Tampilkan postingan dengan label SD. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SD. Tampilkan semua postingan
Jumat, 07 Juni 2013

Aku Di Gangbang Di Sekolah

Cerita dewasa Namaku Eliza. Cerita ini terjadi saat usiaku masih 17 tahun. Waktu itu, aku duduk di kelas 2 SMA swasta yang amat terkenal di Surabaya. Aku seorang Chinese, tinggi 157 cm, berat 45 kg, rambutku hitam panjang sepunggung. Kata orang orang, wajahku cantik dan tubuhku sangat ideal. Namun karena inilah aku mengalami malapetaka di hari Sabtu, tanggal 18 Desember. Seminggu setelah perayaan ultahku yang ke 17 ini, dimana aku akhirnya mendapatkan SIM karena sudah cukup umur, maka aku ke sekolah dengan mengendarai mobilku sendiri, mobil hadiah ultahku. Sepulang sekolah, jam menunjukkan waktu 18:30 (aku sekolah siang, jadi pulangnya begitu malam), aku merasa perutku sakit, jadi aku ke WC dulu. Karena aku bawa mobil sendiri, jadi dengan santai aku buang air di WC, tanpa harus kuatir merasa sungkan dengan sopir yang menungguku. Tapi yang mengherankan dan sekaligus menjengkelkan, aku harus bolak balik ke wc sampai 5 kali, mungkin setelah tak ada lagi yang bisa dikeluarkan, baru akhirnya aku berhenti buang air. Namun perutku masih terasa mulas. Maka aku memutuskan untuk mampir ke UKS sebentar dan mencari minyak putih. Sebuah keputusan fatal yang harus kubayar dengan kesucianku. Aku masuk ke ruang UKS, menyalakan lampunya dan menaruh tas sekolahku di meja yang ada di sana, lalu mencari cari minyak putih di kotak obat. Setelah ketemu, aku membuka kancing baju seragamku di bagian perut ke bawah, dan mulai mengoleskan minyak putih itu untuk meredakan rasa sakit perutku. Aku amat terkejut ketika tiba tiba tukang sapu di sekolahku yang bernama Hadi membuka pintu ruang UKS ini. Aku yang sedang mengolesi perutku dengan minyak putih, terkesiap melihat dia menyeringai, tanpa menyadari 3 kancing baju seragamku dari bawah yang terbuka dan memperlihatkan perutku yang rata dan putih mulus ini. dan belum sempat aku sadar apa yang harus aku lakukan, ia sudah mendekatiku, menyergapku, menelikung tangan kananku ke belakang dengan tangan kanannya, dan membekap mulutku erat erat dengan tangan kirinya. Aku meronta ronta, dan berusaha menjerit, tapi yang terdengar cuma “eeemph… eeemph…”. Dengan panik aku berusaha melepaskan bekapan pada mulutku dengan tangan kiriku yang masih bebas. Namun apa arti tenaga seorang gadis yang mungil sepertiku menghadapi seorang lelaki yang tinggi besar seperti Hadi ini? Aku sungguh merasa tak berdaya. “Halo non Eliza… kok masih ada di sekolah malam malam begini?” tanya Hadi dengan menjemukan. Mataku terbelalak ketika masuk lagi tukang sapu yang lain yang bernama bernama Yoyok. “Girnooo”, ia melongok keluar pintu dan berteriak memanggil satpam di sekolahku. Aku sempat merasa lega, kukira aku akan selamat dari cengkeraman Hadi, tapi ternyata Yoyok yang mendekati kami bukannya menolongku, malah memegang pergelangan tangan kiriku dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya mulai meremasi payudaraku. “Wah baru kali ini ada kesempatan pegang susu amoy.. ini non Eliza yang sering kamu bilang itu kan Had?” tanya Yoyok pada Hadi, yang menjawab “iya Yok, amoy tercantik di sekolah ini. Betul gak?” tanya Hadi. Sambil tertawa Yoyok meremas payudaraku makin keras. Aku menggeliat kesakitan dan terus meronta berusaha melepaskan diri sambil berharap semoga Girno yang sering kuberi tips untuk mengantrikan aku bakso kesukaanku tiap istirahat sekolah, tidak setega mereka berdua yang sudah seperti kerasukan iblis ini. Tapi aku langsung sadar aku dalam bahaya besar. Yang memanggil Girno tadi itu kan Yoyok. Jadi sungguh bodoh bila aku berharap banyak pada Girno yang kalau tidak salah memang pernah aku temukan sedang mencuri pandang padaku. Ataukah… ? Beberapa saat kemudian Girno datang, dan melihatku diperlakukan seperti itu, Girno menyeringai dan berkata, “Dengar! Kalian jangan gegabah.. non Eliza ini kita ikat dulu di ranjang UKS ini. Setelah jam 8 malam, gedung sekolah ini pasti sudah kosong, dan itu saatnya kita berpesta kawan kawan!”