Tampilkan postingan dengan label Mahasiswa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mahasiswa. Tampilkan semua postingan
Jumat, 07 Juni 2013

Didalam Bioskop

Sebut saja namaku Kris. Aku adalah mahasiswa angkatan 2001 di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Malang dan sebagai pegawai swasta di sebuah PMA Malang. Saat ini usaiku 25 th. Aku mempunyai seorang cewek yang baru masuk kuliah. Usianya sekitar 5 tahun lebih muda dariku. Aku dan dia sudah berpacaran semenjak dia kelas II SMU, sebut saja namanya Dina. Perlu diketahui bahwa hubunganku dengan Dina kurang mendapat persetujuan dari orang tua Dina khususnya Ibu, namun walau demikian aku tak mau menyerah dan terus berhubungan dengan Dina.

Oh.. iya, kejadian yang akan kuceritakan ini kira-kira terjadi pada bulan Agustus 2002, saat itu aku sedang main ke rumahnya yang berada jauh dari kotaku, Malang, karena lokasi Dina ada di Surabaya. Setelah menempuh dua jam perjalanan, Aku pun sampai di rumahnya. Aku langsung ketuk pintu rumahnya.
“Permisi.. Dina.. ada?”, ucapku pada orang tuanya.
Selanjutnya mereka memanggil namanya, tak lama kemudian Dina pun muncul dengan pakaian yang cukup seksi, dengan mesra Dina menyambutku dengan memeluk dan menciumku!
“Hai.. baru nyampe yah”, ucapnya.
“Iya.. nih”, jawabku.
Aku pun kemudian masuk ke rumahnya, disana hanya ada nenek serta adik-adiknya saja kerena ibunya berada di Jakarta.
Singkat cerita setelah ngobrol-ngobrol, Dina mengajakku pergi nonton ke bioskop 21 Surabaya. Aku hanya tersenyum menuruti kemauannya. Dalam perjalanan Dina senantiasa bergayut mesra di tanganku bahkan kadang-kadang Dina menciumku tanpa rasa risih sedikitpun. Jam 15.30 kami sudah sampai di bioskop yang kami tuju lalu kami memesan tiket dan sengaja memilih tempat paling pojok atas.
“Biar lebih enak”, katanya.
Satu jam ruangan theater pun dibuka tanda pertunjukan akan segera dimulai, aku dan diapun segera masuk menuju ke kursi paling pojok atas, saling bergandengan. Walau baru masuk dan lampu masih terang, Dina sudah tampak begitu bernafsu. Itu terlihat dari sorot mata dan tindakan Dina yang sering “nyosor” menciumku. Ketika film dimulai maka lampupun dipadamkan sehingga petualanganpun kami dimulai.
Dalam keremangan kulihat Dina tersenyum manis terhadapku lalu dia berbisik padaku, “Say.. Aku cinta kamu.. peluk aku dong say..”.
Akupun dengan tersenyum langsung merengguh Dina dalam pelukanku, entah siapa yang memulai bibir kamipun sudah bertemu dan melakukan French kiss, sungguh indah dan nikmat berciuman dengannya. Dina begitu pandai memainkan lidahnya.. kamipun mulai saling julur lidah dan saling melumat tak terasa desah indaHPun mulai kudengar dari mulut Dina
“Mmhh..”, Dina melenguh pelan.
Segera bibirnya kulumat dengan panas. Lidahku menyusup ke dalam mulutnya yang agak terbuka, mengais-ngais lidah dan rongga mulutnya. Mulutnya mulai bereaksi membalas lumatanku.. cukup lama lidahku bermain dalam mulutnya. Tanganku yang mengelusi lehernya mulai turun menyusuri leher ke bawah menuju buah dadanya. Dari luar pakainnya, tanganku menggapai.. meraba dada kanannya lalu dada kririnya. Perlahan tanganku mulai meremas lembut buah dada tersebut.
“Mmhh.. hh..”, Dina kembali melenguh pelan.
Sementara mulut dan lidahku kembali menyerang dengan ganasnya. Tanganku mulai menarik lepas ujung bawah pakainnya dari dalam celana dan menyusup masuk. Kusentuh lansung perutnya yang halus terus ke atas menuju dada kanan. Tanganku kembali meremas-remas dada dari luar beha. Sementara itu di atas Dina dengan panas mengimbangi kulumanku. Lidahnya tak mau kalah menyelusup ke dalam mulutku. Lidah kami saling membelit dengan mulut menghisap kuat. Tanganku bergerak melakukan belain mesra pada setiap lekuk tubuhnya. Kuremas punggungnya, rambutnya, lalu Tanganku mulai menyusup dari celah cup beha masuk menyentuh langsung dan membelai mesra buah dadanya.
Jariku mencari-cari puting payudaranya. Putingnya terasa mungil namun tegang mencuat. Kuelus?elus dengan jari sambil sesekali kupilin pelan. Lenguhan Dina semakin keras. Kualihkan serangan bibir dan lidahku ke lehernya yang halus.
“Oouhh..”, erang Dina.
Dinapun mulai mengerang kenikmatan. Kuremas susunya yang masih keras dan kenyal lalu ku coba melepaskan satu.. dua.. tiga kancing bajunya. Sekarang buah dadanya sudah terbuka. Dadanya begitu putih dan indah sekali, terbungkus beha ukuran 32 B warna krem berenda menutupi buah dada yang tidak begitu besar. Achh.. Aku sampai menelan ludah menyaksikan keindahan bukit yang ranum itu. Kutatap sejenak wajah Dina yang tampak merona merah menahan nafsu, kembali mulutku mengecupi leher dan belakang telinga, sementara tanganku sudah menyusup kebalik beha meremasi dan membelai mesra secara langsung bukit dada yang sudah mengembang tegang. Jariku memilin putingnya yang mungil.
“Oouuhh..”, Dina melenguh sambil menggelinjang.
Tanganku terus bermain di bukit dadanya sebelah kanan kemudian berpindah ke dada kiri. Mulutku bergerak menyusuri leher, dengan jilatan panas dan basah terus menuju bawah. Kubelai dan kukecup buah dadanya dari atas behanya oh.. begitu halus sekali kulitnya. Kuremas buah dada itu dari balik behanya.
“Ouggh..”, desisnya nikmat membuatku semakin bernafsu saja.
Sementara tanganku keluar dari dalam cup beha menyelinap dan mengelus-elus punggungnya yang halus. Kubuka kaitan behanya di punggung, lepas sudah. Kupandangi wajahnya, matanya terpejam. Terpampang lah keindahan yang sesungguhnya dan benar-benar elok.
Wow.. buah dadanya begitu putih, mulus, kencang, dihiasi puting kecil mungil berwarna kemerahan di kedua ujungnya. Walau memang tidak terlalu besar, bahkan cenderung kecil namun tampak sangat kenyal sekali bagai buah apel muda. Tapi justru itulah keindahannya. Buah dada yang tidak besar namun kencang seperti yang umumnya dimiliki gadis chinese, sungguh mendatangkan pesona bagai sihir yang sangat luar biasa dan tak pernah habis.
Perutnya rata, putih halus tanpa noda dihiasi dengan pusar yang indah. Mulutku segera mendarat di perut, lidahku menjilati pusarnya, bergerak terus ke atas dengan jilatan hangat menyusuri perut menuju dada kirinya. Sesampai di dada tidak langsung menuju pusat tapi mengitari lereng bukit dadanya dengan jilatan basah.
lalu dengan lembut ku kecup susu itu secara melingkar di setiap sisinya.
“Achh..oughh.. Mas..”, Dina kembali mengerang.
Puas menyusuri lereng dadanya mulutku menuju puncak dadanya, lidahku menjilati putingnya dengan mesra. Kemudian mulutku pun langsung mengulum buah dada tersebut. Buah dada kiri itu segera hilang dalam mulutku. Mulutku langsung menyedot kuat sambil lidahku mengais-ngais putingnya. Di bawah, jariku sudah masuk ke dalam kemaluannya. Kugerakan maju mundur perlahan, terasa lubang itu semakin basah. Tanpa disadari tangan Dina pun mulai bergerilya melakukan remasan pada selakanganku hingga membuat penisku mulai berdiri.
“Aduhh.. ohh.. sstt..”, Dina semakin mengerang.
Kembali kulumat dan kuremas habis buah dadanya yang wowww.. begitu kenyal dan nikmat, setelah puas kuturunkan ciumanku ke perutnya kusapu setiap jengkal halus kulitnya dengan juluran lidahku. Tanganku pun tak berhenti mengusap dan meremas setiap lekuk tubuhnya lalu dengan pasti kuremas selakangannya.
“Ehmm..”, Dina menggelinjang mesra.
Kubuka resulting celananya dan sedikit kutarik kebawah.. lalu tanganku pun mulai merayap membelai selakangannya yang masih tertutup CD warna krem juga
“Aahh.. sstt.. acchh..”, Dina terus mendesis tertahan menerima setiap rangsangan dariku.
Sementara itu tanganku sudah menyusup ke dibalik CDnya sambil tanganku mengelus-elus. Tanganku pun menyentuh bulu-bulu halus jembutnya yang tidak terlalu lebat. Terus bergerak ke bawah menuju pusat lubang kewanitaannya. Tampak Cdnya sudah mulai lembab basah. Jariku menggesek-gesek sesekali menekan dan meremas di mulut kewanitaannya.
“Ach.. mhh.. Mas”, Dina mendesah.
Segera saja kukecup bibirnya agar desahannya tidak terlalu keras dan mengganggu penonton lain. Di bawah, tanganku tetap menggesek-gesek mulut kemaluannya sambil jari-jariku mulai membelai dan sesekali menusuk menerobos ke dalam lubang kenikmatannya sehingga menjadi semakin basah.
“Oohh.. Mas..”, Dina kembali mendesah.
Tubuhnya menggeliat perlahan, terlonjak dengan pantatnya terangkat naik menhan geli dan nikmat karena takut menganggu penonton lain. Aku semakin bersemangat menyedot-nyedot buah dadanya dan jariku terus semakin cepat bergerak keluar masuk di lubang kemaluannya sambil ku gesek juga klitorisnya. Ada sekitar 5 menit aku mempermainkan buah dada dan lubang kemaluannya.
Hingga tak lama kemudian tiba-tiba tubuhnya menegang dibarengi dengan erangan tertahan. Kakinya kaku, lurus mengarah ke bawah. Pangkal pahanya menjepit tanganku. Tubuh Dina mengejang beberapa saat.
Kurasakan ada aliran cairan putih, kental dan hangat yang meleleh mengalir dari lubang kemaluannya dengan derasnya.
“Achh.. aku.. aku.. keluar.. sayang..”, desisnya tertahan ketika orgasme.
Dina tergolek lemas dengan mata terpejam. Kukeluarkan tanganku dari dalam celananya yang basah. Lalu kupeluk dan kukecup mesra Dina, kucium jariku yang blebotan cairan putih kental yang tadi keluar dari memek Dina setalah melaksanakan tugasnya. Ohh.. harum sekali bau cairan memeknya itu!
Setelah beberapa saat istirahat, kurasakan tangan Dina mulai menjalar lagi membelai mesra dadaku lalu Dina mencium dan mengulum bibirku serta tangannya yang mulai meraba-raba penisku dan diusap-usapnya di dalam. Kemudian Dina mulai membuka resulting celanaku.. dan dikeluarkannya penisku dari sarangnya yang sudah keras dan berdiri tegak bagai rudal scud AS. Dibelai dan dikocoknya dengan mesra penisku.
“Oochh..” desisku tertahan.
Terasa bergetar seluruh syarafku, ngilu, geli bercampur nikmat kini kurasakan dari belaiannya pada penisku. Dina terus mengocok dan mengurut-urut penisku membuat penisku makin tegak berdiri lalu kulihat mukanya di turunkan ke arah selakanganku.. tak lama kemudian.. auchh.. terasa lidahnya dengan lembut mengusap helm penisku
“Uiich..” kembali aku mendesah.
Rasanya bener-bener sulit dibayangkan lalu tanpa sadar ku tekan kepalanya agar lebih dalam lagi ke selakanganku hingga akhirnya penisku bener-bener masuk ke dalam mulutnya. Dina pun mulai menyedot, menghisap dan menjilati penisku di dalam mulutnya
“Ooh.. yess.. ohh..”, Aku menahan nikmat.
Aku blingsatan dibuatnya namun aku terus bertahan agar tidak teriak dan terlalu banyak gerak, takut dilihat penonton lain.
Ahh.. bener-bener hebat dan nikmat apa yang dilakukan Dina.. tangannya pun tak tinggal diam, ikut mengurut batang penisku.. Lama-lama akupun tak tahan, diiringi desis nikmat dari mulutku keluarlah spermaku dalam mulutnya
“Sstt.. aahh.. oohh.. Din.. aku.. keluar.. oohh.. nikmat Din.. oohh..” seruku.
Dinapun terus menjilati dan menelan habis semua spermaku. Lalu kuangkat mukanya dan kucium bibirnya yang masih ada sedikit spermaku, kukulum lidahnya, kuremas buah dadanya.. dengan nikmat.. lalu ku ucapkan, “Terima kasih Dina.. terima kasih sayang”!
Dina tersenyum dan kembali mengecupku.. mesra. Aku dan Dina pun segera merapikan pakaian kerana film akan segera habis. Benar saja.. baru saja kami selesai dan merapikan pakaian, lampu menyala terang benderang.. aahh untung.. udah selesai..! Andaikan tadi lagi tanggung tak dapat dibayangkan.. betapa malunya kami.
Lalu kamipun pulang dengan perasaan senang dan bahagia apalagi aku sampai pulangpun aku masih kerkenang peristiwa tadi.

Selasa, 07 Mei 2013

Cerita Dewasa: Fifi Yang Lagi Butuh Duit

Malam itu aku duduk disebuah restoran kecil di sudut utara kota P ini dimana aku sedang berada bersama motorku. Aku sedang mengetik kisah perjalananku ketika HPku berbunyi.

“Hallo, Mas Wawan, sudah ditempat?” tanya suara pria diseberang sana.
“Sudah. Kamu segera kesini saja. Aku di meja no 3.” Jawabku.

Tak seberapa lama, datanglah seorang pemuda keren 25 tahunan mendekati mejaku.
“Mas Wawan? Kenalin, Erwin.” Kata pemuda itu mengulurkan tangannya.
Segera aku berdiri sambil menyambut tangannya.
“kau punya nomornya?” tanyaku, setelah kami berdua duduk dan ia memesan sebotol minuman ringan.

Ia tidak menjawab, namun tersenyum lalu mengeluarkan flashdisk dari saku kemejanya. Segera kubuka, dan di folder “FIFI” aku menemukannya. Sebuah foto wanita cantik berjilbab cekak dengan tubuh montok terbalut kemeja ketat tersenyum padaku.
“ini ceweknya?” tanyaku pada Erwin.
Dia mengangguk-angguk sambil tersenyum nakal.

