ku elus-elus buah dadanya, perlahan-lahan, dengan gerakan memutar, tanpa menyentuh bagian putingnya. Aku semakin berani. Tangan kananku kumasukkan ke dalam sweater merahnya. Segera ku elus bukit lembut tersebut di bagian pinggirannya. Ku putar-putar tanganku mengelilingi putingnya. Setelah beberapa saat, kusentuh putingnya. Ternyata putingnya sudah mengeras. Lalu kuremas dengan lembut. Mia mendesah.
"Ssshh", desahnya.

Kulanjutkan penjelajahanku ke dada kanannya. Kuulangi hal yang sama. Lagi-lagi Mia mendesah. Segera ia memagut bibirku, dan melumatnya. Saat kujulurkan lidahku, segera dihisapnya kuat-kuat.
"Oh, nikmat sekali berciuman seperti ini", pikirku karena memang aku belum pernah berciuman dengan wanita.

Badanku bergetar hebat, karena aku belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Kami lanjutkan permainan kami beberapa saat. Setelah itu, kami berhenti untuk menikmati minuman kami. Kusodorkan sedotan minumanku untuk diminum terlebih dulu oleh Mia. Kemudian kami lanjutkan nyanyian kami sambil berpelukan. Nyaman sekali rasanya saat itu.

Kuteruskan permainan tanganku dengan lembut, mengelus dan meremas dengan lembut buah dada Mia. Mia kembali memagut bibirku. Kami berciuman hebat. Tiba-tiba Mia menarik tanganku, dan memasukan tanganku ke dalam celana panjangnya. Segera terasa bulu-bulu halus kemaluannya tersentuh oleh tanganku. Pelan-pelan kudorong tanganku ke bawah, menuju organ intimnya. Segera terasa tanganku menyentuh vaginanya yang hangat dan basah.

"Montok kan punya gua?", begitu ungkap Mia saat tanganku mengelus lembut vaginanya.
Segera kuiyakan pertanyaannya itu, padahal aku tidak bisa membedakan seperti apa vagina yang tidak montok. Kuusap terus vaginanya, seraya desahan Mia mengiringi gerakanku.
"Sssh.. Oh, Alex. Baru kamu laki-laki yang bisa memperlakukanku dengan lembut", begitu terus desahnya. Tersanjung juga aku dipuji dirinya.

Kami terus bercumbu sampai tak terasa dua jam berlalu.
"Lex, kamu jangan pulang dulu ya. Aku ingin dikelonin sama kamu. Temani sebentar aku di hotel ya?", tanya Mia kepadaku.
Saat itu, aku agak takut. Takut aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tidur dengannya. Segera kuingat ajaran-ajaran agama yang melarangku melakukannya. Namun sepertinya Mia mengerti ketakutanku.
"Aku cuma minta dibelai kok. Tidak lebih. Ya, Lex?", tanyanya dengan mata memohon.

Berat sekali rasanya untuk mengiyakan permintaannya. Di satu sisi, aku takut sekali melanggar ajaran agama. Lagipula, aku banyak tugas yang malam itu harus kuselesaikan. Namun sisi kemanusiaanku membuat aku tidak tega menolaknya.
"Baiklah, tapi tidak lebih dari itu ya?", jawabku. "Iya, gua janji deh", kata Mia lagi.

Kami segera keluar dari ruangan, membayar ke kasir, dan meluncur ke sebuah hotel menggunakan mobilku. Mia menjadi penunjuk jalan. Setelah membayar uang deposit di kasir hotel, kami segera melenggang ke dalam kamar. Di dalam kamar, aku menyalakan televisi. Sejenak kami menikmati sebuah film. Tak lama kemudian, Mia membentangkan tubuhnya di kamar tsb.

"Lex, sini dong", kata Mia. Aku mengubah posisi duduk ku di ranjang mendekati Mia.
Aku dalam posisi duduk, sementara Mia sudah telentang.
"Lex, belai aku lagi ya", kata Mia. Segera tanganku mengelus dahi Mia.
Kuelus-elus dahinya beberapa lama, turun ke pipi, lalu ke rambutnya yang panjang.