. Maka lemaslah tubuhku setelah dugaanku terbukti, dan dengan mudah mereka membaringkan tubuhku di atas ranjang UKS. Kedua tangan dan kakiku diikat erat pada sudut sudut ranjang itu, dan dua kancing bajuku yang belum lepas dilepaskan oleh Hadi, hingga terlihat kulit tubuhku yang putih mulus, serta bra warna pink yang menutupi payudaraku. Aku mulai putus asa dan memohon “Pak Girno.. tolong jangan begini pak..”. Ratapanku ini dibalas ciuman Girno pada bibirku. Ia melumat bibirku dengan penuh nafsu, sampai aku megap megap kehabisan nafas, lalu ia menyumpal mulutku supaya aku tak bisa berteriak minta tolong. “Non Eliza, tenang saja. Nanti juga non bakalan merasakan surga dunia kok”, kata Girno sambil tersenyum memuakkan. Kemudian Girno memerintahkan mereka semua untuk kembali melanjutkan pekerjaannya, dan mereka meninggalkanku sendirian di ruang UKS sialan ini. Girno kembali ke posnya, Hadi dan Yoyok meneruskan pekerjaannya menyapu beberapa ruangan kelas yang belum disapu. Dan aku kini hanya bisa pasrah menunggu nasib. Aku bergidik membayangkan apa yang akan mereka lakukan terhadapku. Dari berbagai macam cerita kejahatan yang aku dengar, aku mengerti mereka pasti akan memperkosaku ramai ramai. Sakit perutku sudah hilang berkat khasiat minyak putih tadi. Detik demi detik berlalu begitu cepat, tak terasa setengah jam sudah berlalu. Jam di ruang UKS sudah menunjukkan pukul 20:00. tibalah saatnya aku dibantai oleh mereka. Hadi masuk, diikuti Yoyok, Girno, dan celakanya ternyata mereka mengajak 2 satpam yang lain, Urip dan Soleh. “Hai amoy cantik.. sudah nggak sabar menunggu kami ya?”, kata Hadi. Dengan mulut yang tersumpal sementara tangan dan kakiku terikat, aku hanya bisa menggeleng nggelengkan kepala, dengan air mata yang mengalir deras aku memandang mereka memohon belas kasihan, walaupun aku tahu pasti hal ini tak ada gunanya. Mereka hanya tertawa dan dengan santai melepaskan baju seragam sekolahku, hingga aku tinggal mengenakan bra dan celana dalam yang warnanya pink. Mereka bersorak gembira, mengerubutiku dan mulai menggerayangi tubuhku, tanpa aku bisa melawan sama sekali. Aku masih sempat memperhatikan, betapa kulit mereka itu hitam legam dan kasar dibandingkan kulitku yang putih mulus, membuatku sedikit banyak merasa jijik juga ketika memikirkan tubuhku dikerubuti mereka, untuk kemudian digangbang tanpa ampun.. Aku terus meronta, tapi tiba tiba perasaanku tersengat ketika jari-jari Girno menyentuh selangkanganku, menekan nekan klitorisku yang masih terbungkus celana dalam. Aku tak tau sejak kapan, tapi bra yang aku pakai sudah lenyap entah kemana, dan payudaraku diremas remas dengan brutal oleh Hadi dan Yoyok, membuat tubuhku panas dingin tak karuan. Selagi aku masih kebingungan merasakan sensasi aneh yang melanda tubuhku, Urip mendekatiku, melepas sumpalan pada mulutku, dan melumat bibirku habis habisan. Ya ampun.. aku semakin gelagapan, apalagi kemudian Soleh meraba dan membelai kedua pahaku. Dikerubuti dan dirangsang sedemikan rupa oleh 5 orang sekaligus, aku merasakan gejolak luar biasa melanda tubuhku yang tanpa bisa kukendalikan, berkelojotan dan mengejang hebat, berulang kali aku terlonjak lonjak, ada beberapa saat lamanya tubuhku tersentak sentak, kakiku melejang lejang, rasanya seluruh tubuhku bergetar. “oh.. oh… augh.. ngggg.. aaaaaaagh…” aku mengerang dan menjerit keenakan dan keringatku membanjir deras. Lalu aku merasa kelelahan dan lemas sekali, dan mereka menertawakanku yang sedang dilanda orgasme hebat. “Enak ya non? Hahaha… nanti Non pasti minta tambah”. Aku tak melihat siapa yang bicara, tapi aku tahu itu suara Yoyok, dan aku malas menanggapi ucapan yang amat kurang ajar dan merendahkanku itu. Kemudian Girno berkata padaku, “Non Eliza, kami akan melepaskan ikatanmu. Jika nona tidak macam macam, kami akan melepaskan nona setelah kami puas. Tapi jika nona macam macam, nona akan kami bawa ke rumah kosong di sebelah mess kami. Dan nona tahu kan apa akibatnya? Di situ nona tidak hanya harus melayani kami berlima, tapi seluruh penghuni mess kami. Mengerti ya non?”