Erwin adalah kenalan yang kutemui di forum dimana petualang dan hunter sepertiku berkumpul didunia maya. Dia adalah seorang mahasiswa tua sebuah universitas islam di kota Y. Dia mengatakan padaku bahwa dia tahu seorang gadis cantik dan berjilbab mahasiswi kampusnya yang sedang membutuhkan uang untuk membayar kuliahnya.

Dari Erwin aku tahu bahwa gadis ini punya kehidupan yang glamor sehingga sering menggunakan uang kiriman ortunya di kampung untuk bersenang-senang, sehingga akhirnya punya tunggakan uang SPP yang besar.

“Hallo,” katakku membuka pembicaraan di telepon
“Hallo… siapa ini?” terdengar jawaban dengan suara yang lirih merdu di seberang sana.
“Ini Fifi?” tanyaku.
“Benar. ini siapa yah?”
“Mmm… kenalin, ini Wawan…”
“Mmm.. tau nomor saya dari siapa yah?”
“Dari temen Fifi.”

“Denger-denger Fifi butuh uang yah?”
Terdengar suara Fifi berubah bergairah dan bersemangat.
“Iya! Kok tahu? Ni siapa sih?”
“Ini temen… gini fi… aku ada nih, sedikit uang buat kamu pake dulu… tapi aku juga mau minta bantuanmu nih…” kataku memulai menyerang.
“Mmm.. bantuan apa? Boleh deh…” kata gadis cantik itu.
“Aku pingin kenalan sama Fifi… gimana kalo besok sabtu siang kuajak Fifi ke sebuah tempat wisata? mau yah? Lagi butuh temen ngobrol nih…”

Agak lama tidak terdengar jawaban dari Fifi. Aku sempat khawatir, jangan-jangan dia nggak mau dan langsung mutusin hubungan. “Hallo?” kataku ngetes.
“Iya deh… tapi cuman ngobrol kan?” katanya terdengar khawatir.
“Iya…” jawabku sekenanya.
Nanti kalo sudah kena rayuan mautku dia tak akan bisa berkata takut-takut seperti ini, pikirku.
“Ok.. ketemu di depan gerbang kampusmu yah, besok sabtu siang…” kataku menutup telepon.
_____

Sabtu siang pukul 11, matahari bersinar cerah, secerah harapanku akan seorang gadis alim berjilbab yang akan kuperawani. Si Erwin juga tidak minta apa-apa kecuali dia bilang kalau juga ingin ikut menikmati si Fifi. Aku sih tidak Masalah, aku justru semakin bergairah jika menikmati seorang gadis cantik montok berjilbab seperti Fifi bersama beberapa rekan.

Mobil BMW sewaanku berhenti didepan gerbang kampus Fifi, tepat didepannya. Aku keluar mobil, lalu melihat sekeliling. Baru sebentar, aku sudah menemukannya. Gadis cantik itu berjalan mendekat ke mobil. Semakin dekat dan melihatnya langsung, aku baru mengerti kenapa Erwin bilang dia dapat nilai 11 jika harus memberi nilai 1-10.

Tubuh tinggi semampai sekal dengan balutan kemeja batik ketat dengan lengan sambungan hitam ketat. Rok jeans yang ia pakai juga ketat, menampakkan samar kaki yang sekal. Senyum di wajahnya yang putih bersih semakin menawan dengan lesung pipit di pipinya. Jilbab hitam yang ia kenakan dililitkan ke lehernya membuatnya semakin senawan. Segera aku mengulurkan tangan, bersalaman dengan tangannya yang halus. Fifi tersenyum.

“Mas Wawan yah? Kenalin, Fifi.” Katanya.
“Kita mau kemana sih?”
“Jalan-jalan aja…ngobrol-ngobrol. Mau yah. Masih butuh uangnya khan?” tanyaku.
Fifi pun mengangguk.

Akhirnya dia berhasil kuajak Masuk kedalam mobil dan segera kubawa ke villa yang sudah kusiapkan. Selama perjalanan, aku bercakap-cakap dengannya untuk mendalami dirinya dan mengetahui kelemahannya. Setelah beberapa lama bercakap, aku yang sangat pandai dalam merayu dan mendekati cewek akhirnya dapat mengorek bahwa ternyata Fifi sudah pernah merasakan orgasme, namun belum sampai ngeseks.

Selama ini dia cuman dioral oleh mantan pacarnya yang sudah tiga bulan putus. Tentu saja dia menceritakannya dengan malu-malu, dan dengan sedikit paksaan menggunakan ancaman uang yang jadi kartu as ku.

Bahkan dalam perjalanan aku sudah bisa mulai merangsangnya, meremas-remas paha sekalnya dari luar roknya sampai mengelus-elus vaginanya dari luar roknya. Fifi yang berbaju ketat itu hanya bisa menggigit bibir menahan birahi yang menerpanya. Ia tak berani menolak karena takut aku tidak meminjamkan uang yang ia butuhkan. Akhirnya menjelang sampai di villa dia hanya mendesah dan merintih karena kurangsang.

1 jam kemudian sampailah kami di vila yang kusewa, ternyata Erwin belum kelihatan. Tempatnya cukup terpencil dan jauh dari keramaian, hanya hamparan hutan dan padang rumput di sekelilingnya, tidak ada tetangga atau vila lain dalam radius ratusan meter.

Vila tersebut sangat besar dengan 5 kamar tidur dan kolam renang yang besar, bangunan untuk pengurus vila terletak jauh di belakang yang dihubungkan jalan setapak melewati taman. Tentu saja aku sudah memesan agar tidak diganggu.

Kemudian segera kutarik Fifi ke teras depan dimana aku duduk sambil menikmati indahnya pemandangan dan sejuknya hawa pegunungan. Langsung saja dia kutarik duduk di pangkuanku. Tanpa ada perlawanan yang berarti, kupeluk tubuh sekal Fifi dan ku cium pipi mulusnya di kursi teras depan diselingi angin sepoi daerah pegunungan yang dingin.

“Jangan maas..” kata Fifi sedikit berontak.
“Gak apa-apa… nikmati aja… katanya mau pinjem uang…” kataku sambil terus mempererat pelukanku dan terus menciumi pipinya.

Dia hanya diam. Fifi yang bertubuh sekal mulus itu Masih terus berontak, namun seperti hanya agar tidak kehilangan harga dirinya. Aku tahu dari desahan nafasnya yang menderu dan gerakan tubuhnya yang seakan menikmati gesekannya dengan tubuhku, sesungguhnya Fifi terangsang hebat.

Tanpa menunggu lama, tanganku segera menjelajah ke tubuhnya yang menantang, buah dada adalah sasaran pertamaku, Masih terasa kenyal dan padat seperti yang kurasakan beberapa waktu yang lalu. Kuremas dengan penuh nafsu pada kedua bukit di dadanya dari luar kemeja ketatnya secara bergantian, sementara tanganku satunya membuka satu persatu kancing bajunya.

Sekali terbuka langsung kulepaskan baju ketatnya dan melemparkannnya ke lantai teras, dan tampaklah buah dadanya yang putih mulus dengan berbalut bra satin biru tua, sungguh kontras dengan kulitnya yang putih mulus, menambah sexy tubuhnya. Lengan sambungan hitam ketat juga semakin menambah gairahku.

Ciumanku mulai mendarat di pangkal lehernya yang tidak tertutup jilbab, tanganku tidak pernah lepas dari dada Fifi. Fifi yang bertubuh sekal itu hanya menggelinjang dan mendesah ketika lidahku menjelajahi lehernya, terus turun hingga bahu dan berputar di sekitar dada.

Dinginnya udara pegunungan tidak dapat mengusir panasnya birahi kami berdua. Terlarut akan gairah, Fifi menjambak rambutku ketika putingnya kukeluarkan dari bra-nya dan kupermainkan dengan lidahku, sambil tanganku membuka retsleting roknya, dan mulai menyelinap di baliknya, menjelajah di sekitar pangkal pahanya yang Masih tertutup celana dalam halus. Terasa lembab dan basah di antara pahanya.

“Sshh.. agh..!” desahnya di dekat telingaku semakin membuat gairahku memuncak.
Akhirnya dengan sekali sentil di kaitan bra, maka terlepaslah bra dari tempat semestinya. Kini terpampang tepat di wajahku kedua belahan buah dada yang putih montok milik Fifi dengan puting yang kemerahan, sungguh indah dan menantang untuk diremas dan dikulum. Maka segera kudaratkan bibirku di antara kedua bukit itu dan kembali lidahku menjelajahi kulit mulus itu terus mendaki ke puncak bukit.

Kuputar-putar jilatanku di sekitar putingnya sebentar, lalu kukulum putingnya dan kusedot dengan gigitan-gigitan ringan nan nakal. Fifi makin menggelinjang, pantatnya mulai digoyang-goyangkan di pangkuanku, sehingga menekan dan menggesek-gesek kemaluanku yang sudah menegang.

Tangan kiriku sudah Masuk di balik celana dalamnya yang basah. Mulanya satu jari Masuk ke liang vaginanya, kemudian dengan dua jari kukocok vaginanya sambil kusedot kedua putingnya secara bergantian.

“Aaghh.. yess.. yaa.. truss.. sshh..!” desah Fifi yang sudah terpapar birahi itu makin kencang tidak perduli dengan suasana sekitar, bahwa kami Masih di teras villa.

Goyangan pantatnya makin kencang seirama kocokan jariku di vaginanya. Kemudian kutarik dia berdiri, dan dengan sekali hentakan roknya kuperosotkan ke bawah, hingga tinggal celana dalam yang Masih menempel. Kini Fifi yang cantik itu semakin seksi dan menggairahkan, hanya menggunakan jilbab hitam, sambungan lengan hitam dan kaus kaki putih.

Aku yang sudah tidak tahan langsung menekan pundaknya agar jongkok di depanku, lalu tergesa-gesa kulepas kaosku. Kubuka retsleting celanaku dan kukeluarkan alat kebanggaanku dari sarangnya. Fifi memejamkan matanya dan menggeleng-geleng. Aku tahu, Fifi baru sekali ini melihat penis laki-laki secara langsung.

Segera kurayu sambil kutepuk-tepukkan penisku ke wajah dan pipinya yang halus, lalu kugesek-gesekkan ke bibirnya mungilnya. Terasa bibir indahnya bergetar menyentuh ujung kejantananku yang menegang.

Ujung kejantananku sudah basah, pelan-pelan lidah Fifi keluar dan mulai menari-nari di lubangnya. Kuambil satu tangannya lalu kutuntun mengocok batang penisku. Kepala kejantananku sudah berada dalam kuluman mulut manisnya, sementara tangannya kutuntun menjelajah ke bawah ke kantong bolaku. Aku begitu terangsang dan kelojotan kenikmatan dibuatnya.

Kupegang kepalanya dan kugoyangkan pinggulku sehingga aku dapat mengocok mulutnya dengan kejantananku. Meskipun Fifi tidak dapat mengakomodasi semua kejantananku yang 17 cm panjang dan 4 cm diameter, tapi Fifi cukup memberi rangsangan dengan menggoyang-goyangkan kepala saat kukocok mulutnya. Fifi seperti kewalahan menghadapi kocokanku di mulutnya.

Kuangkat tubuhnya, kutarik celana dalamnya ke bawah hingga terlepas lalu kutelentangkan di meja teras tubuh telanjangnya. Baru kali ini aku dapat melihat dengan jelas tubuh telanjang Fifi, begitu putih mulus dan padat berisi. sungguh beruntung aku dapat ikut menikmati tubuh indah dan seksinya.

Aku jongkok di antara pahanya, kucium aroma khas dari vaginanya yang sudah basah, kembali kuMasukkan jariku ke liang vaginanya sambil kujilati klitorisnya yang merah mudah dan dikelilingi rambut halus tipis di sekelilingnya.

Fifi mengerang dan menggerak-gerakkan pinggulnya seakan memaksaku untuk meMasukkan lebih dalam lidahku ke vaginanya. Jilatan lidahku langsung menelusuri bibir vaginanya hingga akhirnya mengganti kocokan jari tangan dengan kocokan dan jilatan lidah di vagina basahnya. Fifi kembali mendesah atau lebih tepatnya teriak histeris dalam gelombang kenikmatan.

Tidak mau ‘menyiksa’-nya lebih lanjut, maka aku berlutut dan mengatur posisiku di antara kakinya yang kurentangkan. Aku tahu, lubang vagina perawan Fifi terlalu sempit untuk ukuran kejantananku.

Dengan perlahan kuusap-usapkan kepala kejantananku di bibir vaginanya. Aku tidak mau terlalu bernafsu untuk segera meMasukkan ke dalam, karena itu akan membuat Fifi kesakitan.

Setelah kurasakan cukup, perlahan kudorong kejantananku Masuk sedikit demi sedikit sambil menikmati expresi di wajah cantik Fifi ketika menerima kejantananku di vaginanya yang sempit. Kulihat dia menggigit bibir bawahnya yang mungil dan tangannya meremas pinggiran meja.

Aku menghentikan sesaat doronganku untuk memberi Fifi kesempatan bernapas, kemudian kulanjutkan untuk membenamkan sisa dari batang kejantananku di vagina Fifi. Terasa ada yang robek, bersamaan dengan jerit kesakitan Fifi.

Aku berhasil memerawani Fifi. Setelah semua Masuk, kudiamkan sejenak untuk membiarkan Fifi terbiasa dengan penisku, juga menikmati expresi wajah Fifi yang berubah memerah karena mulai bisa menikmatinya.

“Sshh.., pelan maass..!” katanya pelan bercampur desahan.
Perlahan kutarik kejantananku keluar dan meMasukkan lagi dengan pelan, semakin lama semakin cepat hingga aku dapat mulai melakukan kocokan-kocokan ke vaginanya.

“aduuh…auww.. maass.. auuhh.. yahh…mmhh.. enaakk.. pelaannh…! jerit sakit Fifi itu pelan-pelan berubah menjadi desah nikmat.

Tangan Fifi sekarang meremas kedua buah dadanya sendiri yang dari tadi bergoyang-goyang mengikuti goyangan atas kocokanku. Dipilinnya sendiri kedua putingnya sambil tetap mendesah dan mengerang dalam kenikmatan birahi. Kunaikkan kedua kakinya ke pundakku, sesekali kujilat dan kukulum jari-jari kakinya sambil mengocok vaginanya, Fifi makin menggelinjang.

“Ougghh.. maass.. aaku..”
Belum sempat Fifi menyelesaikan desahannya, kulihat tubuhnya menegang dan kurasakan denyutan dan remasan dari dinding vaginanya. Kemudian tubuhnya terkulai lemas di atas meja teras, aku Masih belum menyelesaikan hasratku, bahkan belum separuhnya terpenuhi.

“Udah maass, istirahat dulu, aku capek banget, lemes nih..!” katanya memelas padaku.
Tidak kuperdulikan permintaannya, kocokanku makin kutingkatkan frekuensinya. Fifi melotot padaku, tapi jadi tambah cantik dan lebih menggairahkan.