Mia menikmati gerakanku sambil menutup mata. Lalu kusandarkan tubuhku ke ranjang, kukecup lembut kening dan dahinya. Mia membuka matanya, tersenyum. Lalu kucium kelopak matanya. Mia benar-benar menikmati perlakuanku. Perlahan kukecup lembut bibirnya. Aku hanya menyentuhkan bibirku di bibirnya. Namun segera Mia menjerat bibirku di bibirnya. Dilumat bibirku dengan bergairah, sementara tangannya dengan kuat memelukku. Kujulurkan lidahku untuk menyentuh bibir bawahnya, namun Mia segera menghisap bibirku tersebut. Segera kuarahkan ciumanku ke bagian telinganya, dan kujilat bagian dalam daun telinganya dengan lidahku.

Mia meronta-ronta dan mendesah.
"Aduh Lex, geli sekali. Teruskan Lex", katanya.
Kucumbu Mia terus di telinganya. Kemudian kuarahkan cumbuanku ke lehernya. Mia mendesah hebat.
"Ssshh.. sshh.. ohh", desah Mia.
Aku tidak bisa menahan diriku lagi.
"Mia, boleh kubuka bajumu?", tanyaku pelan kepada Mia.

Mia mengangguk, tersenyum. Perlahan-lahan kubuka kancing bajunya. Terlihatlah tubuhnya yang putih mulus, dengan bra berwarna biru. Kulanjutkan ciumanku di seputar dadanya. Tak lupa kukecup pelan ketiaknya yang bersih tanpa bulu. Mia mengerang.
"Lex, buka BH gua dong", pinta Mia.
Segera kuarahkan tanganku ke punggungnya untuk membuka behanya. Sulit sekali membuka behanya. Maklum, belum pernah aku membuka beha wanita.

Setelah terbuka, pelan-pelan kutanggalkan behanya. Segera tampak bukit indahnya yang putih bersih, tanpa cacat, dengan puting kecoklatan. Indah sekali, pikirku. Ingin sekali aku menciumnya. Kupindahkan behanya dan bajunya ke meja supaya tidak kusut. Lalu, pelan-pelan kubasahi buah dadanya dengan lidahku. Kuputar wajahku memutari payudaranya. Mia mendesah lagi. Gerakan itu terus kuulang beberapa kali, lalu berpindah ke payudara kanannya. Di sana kuulangi lagi gerakanku sebelum akhirnya lidahku tiba di puncak payudaranya. Kubasahi putingnya dengan lidahku, kumain-mainkan, kukulum, dan kuhisap. Mia mengerang-ngerang.
"Aduh, Lex..ssh..ssh.. geli sekali. Terus Lex..". Sambil mengulum putingnya, pelan2 kuelus bagian perutnya.
"Auw.. enak Lex..", Mia menekan wajahku ke dadanya. Kira-kira 15 menit Mia kuperlakukan seperti itu.

"Lex, bukain celana panjangku dong..", pinta Mia.
Segera kubuka kancing celananya, dan kupelorotkan ke bawah. Terlihatlah pahanya yang putih bersih, dan kewanitaannya yang masih tertutupi CD. Masih mengulum putingnya, segera kuarahkan tanganku ke selangkangannya. Kuelus-elus perlahan. Kugerakan tanganku dari dekat lututnya, terus bergerak sedikit demi sedikit ke arah pangkal pahanya.

"ohh..", rintih Mia menahan kenikmatan yang kuberikan.
Kuelus vaginanya yang masih tertutupi CD. Ternyata CD-nya sudah basah. Kubelai pelan-pelan bagian tersebut. Mia meronta-ronta, dijepitnya tanganku dengan kedua belah pahanya.
"Oh.. ohh.." ronta Mia. Gantian tangan Mia yang masuk ke celana dalamku. Dipegangnya kemaluanku, lalu dikocok pelan-pelan. Uuh, nikmat sekali rasanya..
"Lex, buka celana dalam gua..", pinta Mia.
"Jangan Mia, gua gak berani melakukan itu.." kataku.