. Mendengar hal itu, aku hanya bisa mengangguk pasrah, dan berharap aku cukup kuat untuk melalui ini semu. “Iya pak. Jangan bawa saya ke sana pak. Saya akan menuruti kemauan bapak bapak. Tapi tolong, jangan lukai saya dan jangan hamili saya. Dan lagi, saya masih perawan pak. Tolong jangan kasar. Tolong jangan keluarkan di dalam ya?” pintaku sungguh sungguh, dan merasa ngeri jika aku harus dibawa ke mess mereka. Aku tahu penghuni mess itu ada sekitar 60 orang, yang merupakan gabungan satpam, tukang sapu dan tukang kebun dari SMA tempat aku sekolah ini, ditambah dari SMP dan SD yang memang masih sekomplek, maklum satu yayasan. Daripada aku lebih menderita digangbang oleh 60 orang, lebih baik aku menuruti apa mau mereka yang ‘cuma’ berlima ini. Dan aku benar benar berharap agar tak ada yang melukaiku, berharap mereka tidak segila itu untuk menindik tubuhku, trend yang kudengar sering dilakukan oleh pemerkosanya… menindik puting susu korbannya. Aku benar benar takut. “Hahaha, non Eliza, sudah kami duga non memang masih perawan. Nona masih polos, dan tidak mengerti kalo kami suka memandangi tubuh nona yang sexy, dan selalu memimpikan memperawani non Eliza yang cantik ini sejak non masih kelas 1 SMA. Minggu lalu, ketika non ulang tahun ke 17 dan merayakannya di kelas, bahkan memberi kami makanan, kami sepakat untuk menghadiahi non kenikmatan surga dunia. Tenang saja non. Kami memang menginginkan tubuh non, tapi kami tak sekejam itu untuk melukai tubuh non yang indah ini. Dan kalo tentang itu tenang non, kami sudah mempersiapkan semua itu. Seminggu terakhir ini, aqua botol yang non titip ke saya, saya campurin obat anti hamil. Sedangkan yang tadi, saya campurin obat anti hamil sekaligus obat cuci perut. Non Eliza tadi sakit perut kan? Hahaha…” jelas Girno sambil tertawa, tertawa yang memuakkan. Jadi ini semua sudah direncanakannya! Kurang ajar betul mereka ini. Aku memberi mereka makanan hanya karena ingin berbagi, tanpa memandang status mereka. Tapi kini balasannya aku harus melayani mereka berlima. Aku akan digangbang mereka, dan mereka akan mengeluarkan sperma mereka di dalam rahimku sepuasnya tanpa kuatir menghamiliku. Lebih tepatnya, tanpa aku kuatir harus hamil oleh mereka. Membayangkan hal ini, entah kenapa tiba tiba aku terangsang hebat, dan birahiku naik tak terkendali. Mereka semua mulai melepas semua pakaian mereka, dan ternyata penis penis mereka sudah ereksi dengan gagahnya, membuat jantungku berdegup semakin kencang melihat penis penis itu begitu besar. Girno mengambil posisi di tengah selangkanganku, sementara yang lain melepaskan ikatan pada kedua pergelangan tangan dan kakiku. Girno menarik lepas celana dalamku, kini aku sudah telanjang bulat. Tubuhku yang putih mulus terpampang di depan mereka yang terlihat semakin bernafsu. “Indah sekali non Eliza, mem*knya non. Rambutnya jarang, halus, tapi indah sekali”, puji Girno. Memang rambut yang tumbuh di atas vaginaku amat jarang dan halus. Semakin jelas aku melihat penis Girno, yang ternyata paling besar di antara mereka semua, dengan diameter sekitar 6 cm dan panjang yang sekitar 25 cm. Aku menatap sayu pada Girno. “Pak, pelan pelan pak ya..” aku mencoba mengingatkan Girno, yang hanya menganguk sambil tersenyum. Kini kepala penis Girno sudah dalam posisi siap tempur, dan Girno menggesek gesekkannya ke mulut vaginaku. Aku semakin terangsang, dan mereka tanpa memegangi pergelangan tangan dan kakiku yang sudah tidak terikat, mungkin karena sudah yakin aku yang telah mereka taklukkan ini tak akan melawan atau mencoba melarikan diri, mulai mengerubutiku kembali. Kedua payudaraku