Kemudian kutelungkupkan tubuhnya di atas meja dan kakinya berlutut di lantai, aku Masih ingin menikmati anal sex padanya. Kuusapkan kejantananku yang basah di analnya, tapi Fifi menolak, akhirnya aku mengalah dan membimbing kejantananku ke vaginanya. Maka tanpa menunggu lagi, kusodokkan kejantananku dengan keras ke vaginanya.

“Aauugghh.. yess..!” Fifi menjerit kaget, tapi terus berlanjut dengan kenikmatan.

Kupegangi pantatnya dan kutarik maju mundur seirama dengan kocokanku. Dengan posisi seperti doggie style, penetrasi kejantananku di vaginanya dapat masuk ke dalam dan kurasakan kepala kejantananku menyentuh seperti rahimnya.

Kocokanku semakin lama semakin keras menghantam dinding vaginanya, kuputar-putar pantatku untuk memberikan gairah erotik pada Fifi. Kedua tangan Fifi kupegang dan kutarik ke belakang, kini Fifi bergantung pada tangannya yang kupegangi.

Tidak lama kemudian kepalanya digoyang-goyangkan pertanda dia kembali mengalami orgasme hebat, tapi tetap aku tidak mau menghentikan kocokanku. Aku kembali duduk di kursi, Fifi kutarik ke pangkuanku. Perlahan Fifi menurunkan pantatnya sehingga kejantananku melesak mulus masuk ke vaginanya.

Kini giliran Fifi yang kubiarkan memegang kendali. Fifi mulai menggoyang goyangkan pantatnya, sehingga kejantananku terasa dipelintir di dalam vagina. Kusedot dan kupermainkan puting buah dadanya yang bergoyang-goyang di depan wajahku.

Fifi kembali mengimbangi permainan ini dengan posisi seperti itu dia bebas berkreasi, baik bergoyang maupun turun naik, ganti aku yang dibuat kelojotan olehnya. Dari expresi wajahnya aku yakin dia sudah orgasme untuk kesekian kali dengan posisi seperti ini. Fifi sungguh menikmati posisi seperti ini.

Aku sudah hampir sampai di puncak kenikmatan ketika tiba-tiba kudengar bunyi klakson mobil dari luar pagar, tentu saja mengganggu kenikmatan dan konsentrasi kami berdua.
“Sialan..!” gumamku karena puncak yang sudah hampir terengkuh buyar begitu saja.
_____

Malam itu, aku sedang santai di ruang tengah villa ketika Fifi selesai mandi dan masuk ke ruangan itu. Segera kuhampiri gadis berjilbab itu. Baju yang tadi kembali ia kenakan, kembali membuatku terangsang ingin menelanjanginya.

Tanganku meremas pantatnya, kembali kurasakan kalau Fifi sudah tidak memakai celana dalam di balik rok panjangnya, yang memang tadi sudah kuperintahkan begitu.

Kembali aku mencium Fifi , Erwin yang sudah tak tahan mendatangi Fifi dari belakang, dengan kasar disibakkannya roknya ke atas hingga tampak pantat Fifi yang telanjang.

Erwin mengeluarkan kejantanannya tanpa membuka celana dan bajunya, hanya membuka resluiting celana. Dia mengusap-usapkan kejantanannya di pantat Fifi yang kemudian mencondongkan tubuh dan mengangkat kaki kanannya hingga memudahkan Erwin untuk memasukinya dari belakang dengan tanpa melepas ciumannya dariku.

Fifi sedikit tersentak dan mendongak ke atas pertanda Erwin sudah berhasil membenamkan kejantanannya ke vaginanya. Sambil tetap memeluk tubuhku, Fifi menerima kocokan Erwin dari belakang.

Sementara Erwin memegang pinggulnya untuk lebih menghunjamkan kejantanannya lebih dalam di vagina. Fifi mulai mendesah kenikmatan di telingaku saat menerima kocokan ganas dari Erwin. Sodokan dan hentakan Erwin dapat kurasakan dari pelukan Fifi .

“Yeah.. uugghh.. yess..!” desah Fifi makin keras di telingaku.
Segera kubuka retsleting celanaku, dan kutuntun tangannya untuk mulai mengocok kejantananku yang sudah sangat tegang.

Aku mengimbangi dengan remasan-remasan di dadanya dan ciuman serta jilatan di wajahnya. kocokan tangannya semakin keras sekeras sodokan Erwin padanya. Setelah berhenti sebentar, segera kulepas baju dan roknya, Erwin juga mengikuti melepas baju dan celananya hingga telanjang.

Kini kami semua sudah telanjang bulat, kecuali Fifi yang Mashi memakai jilbab dan kaus kaki yang membuat aku dan Erwins emakin bernafsu. Dan permainan diteruskan, kami main bertiga.

Fifi membungkukkan badannya, kini kepalanya sejajar dengan kejantananku dan siap mengulumnya, ketika Erwin makin mempercepat tempo permainannya.

Kami bergeser ke meja, Fifi telentang di atas meja dan Erwin mengambil posisi di antara kakinya, aku mendekatkan kejantananku ke mulutnya yang segera disambutnya dengan kuluman ganas.

Dengan sekali sodok ke vagina, melesakklah kejantanan Erwin kembali ke vagina Fifi , dan langsung memompa dengan cepat. Tangannya meremas-remas kedua buah dada Fifi sambil memilin putingnya dengan ringan.

“Uugghh.. eemmpphh.. eerrhh..!” desahan Fifi yang tertahan keluar di sela kulumannya.
Ketika aku hampir memuncak, Erwin menarik kejantanannya dan menggeser ke posisiku untuk bertukar tempat, segera kami berganti posisi. Seperti halnya Erwin, dengan sekali sodokan keras kulesakkan kejantananku ke vagina Fifi .

“Aauugg.. saakitt..! Pelaan..!” teriak Fifi sambil melepas kulumannya pada kejantanan Erwin.
Tapi tidak lama kemudian dia sudah dapat menguasai diri dan mengikuti irama kocokanku yang semakin cepat dan keras.

Tidak lama kemudian Erwin menyemprotkan spermanya di mulut Fifi , Fifi yang sudah benar-benar dikuasai birahi terlihat menikmati aroma rasa sperma dan menjilati sisa di kejantanan Erwin hingga bersih.

Tidak lama kemudian kocokanku makin keras dan tidak beraturan, dan menyemprotlah spermaku di vagina Fifi bersamaan dengan dia mengalami orgasme. Aku segera menarik keluar dan menyodorkan ke mulutnya, kembali dia menjilati sisa sperma yang ada di kejantananku hingga bersih.

Akhirnya malam itu aku dan Erwin terus menggilir mahasiswi berjilbab itu sampai pagi. Dia sempat pingsan kelelahan namun kubangunkan dengan menanam penisku dalam-dalam ke vaginanya. Pagi itu kami bertiga kembali ke kota dengan perasaan gembira. Terlihat Fifi sangat kelelahan melayani dua pejantan semalam suntuk.

Tamat

Jumat, 03 Mei 2013

Cerita Dewasa: Incar Anaknya, Yang Dapat Ibunya

Selama menjadi mahasiswa di ibukota provinsi ini, aku hampir setiap hari mengunjungi perpustakaan milik pemerintah provinsi, sehingga hampir semua pegawai yang bekerja pada instansi ini mengenalku dan akrab denganku, baik yang pria dan wanitanya.

Ada dua orang wanita di perpustakaan tersebut yang mampu menarik perhatianku sehingga aku selalu memberikan atensi yang lebih terhadap dua wanita ini.

Yang pertama adalah staf bagian informasi dan teknologi yang sebut saja namanya Mbak Diah, aku memanggilnya begitu, 32 th-an, perempuan cantik semampai proporsional berkulit putih berambut sepunggung, belum menikah dan aku belum terlalu mendalami kehidupan pribadinya.

Kedua adalah staf administrasi yang berkantor di lantai tiga perpustakaan tersebut, Ibu Ayu, manis berambut sebahu, 37 th-an, corak standar manusia-manusia Indonesia, menikah dan punya 2 anak, yang paling kecil SMP kelas 2 dan satunya SMU kelas 3.

Dari kedua wanita tersebut hanya dengan Ibu Ayu saja aku tampak lebih akrab sehingga aku pun mengetahui dengan benar seluk beluk kehidupan rumah tangganya beserta dengan segala masalah yang dihadapinya.

Suatu siang, saat aku baru datang, kulihat Ibu Ayu sedang menonton TV yang memang sengaja dipasang di lobby untuk para pengunjung instansi ini, kudekati dan aku duduk di sebelahnya.

“Siang, Bu!, lagi santai nih?” Tanyaku membuka percakapan
“Eh, Dik Adi!, iya, tadi habis kunjungan keluar bareng ibu kepala dan nganter si Santi (putri tertuanya) pulang. Udah selesai kuliahnya?” jawabnya
“Sudah.., tadi cuma ada satu mata kuliah”
“O gitu!, O ya, ntar malam di A CafĂ© ada konsernya band ngetop, mau nonton nggak?”
“Sama Santi, ya!, ntar saya ikut!” Kataku merajuk soalnya anaknya itu menuruni kecantikan ibunya sewaktu muda
“Ya, nanti Santi tak suruh ikut!”
“Lha emang Bapak (suaminya) kemana, Bu?”
“Lagi mengikuti Pak Walikota ke Jakarta sampai tiga hari mendatang”
“Okelah kalau begitu, nanti sore saya kesini lagi, trus berangkat!”
“Sip kalau begitu ” Jawabnya senang.
______

Sore yang dijanjikan pun tiba, aku masuk ke dalam kantornya dan menemukan dia sedang membereskan beberapa map pekerjaannya.

“Tunggu di bawah ya, Dik!, aku mau ganti baju, dan tadi Santi telepon katanya tidak bisa ikut karena besok ada ulangan dan agak tidak enak badan” Katanya menyambutku
Dan aku pun mengeluh, gagal deh kencan dengan Santi

Tak berapa lama kutunggu, Ibu Ayu sudah menemuiku dengan berganti pakaian dinasnya menjadi blus ketat dengan jeans, wah.., oke juga nih ibu-ibu, nggak mau kalah dengan yang muda dalam soal dugem.
“Ayo!” Ajaknya

Aku pun mengikutinya menuju mobil berwarna kuningnya dan berlalu dari kantor instansi tersebut.

“Kemana kita?, bukannya konsernya ntar malam?” Tanyaku
“Bagaimana kalo kita cari makan dulu sambil ngobrol-ngobrol nunggu jam 8 buat nonton konser ?” Usulnya
“Boleh juga!, dimana?”
“Ntar, liat aja, biar Ibu yang charge, OK!”
Aku pun mengangguk mengiyakan nya

Di sebuah resto china dijalan protokol kota ini, setelah menyantap hidangan laut, kami pun mengobrol mengahbiskan waktu dengan membahas berbagai persoalan baik itu maslah sosial maupun pribadi. Seperti halnya Ibu Ayu menceritakan padaku tentang bagaimana menjemukannya kehidupan rumah tangganya.

“Wah, kalau soal itu saya tidak bisa memberikan pendapat, Bu!, masalahnya saya belum pernah berumah tangga.” kataku merespon nya
“Ini cuma sekedar curhat koq, Dik!, biar besok menjadi semacam panduan bila nantinya dik Adi sudah menjalan kehidupan bersama” Jawab Ibu Ayu diplomatis
“Dan, jangan panggil Ibu, dong!, panggil saja Mbak, khan usia kita ngga terlalu jauh banget bedanya, paling cuma 13 tahun !” Tambahnya
Dan aku pun tertawa mendengar kelakar tersebut.

Ketika waktu telah menunjukkan saatnya, kami keluar dari resto tersebut disambut dengan gerimis, berlari-lari menuju mobil untuk meluncur ke cafe yang dimaksud. Selama konser tampak Ibu Ayu sangat menikmati suasana tersebut sambil sesekali mengenggam tanganku, sehingga mau tidak mau pun aku menjadi ikut terbawa oleh suasana yang menyenangkan.

Konser pun berakhir, dan saatnya kami untuk pulang. Sambil-sesekali berceloteh dan bersenandung, kami menuruni tangga cafe, yang entah karena apa, Ibu Ayu terpeleset namun untunglah aku sempat memegangi nya namun salah tempat karena secara reflek aku menariknya kedalam pelukan ku dan tersentuh buah dadanya. Sejenak Ibu Ayu terdiam, memandangku, mempererat pelukannya dan seakan enggan melepaskannya.

“Bu, eh..Mbak, udah dong, malu ntar dilihat orang” Kataku
Dia pun melepaskan pelukannya, dan kami menuju ke mobil dengan keadaan Ibu Ayu sedikit pincang kaki nya.

Tengah malam kurang sedikit, kami sampai di rumah Ibu Ayu, karena aku sudah terbiasa pulang pagi, jadi kudahulukan untuk mengantar kerumahnya untuk memastikan keadaannya. Rumah dalam keadaan sepi, penghuninya sudah tidur semua kurasa, dan aku pun duduk di sofa sambil sejenak melepaskan lelah.

Sambil terpincang-pincang, Ibu Ayu membawakan segelas teh manis hangat untukku, dan duduk di sampingku. Aku jadi teringat kejadian di tangga cafe tadi.
“Masalah tadi, maafin saya Mbak, itu reflek yang nggak sengaja.” Kataku
“Nggak papa koq, Mbak ngga hati-hati si, pegel banget nih!” Katanya
“Sini saya pijitin” kataku sambil mengangkat kakinya dang menggulung celana jeans nya sampai selutut

Dia pun merebahkan badannya agar aku bisa leluasa memijitnya. Tak berapa lama kemudian dia bangkit sambil ikut memijiti kakinya sendiri. Saat tangan kami bersentuhan ada getar-getar halus yang kurasakan menggodaku namun berhasil kutepiskan. Namun tak disangka, Ibu Ayu memegang lengan ku dan menarikku ke dalam pelukannya.
“temani aku malam ini, Dik!” Bisiknya lirih di telingaku

Kurasa habislah pertahanan ku kali ini. Di lumatnya bibirku dengan ganasnya, apa boleh buat, aku pun memberikan respon serupa. Kami saling berpagut dengan sesekali mempermainkan lidah. Tangannya menggerayangi tubuhku, mengusap-usap celanaku yang menggembung, sedangkan aku meremas-remas buah dadanya yang masih cukup ranum untuk wanita seusianya.

Lama kami bercumbu di atas sofa, lalu Ibu Ayu menggamitku untuk memasuki kamarnya, dan kami meneruskan cumbuan sepuas-puasnya. Foreplay dilanjutkan setelah kami saling membuka baju, hanya tinggal mengenakan celana dalam saja kami bergelut di atas kasur yang empuk dalam kamar berpendingin udara. Kujilati puting susunya sampai Mbak Ayu mendesah-desah, sementara tangannya menggengam kemaluanku yang dengan lembut dikocoknya perlahan.