Aku bukan bermaksud munafik, tapi aku memang benar-benar takut saat itu, karena belum pernah melakukannya.
"Tak apa-apa, Lex, tidak usah dimasukin. Gua cuma minta diciumi aja", pinta Mia memohon.
Akhirnya kubuka celana dalam Mia. Kunikmati pemandangan indah dihadapanku. Oh, indah sekali makhluk bernama wanita ini, pikirku.

"Elus lagi, Lex..", pinta Mia. Perlahan-lahan, tanganku mulai mengelus bibir vaginanya yang sudah basah.
Kuputar-putar jariku dengan lembut di sana. Lagi-lagi Mia meronta.
"Ohh..ohh. Ke atas lagi Lex. Elus klitorisku", begitu desahnya perlahan.
Aku tidak tahu persis di mana klitoris. Aku terus mengelus bibir vaginanya. Segera tangan Mia membimbing tanganku ke klitorisnya.

Baru sekali itu aku tahu bentuk klitoris. Mungil dan menggemaskan. Dengan lembut kuputar-putar jariku di atas klitorisnya. Setiap 5 putaran, Mia langsung mengepit tanganku dengan pahanya. Sepertinya ia benar-benar menikmati perlakuanku.
"Lex, tolong hisap klitorisku, yah?", pinta Mia.
Aku sedikit ragu, dan jijik.
"Pake tangan aja yah, Mia..", aku berusaha menolak dengan halus.
"Tolong dong, Lex. Sekali ini saja. Nanti gantian deh ", pinta Mia.

Aku masih berat hati menghisapnya.
"Mia, maaf ya. Tapi kan itu kemaluan. Apa nanti..". Belum selesai aku bicara, Mia segera memotongku.
"Kemaluanku bersih kok, Lex. Aku selalu menggunakan antiseptik. Tolong ya.. sebentar saja, kok", pinta Mia lagi.

Perlahan-lahan kudekatkan mulutku ke kemaluan Mia. Segera tercium aroma yang tidak bisa kugambarkan. Perlahan-lahan kujulurkan lidahku ke klitorisnya. Aku takut sekali kalau rasanya tidak enak atau bau. Kukecap lidahku ke vaginanya. Ternyata tawar, tidak ada rasa apa-apa.
"Terus, Lex..ohh.. enak sekali", desah Mia.

Kuulangi lagi, pelan-pelan. Lama-lama rasa takut dan jijikku hilang, malah berganti dengan gairah. Kuulang-ulang menjilati vaginanya. Mia makin mendesah.
"ooh.. oohh.. ohh.. ohh". Mia menggenggam jari telunjukku, lalu memasukkan ke dalam liang kemaluannya.
"Kamu nanti tidak kesakitan?", tanyaku kepadanya.
Ia menggeleng pelan. Lalu, kuputar-putar jariku di dalam vaginanya.
"Ahh..", Mia menjerit kecil. Kuputar jariku tanpa menghentikan jilatanku ke vaginanya.

Saat kuarahkan jariku ke langit-langit kemaluannya, terasa ada bagian yang agak kasar. Kuelus pelan bagian tersebut, berkali-kali.
"Ya, terus di situ Lex.. ahh.. enak sekali.." Kuteruskan untuk beberapa saat.
Mia makin membuka lebar-lebar pahanya. Tiba-tiba Mia menggerakkan pantatnya ke atas dan bawah, berlawanan dengan arah jilatanku.
"Ah Lex.. aku mau keluaar.." erang Mia.
Mia makin mempercepat gerakannya, dan tiba-tiba gerakan pantatnya dia hentikan, lalu dikepitnya kepalaku dengan pahanya.