kembali diremas remas oleh Hadi dan Yoyok, sementara Urip dan Soleh bergantian melumat bibirku. Rangsangan demi rangsangan yang kuterima ini, membuat aku orgasme yang ke dua kalinya. Kembali tubuhku berkelojotan dan kakiku melejang lejang, bahkan kali ini cairan cintaku muncrat menyembur membasahi penis Girno yang memang sedang berada persis di depan mulut vaginaku. “Eh.. non Eliza ini.. belum apa apa sudah keluar 2 kali, pake muncrat lagi. Sabar non, kenikmatan yang sesungguhnya akan segera non rasakan. Tapi ada bagusnya juga lho, mem*k non pasti jadi lebih licin, nanti pasti lebih gampang ditembus ya”, ejeknya sambil mulai melesakkan penisnya ke vaginaku. “Aduh.. sakit pak” erangku, dan Girno berkata “Tenang non, nanti juga enak”. Kemudian ia menarik penisnya sedikit, dan melesakkannya sedikit lebih dalam dari yang tadi. Rasa pedih yang amat sangat melanda vaginaku yang sudah begitu licin, tapi tetap saja karena penis itu terlalu besar, Girno kesulitan untuk menancapkan penisnya ke vaginaku, namun dengan penuh kesabaran, Girno terus memompa dengan lembut hingga tak terlalu menyakitiku. Lambat laun, ternyata memang rasa sakit di vaginaku mulai bercampur rasa nikmat yang luar biasa. Dan Girno terus melakukannya, menarik sedikit, dan menusukkan lebih dalam lagi, sementara yang lain terus melanjutkan aktivitasnya sambil menikmati tontonan proses penetrasi penis Girno ke dalam vaginaku. Hadi dan Yoyok mulai menyusu pada kedua puting payudaraku yang sudah mengeras karena terus menerus dirangsang sejak tadi. Tak lama kemudian, aku merasakan selangkanganku sakit sekali, rupanya akhirnya selaput daraku robek. “Ooooooh… aaaauuuugggh… hngggkk aaaaaaagh… “Aku menjerit kesakitan, seluruh tubuhku mengejang, dan air mataku mengalir, dan kembali aku merasakan keringatku mengucur deras. Aku ingin meronta, tapi rasa sesak di vaginaku membatalkan niatku. Aku hanya bisa mengerang, dan gairahku pun padam dihempas rasa sakit yang nyaris tak tertahankan ini. “Aduh.. sakit pak Girno.. ampun”, erangku, namun Girno hanya tertawa tawa puas karena berhasil memperawaniku, dan yang lain malah bersorak, “terus.. terus..”. Aku menggeleng gelengkan kepalaku ke kanan dan ke kiri menahan sakit, sementara bagian bawah tubuhku mengejang hebat, tapi aku tak berani terlalu banyak bergerak, dan berusaha menahan lejangan tubuhku supaya vaginaku penuh sesak itu tak semakin terasa sakit. Namun lumatan penuh nafsu pada bibirku oleh Urip ditambah belaian pada rambutku serta dua orang tukang sapu yang menyusu seperti anak kecil di payudaraku ini membuat gairahku yang sempat padam kembali menyala. Tanpa sadar, dalam kepasrahan aku mulai membalas lumatan itu. Girno terus memperdalam tusukannya penisnya yang sudah menancap setengahnya pada vaginaku. Dan Girno memang pandai memainkan vaginaku, kini rasa sakit itu sudah tak begitu kurasakan lagi, yang lebih kurasakan adalah nikmat yang melanda selangkanganku. Penis itu begitu sesaknya walaupun baru menancap setengahnya, dan urat urat yang berdenyut di penis itu menambah sensasi yang luar biasa. Sementara itu Girno mulai meracau, “Oh sempitnya non. Enaknya.. ah.. “ sambil terus memompa penisnya sampai akhirnya amblas sepenuhnya, terasa menyodok bagian terdalam dari vaginaku, mungkin itu rahimku. Aku hanya bisa mengerang tanpa berani menggeliat, walaupun aku merasakan sakit yang bercampur nikmat. Mulutku ternganga, kedua tanganku mencengkeram sprei berusaha mencari sesuatu yang bisa kupegang, sementara kakiku terasa mengejang tapi kutahan. Aku benar benar tak berani banyak bergerak dengan penis raksasa yang sedang menancap begitu dalam di vaginaku. Dan setelah diam untuk memberiku kesempatan beradaptasi, akhirnya Girno memulai pompaanya. Aku mengerang dan mengerang, mengikuti irama pompaan si Girno. Dan erangangku kembali tertahan ketika kali ini dengan gemas Urip memasukkan penisnya ke dalam mulutku yang sedang ternganga ini. Aku