“Mbak.., aku buka ya, celananya!” Bisikku yang disambut dengan anggukannya
Setelah secarik kain tipis itu terlepas dari pinggulnya, Ibu Ayu mengangkang kan pahanya, dan tampak vaginanya yang kehitaman tertutup lebat rambut. Saat kusibak kerimbunan itu, gundukan daging itu berwarna kemerahan berdenyut panas.

Ibu Ayu memekik dan mendesah perlahan saat vaginanya kujilati. Ditekan nya kepalaku sepertinya dia sangat menikmati permainan ini, sampai suatu saat kurasa vaginanya mulai basah dengan keluarnya lendir yang berlebihan.

Dengan nafas terengah-engah Ibu Ayu menarik kemaluanku untuk dimasukkan kedalam vaginanya. Kupegan tangannya dan kupermainkan kemaluanku di pintu masuk liang kenikmatan nya itu beberapa lama, kupukul-pukul kan kepala kemaluanku dibibir vaginanya, kumasukkan kemaluanku sedikit dalam vaginanya lalu kutarik keluar kembali, begitu berulang-ulang.

“Ayo dong, Dik!, jangan buat aku semakin …” bisiknya
“Tapi aku belum pernah berhubungan badan, Mbak!” Balasku berbisik
“Ayolah, Dik!, aku beri kamu pengalaman menikmati surga ini, ayo..!”
Akupun mengangguk.

Ibu Ayu berbaring telentang di pinggiran ranjang dengan kaki mengangkang, sementara aku berlutut hendak memasukkan kemaluanku. Di pegangnya kemaluanku dan di arahkan ke dalam vaginanya, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku dibibir vaginanya sementara dia mendesah-desah, lalu dengan dorongan perlahan kubenamkan seluruh kemaluanku kedalam liang vaginanya.

Sebuah sensasi kenikmatan dan kehangatan yang luar biasa menyelubungi ku, sejenak keresapi kenikmatan ini sebelum Ibu Ayu mulai mengalungkan pahanya pada pinggulku dan memintaku untuk mulai menyetubuhi nya.

Kudorong tubuh Ibu Ayu ketengah ranjang, setelah tercapai posisi yang enak, kugerakkan pinggulku maju mundur mengeksplorasi seluruh kenikmatan yang dimiliki oleh Ibu Ayu. Ruangan kamar yang dingin seolah tidak terasa lagi, yang ada hanya lengguhan-lengguhan kecil kami di timpahi suara kecepok beradunya kemaluan kami, sementara disekeliling kepala kami terbungkus dengan hawa dan bau khas orang bersetubuh.

“hh..terus, Dik!, goyangnya yang cepat..Ohh..ohh, Ouuch!” Desahnya
“Yang erat, Mbak!, ayo sayang,..sshh,..hhh..” Desahku
“Ouuw…hh..,…lebih ce…aaahhhh!”
“Tenang aja, manisku…ohh.., enak Mbak!”
“Sss….sama…aku juga…ohh..ohh!”

Entah sudah berapa lama kami saling bergelut mencari kenikmatan, lambat laun kemaluanku terasa seperti diremas-remas, lalu Ibu Ayu mendesah panjang sebelum pelukannya terasa melemah.
“aku.., sam…,Dik!, …Aaaaakkhhh !” Desahnya

Kurasakan momen ini yang ternikmat dari bagian-bagian sebelumnya, maka sebelum remasn-remasan itu mengendur, kupercepat gerakanku dan kurasakan panas tubuhku meningkat sebelum ada sesuatu yang berdesir dari seluruh bagian tubuhku untuk segera berebut keluar lewat kemaluanku yang membuatku bergetar hebat dengan memeluk tubuh Ibu Ayu lebih erat lagi
“Ohhh..ohh….!” Desahku tak lama kemudian

Aku bergulir di samping Ibu Ayu mencoba mengatur nafas, sementara dia terpejam dengan ritme nafas yang tak beraturan juga. Kemaluan ku masih tegak berdiri berkilat-kilat diselimuti cairan-cairan licin sebelum lemas

Setelah beberapa saat, nafasku pulih kembali, kubelai rambut Ibu Ayu. Dia tersenyum padaku.
“Makasih, Mbak! Enak sekali tadi” Kataku tersenyum
“Sama-sama,Dik! Hebat sekali kamu tadi, padahal baru pertama, ya! ” jawabnya

Ibu Ayu mencoba duduk, kulihat cairan spermaku meleleh keluar dari lipatan vaginanya yang lalu di usapnya dengan selimut.
“Aku keluarkan di dalam tadi, Mbak! habis enak dan ngga bisa nahan lagi, ngga jadi anak khan nanti?” Tanyaku
“Enggak, santai saja, sayang!” Katanya manja sambil mencium pipiku
“Emm..,Mbak!” Tanyaku
“Apa sayang?” Jawabnya
“Kapan-kapan boleh minta lagi, nggak?”
“Anytime, anywhere, honey!” Katanya sambil memelukku dan melumat bibirku.
______

Setelah kejadian itu, tiga hari berikutnya aku menikmati servis istimewa dari Ibu Ayu untuk lebih mengeksplorasi ramuan kenikmatan dengan berbagai gaya yang diajarkan olehnya, bahkan masih berlangsung hingga saat ini.

Pada mulanya anaknya yang kuincar menjadi cewek ku, ternyata malah mendapat layanan plus yang memuaskan dari ibunya.

Tamat

Rabu, 21 November 2012

Cerita Dewasa: Sms Mesum

Perkenalkan, namaku adalah Alex (nama samaran). Aku lulusan sebuah perguruan tinggi ternama di Bandung. Bagiku, seks adalah hal yang tabu, yang benar-benar tak terjamah. Terpikirkan pun tidak, sampai kisah ini aku alami. Apalagi saat kuliah dulu aku adalah salah seorang aktivis kerohanian.

Kisah ini dimulai dari salah SMS. Saat itu, aku berniat mengirim SMS ke seorang teman (wanita) lama yang kukenal. Karena sudah tidak lama berhubungan, dan aku tidak punya catatan tentang nomor HP temanku tersebut, maka aku menuliskan nomor HP dengan agak mereka-reka. Segera kukirimkan SMS tersebut, berisi pesan yang kira-kira menyatakan bahwa aku kangen dan ingin bertemu dengannya.


Satu kali SMS kukirim kepadanya, dia tidak menjawab.
"Aneh", pkirku. Tak mungkin temanku itu tidak membalas kalau tahu SMS tersebut dariku.
Kemudian kukirimkan sekali lagi, dan kucantumkan namaku. Tak lama kemudian, ia membalas dengan miss call. Karena saat itu aku sedang sibuk, kubalas saja miss call nya dengan pesan SMS yang menyatakan bahwa aku akan meneleponnya sore nanti.

Sore, pukul 17.00. Segera kutelepon temanku itu, seperti yang kujanjikan.
"Halo, Nadia?", tanyaku sejenak, ragu.
"I think you've called a wrong number", begitu tanggapan lawan bicaraku.
"Oh, maaf. Saya pikir anda adalah teman saya. Memang saya tidak ingat betul nomor HP-nya. Maaf kalau telah mengganggu", jawabku sambil menahan malu.
"Oh, tidak apa-apa", jawab lawan bicaraku lagi. Saat itu juga hendak kumatikan teleponku, namun lawan bicaraku segera bertanya.
"Memang yang mau kamu telepon ini siapa sih? Kok pake kangen2 segala?", ungkapnya, menggoda.
Lalu kujawab bahwa Nadia adalah teman lamaku, dan kami telah berkawan selama 6 tahun. Singkat kata, akhirnya kami berkenalan. Dari telepon itu, aku tahu bahwa nama wanita tersebut adalah Mia.

Sejak saat itu, kami sering berkirim SMS. Kadang-kadang aku malah menelponnya. Namun, tidak ada niat sedikitpun dalam diriku untuk menemuinya, atau melihat wajahnya. Toh tidak ada maksud apa-apa, pikirku. Dua bulan berjalan sejak perkenalan itu, entah mengapa, isi pesan SMS berubah menjadi hal-hal yang agak menjurus ke seks.

Tiga bulan berjalan sejak perkenalan kami lewat telepon. Tiba-tiba, Mia mengirim SMS yang menyatakan ingin bertemu. "Mengapa tidak", kupikir. Toh tidak ada ruginya untukku. Saat itu pikiranku belum berpikir jauh sampai ke seks. Kami janjian sore pukul 17.00. Kebetulan hari itu hari libur. Setelah tiba di tempat yang dijanjikan, aku segera meneleponnya.

"Gua pake sweater pink", kata Mia. Segera kutemui Mia yang sedang berdiri menunggu.
"Hai, Mia ya?", tanyaku. Mia segera tersenyum.
Wajahnya memang tidak cantik, tubuhnya pun tidak aduhai seperti poster swimsuit di majalah Popular. Namun, aku memang tidak terlalu mempermasalahkan penampilan fisik. Segera kuperkenalkan diriku.
"Gua Alex", kataku.

Memang pergaulanku dengan wanita tidak intens, sehingga saat itu aku sedikit gugup. Namun, segera kututupi kegugupanku dengan sedikit jaim (jaga image). Kami segera menjadi akrab. Kami berbicara sebentar sambil menikmati makanan di sebuah food court.

"Lex, suka nyanyi-nyanyi gak?", tanya Mia setelah kami selesai makan.
"Suka, tapi tidak di depan umum", begitu jawabku.
"Sama dong. Kalo gitu, mau gak kamu saya ajak untuk nyanyi di karaoke? Kita bisa pesan private room kok, jadi tidak ada orang lain." tanya Mia.
Kupikir, asyik juga ya, untuk melepas lelah. Segera kami meluncur ke sebuah karaoke terdekat menggunakan mobilku.

Setibanya di sana, kami memesan tempat untuk dua orang. Kami segera dituntun masuk oleh seorang wanita. Ruangannya agak remang-remang, dan ditutupi gorden, jadi memang tidak akan terlihat dari luar. Sambil waitress menyiapkan ruangan, kami memesan minuman. Mia permisi kepadaku untuk ke toilet. Tepat setelah waitress menyiapkan ruangan dan minuman, Mia kembali. Kurasa agak aneh waktu itu karena aroma wewangiannya kian tajam. Namun, tidak kupedulikan.

Segera kami mulai memasang lagu kesukaan kami, dan kami bernyanyi-nyanyi. Sampai tibalah kami di lagu yang kelima. Mia memesan lagu yang lembut, dan agak romantis. Sebelum lagu tersebut dimulai, tak sengaja punggung tanganku menyentuh punggung tangan Mia.
"Halus sekali", pikirku.

Sayang sekali tanganku untuk berpindah dari punggung tangannya, sehingga kubiarkan saja di situ. Mia pun diam saja, tidak berusaha melepaskan sentuhan tangannya dari tanganku.
"Dingin ya?", tanya Mia, kepadaku, sambil melihat tanganku.
"Iya", jawabku mengangguk lemah.

Segera Mia mendekatkan tanganku ke tangannya. Tanganku segera menggenggam jari-jarinya. Kami bernyanyi sambil menikmati kehangatan tersebut. Pelan-pelan, naluriku mulai berjalan. Ingin sekali aku mengelus pipinya yang lembut, namun aku agak takut-takut. Perlahan-lahan Mia mendekatkan bahunya ke bahuku sehingga kami duduk sangat dekat.

Wangi aroma tubuh Mia segera membius diriku. Tak kupedulikan lagi ketakutanku. Segera kubelai pipi dan kening Mia. Ia menatapku. Aku balas menatapnya. Lalu kuusap lembut rambutnya. Darah kelelakianku segera berdesir. Kukecup keningnya. Mia diam saja. Kukecup rambut dan pipinya, segera aroma tubuhnya kembali membius diriku. Mia benar-benar kuperlakukan seperti pacarku sendiri. Tiba-tiba timbul gelora yang besar untuk memeluknya. Mia sepertinya mengerti karena dia segera mengubah posisi duduknya sehingga memudahkanku untuk memeluknya. Segera kupeluk Mia dengan rasa sayang.

Tiba-tiba Mia menarik tanganku ke dada kirinya. Segera kurasakan bagian lembut kewanitaannya tersebut. Nikmat sekali, namun dengan rasa agak takut. Pelan-pelan kusentuh buah dadanya yang lembut itu. Mia diam saja. Aku mulai berani. Ku elus-elus buah dadanya, perlahan-lahan, dengan gerakan memutar, tanpa menyentuh bagian putingnya. Aku semakin berani. Tangan kananku kumasukkan ke dalam sweater merahnya. Segera ku elus bukit lembut tersebut di bagian pinggirannya. Ku putar-putar tanganku mengelilingi putingnya. Setelah beberapa saat, kusentuh putingnya. Ternyata putingnya sudah mengeras. Lalu kuremas dengan lembut. Mia mendesah.
"Ssshh", desahnya.

Kulanjutkan penjelajahanku ke dada kanannya. Kuulangi hal yang sama. Lagi-lagi Mia mendesah. Segera ia memagut bibirku, dan melumatnya. Saat kujulurkan lidahku, segera dihisapnya kuat-kuat.
"Oh, nikmat sekali berciuman seperti ini", pikirku karena memang aku belum pernah berciuman dengan wanita.

Badanku bergetar hebat, karena aku belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Kami lanjutkan permainan kami beberapa saat. Setelah itu, kami berhenti untuk menikmati minuman kami. Kusodorkan sedotan minumanku untuk diminum terlebih dulu oleh Mia. Kemudian kami lanjutkan nyanyian kami sambil berpelukan. Nyaman sekali rasanya saat itu.

Kuteruskan permainan tanganku dengan lembut, mengelus dan meremas dengan lembut buah dada Mia. Mia kembali memagut bibirku. Kami berciuman hebat. Tiba-tiba Mia menarik tanganku, dan memasukan tanganku ke dalam celana panjangnya. Segera terasa bulu-bulu halus kemaluannya tersentuh oleh tanganku. Pelan-pelan kudorong tanganku ke bawah, menuju organ intimnya. Segera terasa tanganku menyentuh vaginanya yang hangat dan basah.

"Montok kan punya gua?", begitu ungkap Mia saat tanganku mengelus lembut vaginanya.
Segera kuiyakan pertanyaannya itu, padahal aku tidak bisa membedakan seperti apa vagina yang tidak montok. Kuusap terus vaginanya, seraya desahan Mia mengiringi gerakanku.
"Sssh.. Oh, Alex. Baru kamu laki-laki yang bisa memperlakukanku dengan lembut", begitu terus desahnya. Tersanjung juga aku dipuji dirinya.