"Ahh.. Lex..aku keluar", desahnya.
Segera kupeluk tubuh Mia, dan kugenggam tangannya erat. Kubiarkan Mia menikmati orgasmenya. Setelah beberapa saat, kuelus-elus dahi dan rambutnya.
"Lex, enak sekali", kata Mia. Aku diam saja.

"Sekarang gantian, ya", kata Mia.
Aku mengangguk pasrah, antara mau dan takut. Diputarnya tubuhku sehingga tubuhnya menindih tubuhku sekarang. Dibukanya celana dan celana dalamku. Malu sekali rasanya saat itu. Segera kututupi kemaluanku yang masih terduduk lemas. Sepertinya Mia mengerti perasaanku. Ia segera mematikan lampu kamar. Aku merasa lebih tenang jadinya. Lalu, dibukanya pahaku yang menutupi kemaluanku. Mia segera meraba-raba kemaluanku. Oh, geli sekali rasanya. Rasa geli itu membuatku secara refleks menggelinjang. Mia tertawa.
"Enak kan, Lex?" tanyanya menggodaku. Sial nih orang, pikirku. Dikerjain gua.
"Mau diterusin gak, Lex?" tanya Mia sambil menggoda lagi. Aku hanya mengangguk.

Saat itu kemaluanku belum berdiri. Aneh sekali. Padahal biasanya kalo melihat adegan yg sedikit porno, punyaku langsung keras. Akhirnya Mia mendekatkan mulutnya ke kemaluanku. Dikecupnya ujung kemaluanku perlahan. Ada getaran dashyat dalam diriku saat kecupannya mendarat di sana.
"Lex, punya kamu enak. Bersih dan terawat", ujar Mia.
Geer juga aku dipuji begitu. Dipegangnya gagang kemaluanku, lalu Mia mulai menjilati kemaluanku. Ya ampun, pikirku. Geli sekali.. Secara reflek aku meronta, melepaskan kemaluanku dari mulut Mia.

"Kenapa, Lex?", tanya Mia.
"Gua gak tahan. Geli banget, sih?", kataku protes.
"Ya udah, pelan-pelan aja, ya?", kata Mia.
Aku mengangguk lagi. Mia mulai memperlambat tempo permainannya. Rasa geli masih menjalari tubuhku, tapi dengan diikuti rasa nyaman.

Kuperhatikan Mia menjilati kemaluanku, tak terasa kemaluanku segera mengeras. Mia senang sekali melihatnya. Segera dilahap kembali kemaluanku itu, kali ini sambil dikocok-kocok dengan tangannya. Sekali lagi aku disiksanya dengan rasa geli yang amat sangat. Kunikmati permainannya, tak terkira nikmatnya. Ya ampun, baru sekali ini kurasakan kenikmatan yang tiada tara seperti ini.

"Ah..", tak kuasa aku menahan desahanku.
"Lex, kumasukan ya punyamu?", tanya Mia.
"Nanti kamu sakit, gak?", tanyaku.
Aku sudah tak bisa menguasai diri lagi. Ingin sekali rasanya kemaluanku dikepit oleh vaginanya.
"Ya, kalau aku yang ngontrol sih, gak sakit", kata Mia.
"Ya udah, kamu yang di atas aja", kataku kepadanya.

Mia segera mengubah posisi tubuhnya. Ia kangkangkan pahanya di atas tubuhku, lalu pelan-pelan dibimbingnya penisku menuju liang kemaluannya. Ditekannya sedikit, masuklah sedikit ujung kemaluanku ke dalam. Terasa sedikit basah dan licin kemaluannya. Didiamkan punyaku di sana utk beberapa saat. Aku diam menunggu. Lalu ditekannya sedikit lagi. Kali ini punyaku masuk lebih dalam dan makin terasa cairan pelicin kemaluannya. Sudah sepertiga dari panjang kemaluanku yang berada dalam vaginanya. Dia diamkan lagi penisku di sana beberapa saat. Ia sedikit mengernyit.