gelagapan, dan Urip berkata “Isep non. Awas, jangan digigit ya!” Aku hanya pasrah, dan mulai mengulum penis yang baunya tidak enak ini, tapi lama kelamaan aku jadi terbiasa juga dengan bau itu. Penis itu panjang juga, tapi diameternya tak terlalu besar disbanding dengan penisnya Girno. Tapi mulutku terasa penuh, dan ketika aku mengulum ngulum penis itu, Urip memompa penisnya dalam mulutku, sampai berulang kali melesak ke dalam tenggorokanku. Aku berusaha supaya tidak muntah, meskupun berulang kali aku tersedak. Selagi aku bejruang beradaptasi terhadap sodokan penis si Urip ini, Soleh meraih tangan kananku, menggengamkan tanganku ke penisnya. “Non, ayo dikocok!”, perintahnya. Penis itu tak hampir tak muat di genggaman telapak tanganku yang mungil, dan aku tak sempat memperhatikan seberapa panjang penis itu, walaupun dari kocokan tanganku, aku sadar penis itu panjang. Aku menuruti semuanya dengan pasrah, ketika tiba tiba pintu terbuka, dan pak Edy, guru wali kelasku masuk, dan semua yang mengerubutiku menghentikan aktivitasnya, tentu saja penis Girno masih tetap bersemayam dalam vaginaku. Melihat semuanya ini, pak Edy membentak, “Apa apaan ini? Apa yang kalian lakukan pada Eliza?”. Aku merasa ada harapan, segera melepaskan kulumanku pada penis Urip, dan sedikit berteriak “Pak Edy, tolong saya pak. Lepaskan saya dari mereka”. Pak Edy seolah tak mendengarku, dan berkata pada Girno, “Kalian ini.. ada pesta kok tidak ngajak saya? Untung saya mau mencari bon pembelian kotak P3K tadi. Kalo begini sih, itu bon gak ketemu juga tidak apa apa… hahaha…”. Aku yang sempat kembali merasa ada harapan untuk keluar dari acara gangbang ini, dengan kesal melanjutkan kocokan tanganku pada penis Soleh juga kulumanku pada penis Urip. Memang aku harus mengakui, aku menikmati perlakuan mereka, tapi kalau bisa aku juga ingin semua ini berakhir. Setelah sadar bahwa pak Edy juga sebejat mereka, semuanya tertawa lega, dan sambil mulai melanjutkan pompaan penisnya pada vaginaku, Girno berkata, “Pak Edy tenang saja, masih kebagian kok. Itu tangan kiri non Eliza masih nganggur, kan bisa buat ngocok punya pak Edy dulu. Tapi kalo soal mem*knya, ngantri yo pak. Abisnya, salome sih”. Pak Edy tertawa. “Yah gak masalah lah. Ini kan malam minggu, pulang malam juga wajar kan?” katanya mengiyakan sambil melepas pakaiannya dan ternyata (untungnya) penisnya tidak terlalu besar, bahkan ternyata paling pendek di antara mereka. Tapi aku sudah tak perduli lagi. Vaginaku yang serasa diaduk aduk mengantarku orgasme yang ke tiga kalinya. “aaaaagh.. paaak… sayaaa… keluaaaar….”, erangku yang tanpa sadar mulai menggenggam penis pak Edy yang disodorkan di dekat tangan kiriku yang memang menganggur. Pinggangku terangkat sedikit ke atas, kembali tubuhku terlonjak lonjak, entah ada berapa lamanya tersentak sentak, namun kini cairanku tak keluar karena vaginaku yang masih sangat sempit ini seolah dibuntu oleh penis Girno yang berukuran raksasa. Dalam kelelahan ini, aku harus melayani 6 orang sekaligus. Sodokan sodokan yang dilakukan Girno membuat gairahku cepat naik walaupun aku baru saja orgasme hebat. Tapi aku tak tahu, kapan Girno akan orgasme, ia begitu perkasa. Sudah 15 menit berlalu, dan ia masih memompaku dengan garangnya. Desahan kami bersahut sahutan memenuhi ruangan yang kecil ini. Kedua tanganku mengocok penis dari Soleh dan pak Edy, wali kelasku yang ternyata bejat, membuatku bingung memikirkan apa yang harus kulakukan jika bertemu dengannya mulai senin besok dan seterusnya saat dia mengajar. Urip mengingatkanku untuk kembali mengulum penisnya yang kembali disodokkannya ke kerongkonganku, membuat aku tak sempat terlalu lama memikirkan hal itu.. Kini aku sudah mulai terbiasa, bahkan sejujurnya mulai menikmati saat saat tenggorokanku diterjang penis si Urip ini. Kepasrahanku ini membuat mereka semua semakin bernafsu. Tiba tiba Girno menarikku hingga aku terduduk, lalu dia tiduran di