Kami terus bercumbu sampai tak terasa dua jam berlalu.
"Lex, kamu jangan pulang dulu ya. Aku ingin dikelonin sama kamu. Temani sebentar aku di hotel ya?", tanya Mia kepadaku.
Saat itu, aku agak takut. Takut aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tidur dengannya. Segera kuingat ajaran-ajaran agama yang melarangku melakukannya. Namun sepertinya Mia mengerti ketakutanku.
"Aku cuma minta dibelai kok. Tidak lebih. Ya, Lex?", tanyanya dengan mata memohon.

Berat sekali rasanya untuk mengiyakan permintaannya. Di satu sisi, aku takut sekali melanggar ajaran agama. Lagipula, aku banyak tugas yang malam itu harus kuselesaikan. Namun sisi kemanusiaanku membuat aku tidak tega menolaknya.
"Baiklah, tapi tidak lebih dari itu ya?", jawabku. "Iya, gua janji deh", kata Mia lagi.

Kami segera keluar dari ruangan, membayar ke kasir, dan meluncur ke sebuah hotel menggunakan mobilku. Mia menjadi penunjuk jalan. Setelah membayar uang deposit di kasir hotel, kami segera melenggang ke dalam kamar. Di dalam kamar, aku menyalakan televisi. Sejenak kami menikmati sebuah film. Tak lama kemudian, Mia membentangkan tubuhnya di kamar tsb.

"Lex, sini dong", kata Mia. Aku mengubah posisi duduk ku di ranjang mendekati Mia.
Aku dalam posisi duduk, sementara Mia sudah telentang.
"Lex, belai aku lagi ya", kata Mia. Segera tanganku mengelus dahi Mia.
Kuelus-elus dahinya beberapa lama, turun ke pipi, lalu ke rambutnya yang panjang.

Mia menikmati gerakanku sambil menutup mata. Lalu kusandarkan tubuhku ke ranjang, kukecup lembut kening dan dahinya. Mia membuka matanya, tersenyum. Lalu kucium kelopak matanya. Mia benar-benar menikmati perlakuanku. Perlahan kukecup lembut bibirnya. Aku hanya menyentuhkan bibirku di bibirnya. Namun segera Mia menjerat bibirku di bibirnya. Dilumat bibirku dengan bergairah, sementara tangannya dengan kuat memelukku. Kujulurkan lidahku untuk menyentuh bibir bawahnya, namun Mia segera menghisap bibirku tersebut. Segera kuarahkan ciumanku ke bagian telinganya, dan kujilat bagian dalam daun telinganya dengan lidahku.

Mia meronta-ronta dan mendesah.
"Aduh Lex, geli sekali. Teruskan Lex", katanya.
Kucumbu Mia terus di telinganya. Kemudian kuarahkan cumbuanku ke lehernya. Mia mendesah hebat.
"Ssshh.. sshh.. ohh", desah Mia.
Aku tidak bisa menahan diriku lagi.
"Mia, boleh kubuka bajumu?", tanyaku pelan kepada Mia.

Mia mengangguk, tersenyum. Perlahan-lahan kubuka kancing bajunya. Terlihatlah tubuhnya yang putih mulus, dengan bra berwarna biru. Kulanjutkan ciumanku di seputar dadanya. Tak lupa kukecup pelan ketiaknya yang bersih tanpa bulu. Mia mengerang.
"Lex, buka BH gua dong", pinta Mia.
Segera kuarahkan tanganku ke punggungnya untuk membuka behanya. Sulit sekali membuka behanya. Maklum, belum pernah aku membuka beha wanita.

Setelah terbuka, pelan-pelan kutanggalkan behanya. Segera tampak bukit indahnya yang putih bersih, tanpa cacat, dengan puting kecoklatan. Indah sekali, pikirku. Ingin sekali aku menciumnya. Kupindahkan behanya dan bajunya ke meja supaya tidak kusut. Lalu, pelan-pelan kubasahi buah dadanya dengan lidahku. Kuputar wajahku memutari payudaranya. Mia mendesah lagi. Gerakan itu terus kuulang beberapa kali, lalu berpindah ke payudara kanannya. Di sana kuulangi lagi gerakanku sebelum akhirnya lidahku tiba di puncak payudaranya. Kubasahi putingnya dengan lidahku, kumain-mainkan, kukulum, dan kuhisap. Mia mengerang-ngerang.
"Aduh, Lex..ssh..ssh.. geli sekali. Terus Lex..". Sambil mengulum putingnya, pelan2 kuelus bagian perutnya.
"Auw.. enak Lex..", Mia menekan wajahku ke dadanya. Kira-kira 15 menit Mia kuperlakukan seperti itu.

"Lex, bukain celana panjangku dong..", pinta Mia.
Segera kubuka kancing celananya, dan kupelorotkan ke bawah. Terlihatlah pahanya yang putih bersih, dan kewanitaannya yang masih tertutupi CD. Masih mengulum putingnya, segera kuarahkan tanganku ke selangkangannya. Kuelus-elus perlahan. Kugerakan tanganku dari dekat lututnya, terus bergerak sedikit demi sedikit ke arah pangkal pahanya.

"ohh..", rintih Mia menahan kenikmatan yang kuberikan.
Kuelus vaginanya yang masih tertutupi CD. Ternyata CD-nya sudah basah. Kubelai pelan-pelan bagian tersebut. Mia meronta-ronta, dijepitnya tanganku dengan kedua belah pahanya.
"Oh.. ohh.." ronta Mia. Gantian tangan Mia yang masuk ke celana dalamku. Dipegangnya kemaluanku, lalu dikocok pelan-pelan. Uuh, nikmat sekali rasanya..
"Lex, buka celana dalam gua..", pinta Mia.
"Jangan Mia, gua gak berani melakukan itu.." kataku.

Aku bukan bermaksud munafik, tapi aku memang benar-benar takut saat itu, karena belum pernah melakukannya.
"Tak apa-apa, Lex, tidak usah dimasukin. Gua cuma minta diciumi aja", pinta Mia memohon.
Akhirnya kubuka celana dalam Mia. Kunikmati pemandangan indah dihadapanku. Oh, indah sekali makhluk bernama wanita ini, pikirku.

"Elus lagi, Lex..", pinta Mia. Perlahan-lahan, tanganku mulai mengelus bibir vaginanya yang sudah basah.
Kuputar-putar jariku dengan lembut di sana. Lagi-lagi Mia meronta.
"Ohh..ohh. Ke atas lagi Lex. Elus klitorisku", begitu desahnya perlahan.
Aku tidak tahu persis di mana klitoris. Aku terus mengelus bibir vaginanya. Segera tangan Mia membimbing tanganku ke klitorisnya.

Baru sekali itu aku tahu bentuk klitoris. Mungil dan menggemaskan. Dengan lembut kuputar-putar jariku di atas klitorisnya. Setiap 5 putaran, Mia langsung mengepit tanganku dengan pahanya. Sepertinya ia benar-benar menikmati perlakuanku.
"Lex, tolong hisap klitorisku, yah?", pinta Mia.
Aku sedikit ragu, dan jijik.
"Pake tangan aja yah, Mia..", aku berusaha menolak dengan halus.
"Tolong dong, Lex. Sekali ini saja. Nanti gantian deh ", pinta Mia.

Aku masih berat hati menghisapnya.
"Mia, maaf ya. Tapi kan itu kemaluan. Apa nanti..". Belum selesai aku bicara, Mia segera memotongku.
"Kemaluanku bersih kok, Lex. Aku selalu menggunakan antiseptik. Tolong ya.. sebentar saja, kok", pinta Mia lagi.

Perlahan-lahan kudekatkan mulutku ke kemaluan Mia. Segera tercium aroma yang tidak bisa kugambarkan. Perlahan-lahan kujulurkan lidahku ke klitorisnya. Aku takut sekali kalau rasanya tidak enak atau bau. Kukecap lidahku ke vaginanya. Ternyata tawar, tidak ada rasa apa-apa.
"Terus, Lex..ohh.. enak sekali", desah Mia.

Kuulangi lagi, pelan-pelan. Lama-lama rasa takut dan jijikku hilang, malah berganti dengan gairah. Kuulang-ulang menjilati vaginanya. Mia makin mendesah.
"ooh.. oohh.. ohh.. ohh". Mia menggenggam jari telunjukku, lalu memasukkan ke dalam liang kemaluannya.
"Kamu nanti tidak kesakitan?", tanyaku kepadanya.
Ia menggeleng pelan. Lalu, kuputar-putar jariku di dalam vaginanya.
"Ahh..", Mia menjerit kecil. Kuputar jariku tanpa menghentikan jilatanku ke vaginanya.

Saat kuarahkan jariku ke langit-langit kemaluannya, terasa ada bagian yang agak kasar. Kuelus pelan bagian tersebut, berkali-kali.
"Ya, terus di situ Lex.. ahh.. enak sekali.." Kuteruskan untuk beberapa saat.
Mia makin membuka lebar-lebar pahanya. Tiba-tiba Mia menggerakkan pantatnya ke atas dan bawah, berlawanan dengan arah jilatanku.
"Ah Lex.. aku mau keluaar.." erang Mia.
Mia makin mempercepat gerakannya, dan tiba-tiba gerakan pantatnya dia hentikan, lalu dikepitnya kepalaku dengan pahanya.

"Ahh.. Lex..aku keluar", desahnya.
Segera kupeluk tubuh Mia, dan kugenggam tangannya erat. Kubiarkan Mia menikmati orgasmenya. Setelah beberapa saat, kuelus-elus dahi dan rambutnya.
"Lex, enak sekali", kata Mia. Aku diam saja.

"Sekarang gantian, ya", kata Mia.
Aku mengangguk pasrah, antara mau dan takut. Diputarnya tubuhku sehingga tubuhnya menindih tubuhku sekarang. Dibukanya celana dan celana dalamku. Malu sekali rasanya saat itu. Segera kututupi kemaluanku yang masih terduduk lemas. Sepertinya Mia mengerti perasaanku. Ia segera mematikan lampu kamar. Aku merasa lebih tenang jadinya. Lalu, dibukanya pahaku yang menutupi kemaluanku. Mia segera meraba-raba kemaluanku. Oh, geli sekali rasanya. Rasa geli itu membuatku secara refleks menggelinjang. Mia tertawa.
"Enak kan, Lex?" tanyanya menggodaku. Sial nih orang, pikirku. Dikerjain gua.
"Mau diterusin gak, Lex?" tanya Mia sambil menggoda lagi. Aku hanya mengangguk.

Saat itu kemaluanku belum berdiri. Aneh sekali. Padahal biasanya kalo melihat adegan yg sedikit porno, punyaku langsung keras. Akhirnya Mia mendekatkan mulutnya ke kemaluanku. Dikecupnya ujung kemaluanku perlahan. Ada getaran dashyat dalam diriku saat kecupannya mendarat di sana.
"Lex, punya kamu enak. Bersih dan terawat", ujar Mia.
Geer juga aku dipuji begitu. Dipegangnya gagang kemaluanku, lalu Mia mulai menjilati kemaluanku. Ya ampun, pikirku. Geli sekali.. Secara reflek aku meronta, melepaskan kemaluanku dari mulut Mia.

"Kenapa, Lex?", tanya Mia.
"Gua gak tahan. Geli banget, sih?", kataku protes.
"Ya udah, pelan-pelan aja, ya?", kata Mia.
Aku mengangguk lagi. Mia mulai memperlambat tempo permainannya. Rasa geli masih menjalari tubuhku, tapi dengan diikuti rasa nyaman.

Kuperhatikan Mia menjilati kemaluanku, tak terasa kemaluanku segera mengeras. Mia senang sekali melihatnya. Segera dilahap kembali kemaluanku itu, kali ini sambil dikocok-kocok dengan tangannya. Sekali lagi aku disiksanya dengan rasa geli yang amat sangat. Kunikmati permainannya, tak terkira nikmatnya. Ya ampun, baru sekali ini kurasakan kenikmatan yang tiada tara seperti ini.

"Ah..", tak kuasa aku menahan desahanku.
"Lex, kumasukan ya punyamu?", tanya Mia.
"Nanti kamu sakit, gak?", tanyaku.
Aku sudah tak bisa menguasai diri lagi. Ingin sekali rasanya kemaluanku dikepit oleh vaginanya.
"Ya, kalau aku yang ngontrol sih, gak sakit", kata Mia.
"Ya udah, kamu yang di atas aja", kataku kepadanya.

Mia segera mengubah posisi tubuhnya. Ia kangkangkan pahanya di atas tubuhku, lalu pelan-pelan dibimbingnya penisku menuju liang kemaluannya. Ditekannya sedikit, masuklah sedikit ujung kemaluanku ke dalam. Terasa sedikit basah dan licin kemaluannya. Didiamkan punyaku di sana utk beberapa saat. Aku diam menunggu. Lalu ditekannya sedikit lagi. Kali ini punyaku masuk lebih dalam dan makin terasa cairan pelicin kemaluannya. Sudah sepertiga dari panjang kemaluanku yang berada dalam vaginanya. Dia diamkan lagi penisku di sana beberapa saat. Ia sedikit mengernyit.

"Sakit?", kutanya.
"Iya, tapi gak apa2. ", jawab Mia.
Kemudian ia mendorong penisku makin dalam, hingga akhirnya semua penisku tertelan di dalam vaginanya. Terasa basah dan hangat vaginanya. Nikmat dan geli sekali rasanya. Setelah beberapa saat, Mia mulai menggerakkan pinggulnya naik dan turun. Ahh.. enak sekali menikmati penisku terjepit dalam vagina Mia.

Gerakan pantat Mia membuat penisku terkocok, dan segera aku merasakan kenikmatan yang tiada tara. Mia pun seakan-akan begitu.
"Ohh.. ohh.. ohh.. ohh", Mia mengerang-ngerang. Mia terus menggerakan pinggulnya naik dan turun selama beberapa saat dengan diiringi desahan.

Tiba-tiba ia berhenti. Entah mengapa tiba-tiba ada perasaan kesal dalam diriku. Namun, ternyata Mia tidak berhenti begitu saja. Kini pinggulnya digerakan tidak naik-turun lagi, tapi maju mundur, dan terkadang berputar. Sepertinya Mia sangat menikmati gerakan ini, terbukti erangannya semakin sering.
"Ah.. ah.. ahh.. ahh..", desahnya terus, tanpa henti.
Kuremas dengan lembut payudaranya, Mia makin merintih.
"Sssh.. ssh.. sshh.. enak Lex" .

Makin lama gerakan Mia makin cepat.
"Lex, aku mau keluar lagi, Lex.." rintihnya.
Aku pun merasa penisku berdenyut kencang.
"Mia, tolong lepaskan, aku mau keluar", kataku.
Aku takut sekali kalau sampai Mia hamil. Tapi Mia tidak mau melepaskan penisku. Ditekannya kuat tanganku dengan kedua tangannya sehingga aku tidak bisa melepaskan diri darinya. Tiba-tiba kurasa penisku menyemburkan cairan kuat di dalam vaginanya.