"Sakit?", kutanya.
"Iya, tapi gak apa2. ", jawab Mia.
Kemudian ia mendorong penisku makin dalam, hingga akhirnya semua penisku tertelan di dalam vaginanya. Terasa basah dan hangat vaginanya. Nikmat dan geli sekali rasanya. Setelah beberapa saat, Mia mulai menggerakkan pinggulnya naik dan turun. Ahh.. enak sekali menikmati penisku terjepit dalam vagina Mia.

Gerakan pantat Mia membuat penisku terkocok, dan segera aku merasakan kenikmatan yang tiada tara. Mia pun seakan-akan begitu.
"Ohh.. ohh.. ohh.. ohh", Mia mengerang-ngerang. Mia terus menggerakan pinggulnya naik dan turun selama beberapa saat dengan diiringi desahan.

Tiba-tiba ia berhenti. Entah mengapa tiba-tiba ada perasaan kesal dalam diriku. Namun, ternyata Mia tidak berhenti begitu saja. Kini pinggulnya digerakan tidak naik-turun lagi, tapi maju mundur, dan terkadang berputar. Sepertinya Mia sangat menikmati gerakan ini, terbukti erangannya semakin sering.
"Ah.. ah.. ahh.. ahh..", desahnya terus, tanpa henti.
Kuremas dengan lembut payudaranya, Mia makin merintih.
"Sssh.. ssh.. sshh.. enak Lex" .

Makin lama gerakan Mia makin cepat.
"Lex, aku mau keluar lagi, Lex.." rintihnya.
Aku pun merasa penisku berdenyut kencang.
"Mia, tolong lepaskan, aku mau keluar", kataku.
Aku takut sekali kalau sampai Mia hamil. Tapi Mia tidak mau melepaskan penisku. Ditekannya kuat tanganku dengan kedua tangannya sehingga aku tidak bisa melepaskan diri darinya. Tiba-tiba kurasa penisku menyemburkan cairan kuat di dalam vaginanya.

"Aduh, Mia, jangan.. nanti kamu hamil..", teriakku, sesaat sebelum cairanku keluar.
Tapi semua sudah terlambat. Semua cairanku sudah keluar dalam vaginanya. Nikmat sekali rasanya, namun terasa lemas tubuhku sesudahnya. Segera otot-otot penisku mengerut, dan menjadi kecil kembali.

Mia dengan kecewa melepaskan penisku.
"Mia, kalo kamu hamil gimana", tanyaku dengan setengah takut.
"Tenang aja, Lex. Gua pake alat kontrasepsi kok. Kamu gak perlu takut, ya?", kata Mia menenangkan diriku.
Kemudian, Mia segera memijat-mijt penisku. Dielus, dan di kulum lagi seperti tadi. Tak lama, penisku segera mengejang lagi. Segera penisku dimasukan lagi oleh Mia ke vaginanya. Kembali Mia melakukan gerakan maju mundur tadi.

"ohh.. ohh.. ohh.. oohh", erangnya.
Kuremas lembut payudaranya.
"Ssshh.. sshh.. sshh", begitu terus rintihannya.
Selama beberapa saat Mia mengocok penisku dengan vaginanya, sampai akhirnya ia berteriak.
"Lex, aku hampir keluar", desah Mia.

Segera Mia mempercepat gerakannya. Aku pun membantunya dengan menggerakan pinggulku berlawanan dengan arah gerakannya.
"Ahh.. Lex, aku keluar", desahnya agak keras.
Sejenak ia menikmati orgasmenya, sebelum rubuh ke dalam pelukanku. Kubiarkan ia menikmati orgasmenya, kuelus rambutnya, dan kukecup keningnya. Kami berpelukan, dan tidur tanpa busana sampai pagi hari.

Mia, dimanapun kau berada, kuingin kau tau, kaulah kenangan indahku yang pertama.

Tamat

 
Ini Cerita Dewasaku powered by blogger.com
Design by Free7 Blogger Templates Kisah Kriminal