ranjang, hingga sekarang aku berada dalam posisi woman on top, dan penis itu terasa semakin dalam menancap dalam vaginaku. Aku masih tak tahu apa yang ia inginkan, tiba tiba aku ditariknya lagi hingga rebah dan payudaraku menindih tubuhnya. Urat penisnya terasa mengorek ngorek dinding vaginaku. “Eh, daripada satu lubang rame rame, kan lebih nikmat kalo dua, eh, tiga sekalian, tiga lubang rame rame?” tanya Girno pada yang lain, yang segera menyetujui sambil tertawa. “Akuuur… “, seru mereka, dan Urip segera ke belakangku, kemudian meludahi anusku. “Oh Tuhan… aku akan disandwich.. bagaimana ini..”, kataku dalam hati. “Jangaaaan…. Jangan di situuu…!!” teriakku ketakutan. Namun seperti yang aku duga, Urip sama sekali tidak perduli. Aku memejamkan mata ketika Urip menempelkan kepala penisnya ke anusku, dan yang lain bersorak kegirangan, memuji ide Girno. “aaaaaagh…” erangku ketika penis Urip mulai melesak ke liang anusku. Mataku terbeliak, tanganku menggenggam erat sprei kasur tempat aku aku dibantai ramai ramai, tubuhku terutama pahaku bergetar hebat menahan sakit yang luar biasa. Ludah Urip yang bercampur dengan air liurku di penis Urip yang baru kukulum tadi, tak membantu sama sekali. Rasa pedih yang menjadi jadi mendera anusku, dan aku kembali mengerang panjang. “aaaaaaaaaaaaagh…. sakiiiiiit…. Jangaaaaan…..”, erangku tanpa daya ketika akhirnya penis itu amblas seluruhnya dalam anusku. Selagi aku mengerang dan mulutku ternganga, Soleh mengambil kesempatan itu untuk membenamkan penisnya dalam mulutku, hingga eranganku teredam. Sial, ternyata penis Soleh ini agak mirip punya Urip yang sedang menyodomiku. Begitu panjang, walaupun diameternya tidak terlalu besar, tapi penis itu cukup panjang untuk menyodok nyodok tenggorokanku. Kini tubuhku benar benar bukan milikku lagi. Rasa sakit yang hampir tak tertahankan melandaku saat Urip mulai memompa anusku. Setiap ia mendorongkan penisnya, penis Soleh menancap semakin dalam ke tenggorokanku, sementara penis Girno sedikit tertarik keluar, tapi sebaliknya, saat Urip memundurkan penisnya, penis Soleh juga sedikit tertarik keluar dari kerongkonganku, tapi akibatnya tubuhku yang turun membuat penis Girno kembali menancap dalam dalam di vaginaku, ditambah lagi Girno sedikit menambah tenaga tusukannnya, hingga rasanya penisnya seperti menggedor rahimku. Sedikit sakit memang, tapi perlahan rasa sakit pada anusku sudah berkurang banyak, dan ketika rasa sakit itu reda, aku sudah melayang dalam kenikmatan. Hanya 2 menit dalam posisi ini, aku sudah orgasme hebat, namun aku hanya bisa pasrah. Tubuhku hanya bisa bergetar, aku tak bisa bergerak banyak karena semuanya seolah olah terkunci. Dalam keadaan orgasme, mereka tanpa ampun terus bergantian memompaku, membuat orgasmeku tak kunjung reda bahkan akhirnya aku mengalami multi orgasme! Tanpa terkendali lagi, aku mengejang hebat susul menyusul, dan cairan cintaku keluar berulang ulang, sangat banyak mengiringi multi orgasmeku yang sampai lebih dari 3 menit. namun semua cairan cintaku yang aku yakin sudah bercampur darah perawanku tak bisa mengalir keluar, terhambat oleh penis Girno. Tanganku yang menumpu pada genggaman tangan Girno bergetar getar. Sementara Soleh membelai rambutku dan Urip meremas remas payudaraku dari belakang. Sungguh, aku tak kuasa menyangkal. Kenikmatan yang aku alami sekarang ini benar benar dahsyat, belum pernah sebelumnya aku merasakan yang seperti ini. Aku memang pernah bermasturbasi, namun yang ini benar benar membuatku melayang. Mereka terus menggenjot tubuhku. Desahan yang terdengar hanya desahan mereka, karena aku tak mampu mengeluarkan suara selama penis Soleh mengorek ngorek tenggorokanku. Entah sudah berapa kali aku mengalami orgasme, sampai akhirnya, “hegh.. hu… huoooooooh..”, Girno melenguh, penisnya berkedut, kemudian spermanya yang hangat menyemprot berulang ulang dalam liang vaginaku, diiringi dengan keluarnya cairan cintaku untuk yang