"Aduh, Mia, jangan.. nanti kamu hamil..", teriakku, sesaat sebelum cairanku keluar.
Tapi semua sudah terlambat. Semua cairanku sudah keluar dalam vaginanya. Nikmat sekali rasanya, namun terasa lemas tubuhku sesudahnya. Segera otot-otot penisku mengerut, dan menjadi kecil kembali.

Mia dengan kecewa melepaskan penisku.
"Mia, kalo kamu hamil gimana", tanyaku dengan setengah takut.
"Tenang aja, Lex. Gua pake alat kontrasepsi kok. Kamu gak perlu takut, ya?", kata Mia menenangkan diriku.
Kemudian, Mia segera memijat-mijt penisku. Dielus, dan di kulum lagi seperti tadi. Tak lama, penisku segera mengejang lagi. Segera penisku dimasukan lagi oleh Mia ke vaginanya. Kembali Mia melakukan gerakan maju mundur tadi.

"ohh.. ohh.. ohh.. oohh", erangnya.
Kuremas lembut payudaranya.
"Ssshh.. sshh.. sshh", begitu terus rintihannya.
Selama beberapa saat Mia mengocok penisku dengan vaginanya, sampai akhirnya ia berteriak.
"Lex, aku hampir keluar", desah Mia.

Segera Mia mempercepat gerakannya. Aku pun membantunya dengan menggerakan pinggulku berlawanan dengan arah gerakannya.
"Ahh.. Lex, aku keluar", desahnya agak keras.
Sejenak ia menikmati orgasmenya, sebelum rubuh ke dalam pelukanku. Kubiarkan ia menikmati orgasmenya, kuelus rambutnya, dan kukecup keningnya. Kami berpelukan, dan tidur tanpa busana sampai pagi hari.

Mia, dimanapun kau berada, kuingin kau tau, kaulah kenangan indahku yang pertama.

Tamat

Jumat, 16 November 2012

Cerita Dewasa: Berawal Dari Celana Dalam Vita

Aku memiliki pacar yang berkuliah di universitas ternama yang berlokasi di daerah grogol. Karena berasal dari daerah jawa timur, maka dia tinggal di sebuah kost khusus mahasiswi. Saya sendiri sudah bekerja dan juga berasal dari Universitas yang sama. Secara keseluruhan, pacarku sangat baik, setia dan cantik tetapi masih konvensional (tidak akan berhubungan seks sebelum menikah secara resmi). Sebaliknya, sebagai lelaki normal saya termasuk golongan yang memiliki libido tinggi. Sementara ini saya hanya bisa memuaskannya dengan ber masturbasi sambil membayangkan bersetubuh dengan pacarku.

Suatu saat keadaan berubah 180 derajat. Setelah pulang kerja, saya langsung mengunjungi kostan pacarku ('Sisca' namanya).
Mengunjungi kostannya bagaikan masuk kedalam sebuah alam erotis. Ada sekitar 8 penghuni kost yag terdiri dari mahasiswi tingkat 1 sampai 4 (saat ini Sisca telah sampai tingkat 4). Salah satu penghuninya yang berkamar di lantai 3 menarik perhatianku, namanya Vita. Setelah melihatnya kadang kala aku membayangkan bersetubuh dengannya juga, sampai pada akhirnya aku memiliki ide gila dan nekat muncul tiba-tiba dibenakku.dari sini lah awal petualangan seksku dimulai.

Aku memberanikan diri dan memutuskan mencuri celana dalam Vita. Telah beberapa kali aku bersama Sisca pacarku naik ke lantai 3, dilantai ini ada rak khusus yang digunakan pembantu kostan untuk mengumpulkan pakaian kotor yang akan dicuci,beruntungnya rak tersebut dinamai sesuai dengan pemilik baju supaya tidak saling tertukar (dan lebih memudahkanku mencari sasaran yang aku idamkan)

Tak berapa lama niatanku muncul tiba-tiba aku mendengar suara gadu yang berasal dari gerombolan anak-anak kost yang akan keluar untuk makan malam dan kebetulan juga Sisca sedang mandi, yang biasanya membutuhkan waktu 15-25 menit. Bagai gayung bersambut akupun mamberanikan diri melaksanakan niatku dengan jantung yang berdebar keras dan keringat yang bercucuran karena perasaan was-was. Terdapat 3 celana dalam yang berbahan licin dan halus diantara tumpukan baju yang ada di keranjang.

Tanpa pikir panjang langsung aku ambil yang berwarna kulit (yang satu berwarna pink dan sisanya berwarna sama). Secara spontan aku tempelkan pada wajah dan ku hirup bagian yang bersentuhan langsung dengan vaginanya. Sayangnya saat itu yang aku cium hanyalah aroma pewangi pakaian, tetapi tidak mengurangi rasa hornyku. Secepatnya aku masukkan CD tersebut kedalam kantung celana karena takut dipergoki dan tak terbayang rasa malu yang akan aku alami jika hal itu terjadi dan langsung aku meninggalkan TKP dan langsung menuju kamar Sisca yang berada di lantai 2.

Setelah selesai berkencan dengan Sisca, aku langsung meluncur menuju kontrakkan dan langsung menuju kamar mandi. Langsung aku keluarkan CD milik Vita dan mempeloroti celana dan CD yang aku pakai. Kont0lku yang sepanjang perjalanan pulang tadi sudah menegang membayangkan CD tersebut langsung kutempelkan dengan posisi sisi dalam CD yang bersentuhan langsung dengan vagina Vita bertemu dengan ujung kont0lku, yang tentu saja sebelumnya aku tempelkan CD tersebut di hidungku dan ku hirup dalam-dalam sambil membayangkan sedang mencium vagina Vita secara langsung.

Secara perlahan aku gesek-gesekan CD tersebut dan mulai mencoli kont0lku. Meskipun awalnya terasa agak perih pada penisku tapi lama kelamaan hilang seiring keluarnya cairan pra-ejakulasiku. Irama masturbasi aku percepat dan aku langsung merasakan getaran-getaran listrik yang erotis terus meambombardir syaraf-syaraf kont0l dan otakku. Akhirnya aku hampir merasakan orgasme. Tanganku yang satunya langsung menyikap sebagian dari CD tersebut untuk mengeluarkan kont0lku. Sebenarnya aku ingin mengeluarkan cairan orgasmeku pada CD Vita, tetapi langsung aku urungkan karena takut meninggalkan jejak.

Tak berapa lama aku mengalami orgasme yang luar biasa sensasinya karena baru sekali ini aku melakukannya dengan CD kepunyaan Vita. Setelah beberapa saat aku menikmati sensasi tersebut aku langsung melanjutkan dengan mandi dan tak lupa sebelumnya aku mencium CD Vita dan menaruhnya kmbali di dalam kantung celanaku.

Keesokan harinya aku kembali ke kost Sisca dan mengembalikan CD tersebut,tentunya setelah aku merasa keadaannya kondusif dan aman. Kegiatan ini terus berlanjut selama hampir seminggu dan tentu saja dengan CD Vita yang berbeda. Suatu saat aku dikejutkan dengan aroma CD Vita yang sebelumnya hanya tercium wangi dari pengharum pakaian. Ketika itu aku menghirup aroma yang berbeda dan aku yakini sebagai aruma cairan vagina milik Vita yang tentu saja membuat kont0lki seketika tegang dan libidoku menanjak. Jantungku langsung berdebar kencang karena kegirangan mendapatkan rejeki nomplok tersebut.

Terbersit dipikiranku apakah hal ini disengaja atau tidak. Tapi aku tidak memperdulikannya dan langsung ber-masturbasi dengan sensasi berbeda dan tentu saja lebih indahdan menggetarkan. Kali ini aku tenggelam dalam kenikmatan sampai-sampai cairan orgasmeku tumpahruah dalam CD Vita.

Keesokan harinya aku kembalikan CD tersebut kadalam keranjang dan menggantikannya dengan yang lain. Tetapi lagi-lagi CD tersebut mengeluarkan aroma yang sama. Tidak terlihat perubahan pada sikap dan ekspresi pada wajah Vita ketika kami saling bertemu pandang. Keesokan harinya aku dikejutkan dengan CD Vita yang benar-benar masih basah dan aromanya masih segar dan memabukkan, seperti Vita baru saja melakukan masturbasi dan membiarkan aku menemukannya masih dalam keadaan basah. Pikiranku langsung dikuasai dengan hawa nafsu dan langsung saja aku menuju kamar mandi yang letaknya bersebrangan dengan kamar Vita untuk ber-masturbasi.

Baru saja aku mulai untuk ber-masturbasi, tiba-tiba terdengar ketukkan pintu pada kamar mandi. Aku terkejut dan dengan cepat memasukkan CD Vita kedalam celana dan berpura-pura menyiram closet. Ketika aku buka pintu ternyata Vita sedang berdiri di depan kamar mandi dan berdiri tepat dihadapanku seperti sedang menghalangku untuk pergi. Vita langsung mendorongku kembai masuk ke dalam kamar mandi dan langsung mengunci kamar mandi itu dari dalam (posisi Vita sekarang berada di dalam kamar mandi bersama denganku).

Keringat dingin langsung bercucuran dari tubuhku. Dengan cepat tangan Vita langsung berusaha merogoh kedua kantong celanaku tanpa bisa aku cegah, dan akhirnya dia menemukan celana dalam miliknya yang aku "pinjam". "Aku sudah tau ... Kak andre pelakunya" ungkap Vita.

Tiba-tiba Vita langsung mengambil posisi jongkok menghadap ke arahku yang mematung karena masih kaget dan langsung membuka bawahanku tanpa menyisakan sehelai benangpun. Kont0lku yang sempat lemas karena shock langsung diia belai dengan tangannya yang halus dan sesekali mengocoknya dengan perlahan. Menerima perlakuan tersebut kont0lku langsung bereaksi dan langsung menegang.

Setelah mencapai ketegangan maksimal, mulut Vita sedikit terbuka dan nafasnya memburu sambil mengeluarkan desahan halus sambil kedua tangannya dengan perlahan tapi pasti terus mempermainkan kont0lku. Aku merasa bahwa inilah saatnya merasakan vagina Vita yang sebenarnya,lagipula aku yakin Vita bukan lagi seorang gadis perawan dari caranya memperlakukan kont0lku.

Aku langsung memberi isyarat agar Vita berdiri dan langsung aku bertatapan dengan wajahnya yang mengekspresikan bahwa dia sangat menginginkannya. Tanpa pikir panjang aku langsung mencumbu bibirnya yang mungil dan kedua tanganku langsung menyikap bagian bawah dasternya,dimulai dari pertengahan paha dan ternyata Vita sudah tidak mengenakan CD lagi.

Pantatnya yang lembut dan kenyal langsung kuremas-remas dan demi menghemat waktu tanganku langsung kupindahkan menuju vaginanya yang sedaritadi sudah basah oleh cairan vaginanya. Tanganku yang satunya lagi langsung menjamah payudaranya (juga tanpa BH) yang kira-kira berukuran 36c. Kuremas-remas payudaranya dan klirotisnya pun mendapatka pelayanan istimewa dari jemariku.

Tubuh Vita tak henti-hentinya bergetar dan mempercepat irama kocokan tangannya pada kont0lku. Langsung aku senderkan Vita pada dinding kamar mandi, kuangkat kakikirinya dan langsung ku tuntun kont0lku menuju vaginanya yang sudah terbuka lebar. Ketika ujung kont0lku berada di bibir vaginanya yang sudah basah dan terasa hangat, aku pun sempat bergetar. Perlahan-lahan aku dorong masuk kont0lku, terasa agak seret meskipun vaginanya sudah basah oleh cairan kenikmatannya dan akhirnya kont0lkupun masuk setengahnya mengisi vagina Vita. Mulut Vita terbuka lebar sembari matanya terpejam merasakan kenikmatan kont0lku.

Dengan perlahan ku keluar-masukkan kont0lku kedalam vaginanya yang kini sudah bisa terbenam seluruhnya kedalam vaginanya yang sempit dan basah. Untuk sesaat aku tidak bergerak dan merasakan dinding vaginanya berdenyut-denyut dan rasanya kont0lku seperti dipijit-pijit oleh vaginanya, sampai akhirnya aku melihat jam tangan dan aku teringat kepada Sisca yang selesai mandi, tersisa kira-kira 10 menit sebelum Sisca selesai mandi.

Vita memelukku dengan erat dan aku pun menyetubuhinya dengan perlahan sambil merasakan setiap tarikkan dan dorongan kont0lku,aku merasakan sensasi erotis yang sangat nikmat. Irama aku percepat dangan sesekali aku menghentakkan kont0lku dengan kerassehingga membuat Vita mengerang meskipun agak sedikit ditahan mencegah suaranya terdengar sampai keluar. Aku makin bernafsu setelah sekitar 3 menit Vita sudah mencapai orgasmenya yang pertama sehingga vaginanya terasa hangat karena cairan orgasmenya.

"kont0l kamu besar dan kuat sekali..." bisik Vita sambil terus menikmati persetubuhan ini.
"memang kamu belum pernah ngerasain yang segede ini?"
Dia menggeleng, "punya cowokku kecil dan kurus..."
"jadi lebih enak mana?" tanyaku
"jelas kont0lmu,rasanya lebih nikmat.."

Setelah selesai menikmati sisa-sisa orgasmenya,Vita langsung melepaskan diri dari dekapanku dan langsung berlutut di hadapan kont0lku. Lidahnya langsung menjulur dan menyapu sepanjang batang kont0lku yang masih basah oleh cairan orgasmenya. Dengan cekatan Vita menjilati kont0lku dan mengulum kepala kont0lku yang memerah.



Mulutnya yang terasa hangat dan permainan lidahnya yang liar membuat kont0lku berdenyut-denyut dan untuk beberapa saat dia hanya mengulum kepala kont0lku sampai akhirnya aku benamkan kepalanya sehingga kont0lku masuk seluruhnya kedalam mulutnya yang hangat.

Vita yang seakan mengerti apa yang aku mau langsung melahap seluruh batang kont0lku dengan ganas, meskipun ia mengalami sedikit hambatan karena panjangnya kont0lku. Setelah mulutnya beradaptasi dengan kont0lku aku pun mulai menggerak-gerakkan pantatku maju-mundur mengimbangi permainannya dan akhirnya aku mengalami orgasme yang membuat Vita agak tersedak karena aku menghentakkan kont0lku dengan keras karena merasakan kenikmatan orgasmeku.

Dengan cepat Vita mengeluarkan kont0lku dari mulutnya dan membuka lebar mulutnya untuk menampung cairan orgasme dari kont0lku. Setelah selesai Vita langsung menelan cairan tersebut tanpa tersisa dan seketika kont0lku pun kembali di kulum dan di sedotnya sehingga tidak tersisa lagi cairan orgasme yang sedikit tercecer di batang kont0lku.

Kusuruh Vita untuk berdiri dan ia langsung menatapku dengan ekspresi puas dan nakal, senyumnya yang manja mambuatku horny lagi. Setelah salingmerapihkan pakaian masing-masing Vita menyelipkan kertas yang berisikan nomer hp'nya.

"besok, jangan ambil celana dalamku lagi.."
Sempat timbul rasa kecewa dalam hatiku
"langsung saja.." terang Vita,sambil menempelkan tanganku ke arah vaginanya sambil tersenyum manja.

Setelah kejadian ini,hampir tiap hari kami bercinta kilat didalam kamar mandi lantai 3. Vita menjadi tempat pelampiasan nafsuku yang menggebu-gebu karena tak bisa kudapatkan dari pacarku sendiri demikian juga Vita yang terlanjur kecewa dengan kont0l pacarnya yang dia anggap terlalu kecil dan Vita terlanjur menyukai kont0lku yang besar dan kuat,meskipun kami saling mencintai pasangan masing-masing.

Minggu, 11 November 2012

Cerita Dewasa: Gairah Ratna

Sekarang aku sudah kuliah di PTS terkemuka di kota B, Di kampus aku sudah lama aku berkenalan dengan Ratna teman kuliahku. Orangnya pendiam, tidak banyak omong, namun apabila suah kenal, akan nampak bahwa dia ternyata sangat supel. Dengan jilbab yang menghiasi wajahnya, tubuhnya yang sangat montok tidak banyak menarik perhatian orang. Pernah sekali aku melihat dia memakai baju biasa tanpa jilbab, waktu aku main ke kostnya. wow, ternyata Ratna sangat sexy. Namun pemandangan itu hanya sebentar saja, karena dia cepat-cepat mengganti baju tidurnya dengan pakaian jilbabnya. Hal itu mengingatkan aku akan kakakku dan semakin membuatku ingin menjamah tubuhnya. Namun selalu saja dia bisa menolak. Paling-paling, kami hanya berciuman, namun tidak pernah lebih dari itu.


Siang itu Ratna kuajak jalan-jalan, hutan wisata yang ada di sebelah Utara kota B. Setelah parkir, akupun mencari tempat yang nyaman untuk ngobrol dan strategis buat pacaran. Begitu dapat, kami pun asyik ngobrol ngalor ngidul. Tak sengaja, tanganku asyik mengelus-elus jemarinya di atas pahanya. Ratnapun menatapku dengan sayu. Segera kucium bibirnya yang mungil. Ratna pun menyambut dengan antusias.

Lidahnya dengan lincah memilin lidahku hingga membuatku tersengal-sengal. Kudekap erat tubuhnya, sambil tangan kananku mencoba meremas remas pantatnya yang bahenol dan dia tidak menolaknya. Tubuhnya pun bergetar hebat. Pelahan tanganku merayap menyingkapkan rok panjangnya dan mengusap pahanya yang ternyata sangat mulus sekali ketelusupkan jemariku ke dalam celana dalamnya.

“Mas, jangan ahhh, malu dilihat orang” katanya sembari mencoba mencegah tanganku beraksi lebih lanjut. “Pindah tempat yuk, yang lebih aman,” ajakku sambil terus mencoba meremas payudaranya.
Ratna langsung menggelinjang. Terasa buah dadanya yang ranum mulai mengeras, tanda bahwa Ratna mulai terangsang hebat. Matanya yang sayu jadi tampak mesum, tanda Ratna dilanda rangsangan berahi yang amat dahsyat. Kamipun segera berbenah diri, membetulkan pakaian yang sempat berantakan.

Kami pun segera pulang dan ku ajak Ratna ke rumah kontrakanku, karena aku di kota B mengontrak rumah mungil dan tinggal sendirian. Saat itu, hari sudah gelap. Sebenarnya aku sudah nggak tahan lagi ingin mencium dia lagi, dan tahu sendirilah selanjutnya. Tapi gimana lagi, lha wong Ratna hanya diam terpaku. Aku jadi malah takut, jangan-jangan dia menyesal telah mau kuajak nginap di rumahku.

“Em, lagi mikirin apa? Kok termangu-mangu ?” tanyaku sambil menghampirinya.
Ratna hanya memandangku sekilas.
“Sudahlah, tiduran saja di kasur, aku nanti biar tidur di sofa. Aku janji nggak akan menyentuhmu kecuali kalu Ratna pengen,” kataku lagi sambil menuju sofa.

Tiba-tiba Ratna menangis dan kuberanikan diriku untuk memeluknya dan menenangkannya, Ratna tak menolaknya. Setelah agak tenang kubisiki dia bahwa dia tampak cantik malam ini apalagi dia mengenakan jilbab yang aku sangat suka akan wanita yang mengenakan jilbab. Ratna tersenyum dan menatapku dalam, lalu memejamkan matanya. Kucium bibirnya, hangat, dia menerimanya. Kucium dia dengan lebih galak dan dia membalasnya, lalu tangannya merangkul pundakku. Kami berciuman dengan penuh nafsu.

Kusibakkan jilbabnya yang menutupi lehernya lalu aku turun ke lehernya, Ratnapun mendesah
“aaaahh.” Mendengar itu kuberanikan meremas payudaranya yang montok.
Ratna mendesah lagi, dan menjambak rambutku. Setelah beberapa saat kulepaskan dia. Ratna sudah terangsang, kuangkat baju panjangnya, tampaklah bra hitamnya yang sangat kusukai, kumulai meremas payudara yang masih terbungkus branya, diapun melenguh terangsang. Lalu mulai kusingkap bra hitamnya ke atas tampaklah gunung kembar yang pas dalam genggaman tanganku, dengan punting merah-coklat cerah yang telah mengeras. Kubasahi telunjukku dan mengelusnya, Ratna hanya memjamkan matanya dan menggigit bibirnya.

Kulanjutkan menyingkap rok panjangnya, dia memakai CD warna hitam berenda transparan sehingga tampak sebagian rambut kemaluannya yang lembab. Sengaja aku tidak melepas jilbabnya dan pakainya, karena Ratna tampak lebih sexy dengan hanya memakai jilbab dan pakaian yang tersingkap. Kumulai menurunkan CD hitamnta dan WOW, ternyata jembutnya tidak terlalu lebat dan rapi, rambut di sekitas bibir kemaluannya bersih, hanya di bagian atasnya. Dan kemaluannya tampak kencang dengan clitoris yang cukup besar dan mulai basah.

“Kamu rajin mencukur ya,” tanyaku.
Dengan wajah memerah dia mengiyakan. Kupangku dia dan mulai menciuminya lagi, dan sapuan lidahku mulai kukonsentrasikan di puntingnya, kujilati, kutekan bahkan kugigit kecil dengan gigiku, Ratna menggelinjang keasyikan, dan mendesah-desah merasakan rangsangan kenikmatan. Tangan kananku mulai memainkan clit-nya, ternyata sudah banjir, kugesek klitorisnya dengan jari tengahku, perlahan-lahan, desahan dan lenguhan makin sering kudengar.

Seirama dengan sapuan lidahku di puntingnya, Ratna makin terangsang, dia bahkan menjambak rambutku dan menekan kepalaku ke payudaranya,
“Mas, enakh… banget…enakh…” Desahannya dan lenguhannya.
Kira-kira 5 menit dari kumulai, badannya mulai mengejang dan
“Mas… Ratna… mo… keluaaaarrr!” Sambil berteriak Ratna orgasme, denyutan kemaluannya kurasakan di tangan kananku. Ratna kemudian berdiri.
“Sekarang giliranmu,” katanya.
Celanaku langsung dilucutinya dan akupun disuruhnya berbaring. Salah satu tangannya memegang kemaluanku dan yang lain memegang zakarnya, dia mengelusnya dengan lembut
“mmmmhhh…,” desahku.
“Enak ya, Mas.”
Akupun mengangguk.

Ratna mulai menciumi kemaluanku dan mengelus zakarnya, dan mengemutnya dan mengocoknya dengan mulutnya. Terasa jutaan arus listrik mengalir ke tubuhku, kocokannya sungguh nikmat. Aku heran, sejak kapan dia belajar mengulum dan mengocok kemaluan lelaki. Nampak dia sudah sangat mahir dalam urusan kocok mengocok kemaluan laki-laki.
“Belajar darimana Rat, kok lincah banget?, tanyaku.
“Hmmm, aku pernah liat BF bareng teman-teman di kostku. Kayaknya enak banget, dan ternyata memang benar,” jawab Ratna sambil terus mengulum kemaluanku.
Ratna tampak sexy dengan jilbab yang masih terpasang diwajahnya, namun payudaraya keluar karena kaosnya terangkat keatas. Bibirnya yang mungil sibuk melumat habis kemaluanku.

Kupegang kepalanya, kuikuti naik turunnya, sesekali kutekan kepalanya saat turun. Sesaat kemudian dia berhenti.
“Mas, kont0lmu lumayan besar dan panjang yach, keras lagi, aku makin terangsang nich.”
Aku hanya tersenyum, lalu kuajak dia main 69, dia mau. Kemaluananya yang banjir itu tepat diwajahku, merah dan kencang, sedang Ratna masih asyik mengocok kemaluanku. Saat itu aku baru menikmati lagi kemaluan seorang wanita, setelah kakakku menikah.

Aku mulai menjilati kemaluannya, harum sekali bau sabun dan bau cairan kewanitaanya, dan clitorisnya sampai memerah dan kuhisap cairan yang sudah keluar, tiba tiba dia berteriak saat kuhisap kemaluanya keras-keras.
“Masss… I lovvve ittt, babbyy”, dia menjerit dan aku tahu kalau dia lagi klimaks karena kenaluanya sedang kujilat dan saat itulah aku rasakan cairan wanita lagi selain punya kakakku dulu yang asam-asam pahit tapi nikmat.

Setelah dia klimaks, dia bilang dia capai tapi aku nggak peduli karena aku belum keluar dan aku bilang ke dia kalau aku belum puas, saat itulah permainan dilanjutkan. Dia mulai melakukan gaya anjing dan aku mulai memasukkan kont0lku ke sela-sela pahanya yang menggiurkan dan aku tarik dorong selama beberapa lama. Baru dijepit pahanya saja, rasanya sudah di awang-awang. Apalagi kalau kemaluanku bisa masuk ke kemaluanya.

Beberapa lama kemudian, aku bosan dengan gaya itu, dan kusuruh dia untuk berada di bawahku. Ratna memandangku dengan sayu. Segera kukulum puting payudaranya yang tampak mengeras itu, kontan dia melenguh hebat. Ternyata puting payudaranya merupakan titik rangsangnya. Dengan diam-diam aku mulai menempelkan kemaluanku ke dalam kemaluanya yang ternyata sudah basah lagi. Kugesek gesek dan ku tekan tekan kemaluanku ke kemaluannya karena aku tidak mau mngambil keperawanannya, karena aku sangat mencintai dan menyayanginya.

Saat aku berada di atas Ratna, kujilati payudaranya yang memerah dan dia menjerit perlahan dan mendesah-desah di telingaku dan membuatku tambah bernafsu dan tanpa pikir panjang-panjang lagi, aku mulai menekannya dengan nafsu dan
“Mass… aku mauuu keluaarrr” dan aku juga menjawabnya
“Em… kayaknya akuu jugaa maauu…” nggak sampai 2 atau 3 detik, badanku dan Ratna sama-sama bergetar hebat dan aku merasakan ada yang keluar dari kemaluanku diatas kemaluannya dan aku juga merasa ada yang membasahi kemaluanku dengan amat sangat. Setelah itu, Ratna terdiam karena kelelahan dan aku mulai mencium-ciumi bibirnya yang kecil dan mukanya. Aku mulai membelai-belai rambutnya dan karena dia terlalu kelelahan dia tertidur pulas.

Keesokan harinya aku terbangun dan melihat ratna sudah memakai pakaian dan jilbabnya dengan rapi, kemudian dia memelukku serta berkata
”Mas makasih kamu tidak mengambil keperawanku, padahal aku sudah tidak tahan lagi untuk merasakan kemaluanmu yang besar itu” Aku tersenyum lalu aku bilang
“selaput daramu nanti akan aku minta pada malam pertama setelah kita menikah nanti”
Setelah kejadian itu, kami sering melakukan lagi tapi hanya sebatas oral dan petting saja.

Selasa, 06 November 2012

Cerita Dewasa: Nasib Malang Ita

Sungguh malang nasib Ita, mahasiswi yang berwajah manis dan bertubuh mungil itu harus mengalami nasib yang tragis. Dia diperkosa bergilir oleh teman kampusnya. Ita yang kuliah disebuah kampus di kota “p” memang memiliki kesempurnaan tubuh yang mampu memikat siapa saja dari kaum adam wajahnya yang manis,tubuh yang padat berisi, postur mungilnya serasi dengan sepasang payudara yang bulat dan tidak terlalu besar serta rambut pendek sebahu semakin menambah kecantikannya.sifatnya yang mudah bergaul memungkinkan dia banyak teman baik cewek atau cowok. Di kampus dan pergaulannya dia sering mengenakan jilbab, walau begitu jika sedang dirumah dia tak berjilbab dan berpakain santai seperti cewek kebanyakan.


Kejadiannya bermula pada hari sabtu siang ketika Ita baru saja pulang dari kampus dan hendak beristirahat. Tiba-tiba hp miliknya berdering.dilayar tercantum nama Doni.dia adalah teman kampus Ita.
“halo don, ada apa?”. sapa Ita.
“halo juga, ga aku cuma mau ngajak kamu belajar bareng dirumahku!” Jawab Doni.
“sama sapa aja?” Tanya Ita lagi.
“sama aku, Heri, Tio, Agus terus Evi, Ika sama Tika juga ikut”.jelas Doni.
Karna merasa ada cewek lain yang ikut akhirnya Ita pun mengiyakan ajakan Doni.

Sekitar pukul 3 sore dia menuju rumah Doni yang berjarak tak jauh dari kost-kostan Ita .dia mengenakan jilbab hitam serta kaus lengan panjang berwarna merah muda serta celana jeans yang makin membuat lekuk tubuhnya terlihat walau dia berjilbab. Berapa saat kemudian Ita sampai dirumah Doni disana sudah ada Agus, Tio dan Heri namun dia belum melihat ada cewek yang datang.
“eh kalian dah nyampe, mana Vivi sama yang lain?” Tanya Ita.
Mereka tak menjawab pertanyaan Ita. Agus langsung bangkit dan mengunci pintu sedangkan Tio, Heri dan Doni menghampiri Ita yang berdiri kebingungan.
“eh,apa-apaan ini? apa yang akan kalian lakukan?”. Ita mulai panik dengan keadaan ini.
“tenang sayang, kita akan bersenang senang sampai pagi!” Doni menimpali Ita dengan senyum yang aneh.