ke sekian kalinya. Akhirnya Girno orgasme juga bersamaan denganku, dan penisnya sedikit melembek, dan terus melembek sampai akhirnya cukup untuk membuat cairan merah muda meluber keluar dengan deras dari sela sela mulut vaginaku, yang merupakan campuran darah perawanku, cairan cintaku dan sperma Girno. “Oh.. enake rek, mem*k amoy seng sek perawan…” kata Girno, yang tampak amat puas. Nafasku sudah tersengal sengal. Untungnya, Urip dan Soleh cukup pengertian. Urip mencabut penisnya dari anusku, dan Soleh tak memaksaku mengulum penisnya yang terlepas ketika aku yang sudah begitu lemas karena kelelahan, ambruk menindih Girno yang masih belum juga melepaskan penisnya yang masih terasa begitu besar untukku. Kini aku mulai sadar dari gairah nafsu birahi yang menghantamku selama hampir satu jam ini. Namun aku tidak menangis. Tak ada keinginan untuk itu, karena sejujurnya aku tadi amat menikmati perlakuan mereka, bahkan gilanya, aku menginginkan diriku digangbang lagi seperti tadi. Apalagi mereka cukup lembut dan pengertian, tidak sekasar yang aku bayangkan. Mereka benar benar menepati janji untuk tidak melukaiku dan menyakitiku seperti menampar ataupun menjambak rambutku. Bahkan Girno memelukku dan membelai rambutku dengan mesra dan penuh kasih saying, setidaknya menurut perasaanku, sehingga membuatku semakin pasrah dan hanyut dalam pelukannya. Apalagi yang lain kembali mengerubutiku, membelai sekujur tubuhku seolah ingin menikmati tiap senti kulit tubuhku yang putih mulis ini. Entah kenapa aku merasa aku rela melayani mereka berenam ini untuk seterusnya, membuatku terkejut dalam hati. “Hah? Apa yang baru saja aku pikirkan? Aku ini kan diperkosa, kok aku malah berpikir seperti itu?” pikirku dalam hati. Tapi tak bisa kupungkiri, tadi itu benar benar nikmat, belum pernah aku merasakan yang seperti itu ketika aku bermasturbasi. Lagian, apakah ini masih bisa disebut perkosaan? Selain aku pasrah melayani apa mau mereka, aku juga menikmatinya, bahkan sampai orgasme berkali kali. Lamunanku terputus saat Girno mengangkat tubuhku hingga penisnya yang sudah mengecil terlepas dari vaginaku. “Non, kita lanjutin ya”, kata Soleh yang sudah tiduran di bawahku yang sedikit mengkangkang. Aku hanya menurut saja dan mengarahkan vaginaku ke penisnya yang tegak mengacung. Aku memegang dan membimbing penis itu untuk menembus vaginaku yang sudah tidak perawan lagi ini. “Ooh… aaah….”, erang Soleh ketika penisnya mulai melesak ke dalam vaginaku. Lebih mudah dari punya Girno tadi, karena diameter penis si Soleh memang lebih kecil. Namun tetap saja, panjangnya membuat aku sedikit banyak kelabakan. “Ooh.. aduuuuh… “, erangku panjang seiring makin menancapnya penis Soleh hingga amblas sepenuhnya dalam vaginaku. Penisnya terasa hangat, lebih hangat dari punya si Girno yang kini duduk di kursi tengah ruang ini sambil merokok. Mereka memberiku kesempatan untuk bernafas sejenak, kemudian Urip mendorongku hingga aku kembali telungkup, kali ini menindih Soleh yang langsung mengambil kesempatan itu untuk melumat bibirku. Baru aku sadar, Soleh ini pasti tinggi sekali. Dan rupanya si Urip belum puas dan ingin melanjutkan anal seks denganku. Kembali aku disandwich seperti tadi. Namun kali ini aku lebih siap. Aku melebarkan kakiku hingga semakin mengkangkang seperti kodok, dan… perlahan tapi pasti, anusku kembali ditembus penis Urip yang amat keras ini, membuat bagian bawah tubuhku kembali terasa sesak. Walaupun memang tidak sesesak tadi, namun cukup untuk membuatku merintih mengerang antara pedih dan nikmat. Kini Hadi dan Yoyok ikut mengepungku. Mereka masing masing memegang tangan kiri dan kananku, mengarahkanku untuk menggenggam penis mereka dan mengocoknya. Selagi aku mulai mengocok dua buah penis itu, wali kelasku yang ternyata bejat ini mengambil posisi di depanku, memintaku mengoral penisnya. “Dioral sekalian El, daripada nganggur nih”, katanya dengan senyum yang memuakkan. Tapi