Sementara Tio dan Heri mulai menghampiri Ita dan memegang kedua tangan Ita .Agus langsung maju dan memeluk Ita dan memaksa memagut bibir mungil Ita. Tio dan Heri mulai bergerilya dipayudara mungil Ita yang menawan. Doni tak mau kalah dia memeluk Ita dari belakang tangannya bergerilya ke daerah selangkangan Ita, mengelus vagina Ita dari luar. Doni mulai mencari retsleting celana jeans Ita untuk membukanya. Ita tak bisa berbuat apa-apa karena kedua tangannya dipegang erat oleh Tio dan Heri.sementara Agus yan memagut bibirnya membuat dia susah bernafas.

Akhirnya Doni berhasil membuka celana jeans milik Ita dan menurunkannya sampai batas mata kaki.Doni kembali berdiri dan kembali meraba vagina Ita .kali ini dia langsung menyentuh vagina Ita melalui celah cd warna krem milik Ita .
“wah, mem3k kamu anget banget, jembutnya juga halus!”. komentar Doni.
Tio dan Heri tak mau kalah mereka mulai melucuti kaos yang dikenakan Ita, Agus pun berhenti memagut Ita untuk memudahkan Tio dan Heri membuka kaos Ita. Kini Ita berdiri dengan jilbab dan bh serta cd saja, dikelilingi oleh 4 pria yang menatapnya dengan buas seolah-olah siap menghabisi mangsanya.
“bener-bener mulus nih cewek, susunya juga montok”. komentar Heri.
Ita yang merasa risih langsung menyilangkan kedua tangannya untuk menutup payudara dan vaginanya.
“wah, jangan malu-malu gitu dong, kamu khan cantik”. timpal Tio.

Kemudian Agus mendekat dan memeluk tubuh Ita tangannya bergerilya dipunggung Ita untuk mencari pengait bh Ita. kemudian tanpa ragu-ragu Agus membuka bh hitam milik Ita. Semua pria menatap kagum pada payudara Ita yang ranum dengan pentil merah muda yang terlihat begitu segar dan menggoda. Tanpa komando mereka mengerubuti tubuh bugil Ita. Doni dan Agus berbagi payudara Ita sementara Tio melepas cd Ita dan mulai memainkannya dia menjilat dan membuka vagina Ita dengan kedua jarinya tak lupa dia juga menggosok klitoris mungil milik Ita.

Sementara Tio memeluk Ita dari belakang dan mencium bibir Ita dengan semangat. Beberapa kali mereka berpindah peran hingga semua mencicipi bibir, payudara, vagina dan pantat sekal Ita. Entah sudah berapa kali Ita orgasme, tubuhnya terasa lemas. Mungkin jika tak ditopang oleh Agus, Ita sudah jatuh lemas. Seluruh tubuhnya basah oleh keringat yang semakin memancarkan aroma khas yang menggoda pria disekitarnya. Mereka sudah merasakan cairan vagina Ita yang manis dan gurih, sudah hampir 30 menit mereka menggerayangi Ita diruang tamu dalam posisi berdiri.hingga akhirnya Doni mengambil gelang besi yang terikat tambang.

Kemudian dia memasangkan gelang itu dikaki kanan Ita, kemudian Doni menarik tambang dan memaksa Ita yang lemah untuk melangkah. Doni membawa Ita ke kamarnya. Disana ada tempat tidur yang cukup luas. Kemudian Doni memasang gelang lagi dikedua tangan Ita kemudian mengaitkan dengan tambang untuk menggantungkan Ita. Kembali Ita akan diperkosa dalam keadaan berdiri. Kini kondisinya lebih parah karena tangannya terikat keatas yang semakin mengekspos keindahan tubuhnya. Ketiaknya juga menjadi daya tarik tersendiri

Sekitar pukul 02.00 dini hari, Agus terbangun dari tidurnya dia merasakan ada benda kenyal dan empuk ditangannya. Ternyata itu adalah payudara Ita yang masih terlelap. Agus memandang wajah Ita yang terlelap dengan jilbab dikepalanya. Betapa manis dan cantiknya wajah itu. Kemudian dia mulai meremas payudara milik Ita, tentu saja hal itu membuat Ita terkejut dan bangun dari tidurnya. Tak hanya itu, semua yang ada disitupun ikut terbangun bahkan Heri yang dari semalam jarinya berada divagina Ita langsung menyodoknya. Jeritan dan tangisan Ita pun kembali pecah.

“toloongg…jangaaan..saya udah cape…” rintih Ita .
Namun tanpa ampun mereka terus menggerayangi tubuhnya.bahkan mereka sudah bersiap untuk memperkosa Ita. Kali ini mereka akan main secara keroyokan. Dini hari memang waktu yang sangat menggairahkan. Mereka mengangkat tubuh Ita, sementara Tio sudah terlentang menunggu vagina Ita.
“ayo cepat masukin, kont0l gue pengen ngebor mem3knya lagi.” Perintah Tio.

Kemudian mereka memapah Ita kemudian mengarahkan vagina Ita ke penis Tio. Kemudian dari arah belakang Heri mulai mengarahkan penisnya ke pantat Ita, sementara Doni memaksa membuka mulut Ita dan memasukan penisnya kesana. Agus mengarahkan tangan Ita dan mengarahkan untuk mengocok penisnya. Mereka terus menggarap tubuh Ita dan mengejar klimaks masing-masing. Sepertinya mereka tak memperdulikan kondisi Ita yang lemas.

Kondisi pagi hari yang sepi menambah sensasi erotis dikamar itu. Selang berapa lama, Heri mulai mencapai klimaks disusul Tio, Agus kemudian Doni. Mereka saling bertukar posisi hingga akhirnya mereka lemas dan mengakhiri permainannya. Kini tubuh Ita kembali berlumur sperma dan keringat. Namun itu semua belum berakhir karena hari masih panjang dan esok adalah hari minggu. Jadi mereka masih punya banyak kesempatan untuk meniduri Ita .

Pagi akhirnya datang, mereka terbangun sekitar pukul 08.00. Rasa pegal dan lemas tentu melanda mereka semua, terlebih Ita yang menjadi pelampiasan keempat pria tersebut. Mereka menggendong Ita dan membawanya kekamar mandi Doni, karna ukurannya yang mewah dan cukup luas, memungkinkan mereka masuk semua kesana. Tio mulai memutar kran shawer, air dingin mengalir mengenai tubuh Ita membuat dia tersentak, mereka mengkerubuti Ita dan berebut untuk menyabuninya.

Jilbab yang dari kemarin melekatpun mulai dicopot, kini nampak jelas rambut pendek sebahu Ita yang telah basah, kemudian Heri mengambil shampo dan mulai mengkeramasi rambut Ita .Namun tak hanya rambut yang dikepala, rambut vagina Ita juga ikut dikeramasi bahkan disela aktivitasnya, Heri masih sempat meremas payudara Ita dan memagut bibir Ita, posisinya yang berada dibelakang tubuh Ita membuat penisnya menempel dipantat Ita yang sekal. Tak dapat dihindari lagi. Penis Heri pun mulai mencari lubang anus milik Ita untuk disodomi.

Dalam posisi berdiri Ita kembali mengalami pelecehan seksual,bahkan kini Agus mulai maju dan mengangkat kaki kanan Ita untuk kemudian memasukan penisnya kelubang vagina Ita .kini Ita diapit oleh dua orang pria dibawah siraman air yang dingin.setelah Heri dan Agus selesai, kini giliran Tio dan dino. Tubuh Ita lemas setelah beberapa kali klimaks, andai Tio tak menopang tubuhnya mungkin dia sudah ambruk tak berdaya. Tio mendapat anus Ita sementara dino mendapat vagina. Setelah masing masing mencapai klimaks, mereka mendudukan Ita dipinggir bath-up. Agus mengambil cukuran jenggot milik dino hendak mencukur bulu vagina Ita .

“ayo manis, dicukur dulu jembutnya biar tambah imut..hehehe..!” Kata Agus.
Heri dan Tio pun membuka kaki Ita lebar-lebar. Sementara dino mengoleskan krim disekitar vagina Ita. Kini Agus sudah siap untuk mencukur bulu vagina Ita. Ita yang nampak tak setuju mencoba menutup kakinya, namun peganan Heri dan Tio dikakinya begitu kuat hingga membuat usahanya sia-sia. Selang satu menit, Agus sudah selesai mencukur bulu kemaluan Ita. Kemudian mereka memapah Ita dan menepatkannya didepan cermin yang besar hingga membuat pantulan tubuhnya terlihat jelas.
“gimana cantik, bagus ga hasil karyaku?” Tanya Agus sambil mencubit vagina Ita yang kini plontos.
Lagi-lagi Ita hanya menangis dan meratapi nasibnya.

Sekitar pukul 09.00 akhirnya mereka selesai mandi, namun tak ada satu pun yang berpakaian. Semuanya masih bugil termasuk Ita yang kini juga sudah tidak mengenakan jilbab lagi, bahkan tubuh bugil itu dibiarkan basah oleh mereka. Karna menurut mereka, tubuh Ita menjadi semakin sexy. Dengan tubuh basah dan bugil, mereka membawa Ita ke dapur mereka ingin Ita memasak sesuatu untuk mereka. Akhirnya Ita memasak nasi goreng untuk mereka, disela-sela aktivitasnya memasak, mereka juga bergantian jongkok dibawah Ita untuk menjilati vaginanya dan memainkan klitorisnya dengan jari mereka. Tak jarang, ketika mencapai klimaks Ita merasa lemas dan hampir terjatuh. Heri dan teman-temannya juga bergantian mengemut payudara Ita .

Setelah makanan siap, mereka memapah Ita dan membaringkannya dimeja makan.Disekeliling Ita ditaruh berbagai lauk pauk, bahkan Heri menaruh ice cream di vagina, payudara dan perut Ita. Setelah itu, dia juga menuangkan susu kental manis disekujur tubuh Ita dari kepala sampai kaki. Tentu saja ini terasa amat menyiksa bagi Ita, karna dia harus menahan dinginnya ice cream di daerah sensitifnya. Namun tak demikian dengan ke empat pria yang ada bersama Ita, disela-sela mereka menikmati makanan, mereka juga menikmati ice cream serta susu kental manis yang berada ditubuh Ita .

“wah, ini ice cream terenak yang pernah gue rasain. Ice cream rasa mem3k!” Komentar Tio.
“apalagi ini, susu rasa susu hahahaha!” Sambung Agus yang sedang menjilati susu kental manis yang berada di payudara Ita .
Selesai makan,mereka mempersilahkan Ita untuk makan, namun kali ini menunya khusus. Mereka mencampur nasi yang akan dimakan oleh Ita dengan sperma mereka berempat.
“ayo, sarapan nasi campur peju pasti sehat!” Celoteh Doni.

Ita juga tak boleh turun dari meja,dia harus makan dalam posisi merangkak seperti anjing. Tentu saja Ita merasa terhina dan sedih mendapatkan perlakuan tersebut.
“tolong hentikan, kapan kalian akan melepaskanku?” Tanya Ita lirih.
Namun tak ada satupun yang menjawab. Doni dan Heri yang duduk disebelah kanan Ita langsung meremas payudara Ita yang menggantung dengan indah sementara Agus dan Tio dipayudara satunya lagi.

Setelah itu, Tio bangkit dan mengambil sesuatu dilemari es. Ternyata dia mengambil dua batang mentimun, langsung tia mengangkat satu kaki Ita dari samping dan memasukan batang mentimun itu kevagina Ita. Tentu saja hal itu membuat Ita kaget dan memekik.
“aaaaawww…..aaahhhh…..apa yang kalian lakukan?” Pekik Ita .

Kembali vagina Ita merasa amat dingin, dia juga merasakan sakit karena vaginanya yang masih kering dan tekstur timun yang tidak halus. Heri mulai tertarik akan hal tersebut lalu mengambil sebuah wortel dan langsung memasukannya keliang anus milik Ita. Sementara Ita yang belum menyelesaikan makannya dipaksa mengulum batang penis milik Agus. Sementara Doni menikmati kedua payudara Ita yang menggantung bebas. Setelah beberapa menit, cairan vagina Ita mulai mengalir, kemudian Tio mencabut timun yang berada didalam vagina Ita dan memaksa Ita untuk memakanya.
“ayo manis, rasakan mentimun rasa mem3k dan peju!” Perintah Tio dengan sedikit memaksa.
Tak hanya itu, Heri juga memaksa Ita untuk memakan wortel yang tadi dimasukan kelubang anus Ita.

Setelah selesai, mereka kembali berpindah tempat, kali ini mereka menuju keruang tengah. Agus yang menggendong Ita didepan tak mau kehilangan kesempatan dia memasukan penisnya ke vagina Ita dalam posisi berdiri dan berjalan. Payudara Ita bergesekan dengan dada Agus yang berbulu, sesampainya diruang tamu, Agus yang belum klimaks langsung memepet tubuh Ita ditembok kemudian dia semakin cepat menggenjotnya.akhirnya Agus klimaks juga dia langsung lemah dan menjatuhkan Ita dari gendongannya, Ita pun langsung duduk tak sanggup berdiri karena kaki yang sudah lemas.

Tio menyeret tubuh Ita dan disuruh melakukan oral sex kepada mereka semua yang kini sudah duduk disofa panjang. Tanpa pilihan Ita melakukan hal tersebut sambil terkadang juga disuruh mengocok batang penis mereka. Tak hanya dimulut, mereka juga mengeluarkan sperma diluar yang mengenai rambut, wajah, leher serta payudaranya.

Setelah selesai Tio mengangkat tubuh Ita dan mendudukannya diatas penisnya. Dia menggenjot dengan penuh semangat, payudara Ita yang berguncang membuat Tio gemas kemudian meremasnya dan terkadang menggigit puting Ita .
“aw…sakiiiitt….!” Rintih Ita yang merasa Tio meremas payudaranya begitu keras.

Setelah klimaks, Ita harus melayani Heri dan Doni semetara Agus sudah mendapat jatah pertama. Setelah selesai semua, Ita pun lemas tubuh bugil dan mungilnya kini tergolek lemah dikarpet, tubuhnya penuh dengan sperma dan bekas merah, terutama dibagian payudaranya. Merekapun terus menggilir Ita sampai malam, kadang diruang tamu, didapur, tangga dan berbagai tempat dirumah itu.

Mereka juga sempat mendandani Ita menggunakan seragam smu, karna tubuh dan wajahnya yang imut Dia masih terlihat pantas mengenakan seragam smu. Sementara mereka berempat berperan sebagai gurunya. Ita kembali digenjot bergilir dengan kemeja putih dan rok abu-abu masih melekat pada dirinya.setelah cukup puas memperkosa dan menyiksa Ita, akhirnya mereka mengantarkan Ita kembali ke kost-annya. Sejak saat itu, mereka bebas menikmati tubuh Ita dimanapun kapanpun. Bahkan mereka sempat mengeroyok Ita di toilet kampus. Ita pun harus siap melayani mereka baik semua ataupun perorangan. Itulah sekelumit kisah wanita cantik nan imut yang mengalami nasib tragis.

 
Ini Cerita Dewasaku powered by blogger.com
Design by Free7 Blogger Templates Kisah Kriminal