aku terpaksa menurutinya daripada nanti ia berbuat atau mengancam yang macam macam. Kubuka mulutku walaupun dengan setengah hati, membiarkan penis pak Edy yang berukuran kecil ini masuk dalam kulumanku. Jadi kini aku digempur 5 orang sekaligus, yang mana justru membuat gairahku naik tak karuan. Apalagi Soleh dan Urip makin bersemangat menggenjot selangkanganku, benar benar dengan cepat membawaku orgasme lagi. “eeeeeemmmmph….”, erangku keenakan. Tubuhku mengejang, dan kurasakan cairan cintaku keluar, melumasi vaginaku yang terus dipompa Soleh yang juga merem melek keenakan. Tiba tiba penis pak Edy berkedut dalam mulutku, dan tanpa ampun spermanya muncrat membasahi kerongkonganku. Baru kali ini aku merasakan sperma dalam mulutku, rasanya aneh, asin dan asam. Mungkin karena sudah beberapa kali melihat film bokep, tanpa disuruh aku sudah tahu tugasku. Kubersihkan penis pak Edy dengan kukulum, kujilati, dan kusedot sedot sampai tidak ada sperma yang tertinggal di penis yang kecil itu. Soleh mengejek pak Edy, “Lho pak, kok sudah keluar? Masa kalah sama sepongannya non Eliza? Bagaimana nanti sama mem*knya? Seret banget lho pak”, kata Soleh, yang disambung tawa yang lain. Pak Edy terlihat tersenyum malu, dan tak berkata apa apa, hanya duduk di sebelah si Girno. Aku tertawa dalam hati, namun ada bagusnya juga, kini tugasku menjadi sedikit lebih ringan. Hadi yang juga ingin merasakan penisnya kuoral, pindah posisi ke depanku, dan mengarahkan penisnya ke mulutku. Aku mengulum penis itu tanpa penolakan, dan kocokan tangan kananku pada penis Yoyok kupercepat, mengimbangi cepatnya sodokan demi sodokan penis Soleh dan Urip yang semakin gencar menghajar vagina dan anusku. Urip tiba tiba mendengus dengus dan melolong panjang “oooooooouuuuggghh…. “, seiring berkedutnya penisnya dalam anusku, dan menyemprotkan maninya berulang ulang. Terasa hangat sekali anusku di bagian terdalam. Kini aku tinggal melayani 3 orang saja, namun entah aku sudah orgasme berapa kali. Aku amat lelah untuk menghitungnya. Dan Yoyok menggantikan Urip membobol anusku. Baru aku sadar, dari genggaman tanganku tadi pada penis Yoyok, aku tahu penis Yoyok tidak panjang, tapi… diameternya itu.. rasanya seimbang dengan punya si Girno. Oh celaka… penis itu akan segera menghajar anusku. “ooooh… oooooogh… sakiiiit…”, erangku ketika Yoyok memaksakan penisnya sampai akhirnya masuk. Namun seperti yang tadi tadi, rasa sakit yang menderaku hanya berlangsung sebentar, dan berganti rasa nikmat luar biasa yang tak bisa dilukiskan dengan kata kata. Aku semakin tersengat birahi ketika Soleh yang ada di bawahku meremas remas payudaraku yang tergantung di depan matanya, sementara Hadi menekan nekankan kepalaku untuk lebih melesakkan penisnya ke kerongkonganku. Di sini aku juga sadar, ternyata penis si Hadi ini setipe dengan punya Urip atau Soleh. Dengan pasrah aku terus melayani mereka satu per satu sampai akhirnya mereka orgasme bersamaan. Dimulai dari kedutan penis Soleh dalam vaginaku, tapi tiba tiba penis Hadi berkedut lebih keras dan langsung menyemburkan spermanya yang amat banyak dalam rongga mulutku. Aku gelagapan dan nyaris tersedak, namun aku usahakan semuanya tertelan masuk dalam kerongkonganku. Selagi aku berusaha menelan semuanya, tiba tiba dari belakang Yoyok menggeram, penisnya juga berkedut, kemudian menyemprotkan sperma berulang ulang dalam anusku, diikuti Soleh yang menghunjamkan penisnya dalam dalam sambil berteriak penuh kenikmatan. “Oooooooohh… aaaaaaargh”, seolah tak mau kalah, aku juga mengerang panjang. Bersamaan dengan berulang kali menyemprotnya sperma Soleh di dalam vaginaku, aku juga mengalami orgasme hebat. Hadi jatuh terduduk lemas setelah penisnya kubersihkan tuntas seperti punya pak Edy tadi. Lalu Soleh yang penisnya masih menancap di dalam vaginaku memeluk dan lembali melumat bibirku dengan ganas, sampai aku tersengal sengal kehabisan nafas. Yoyok yang penisnya tak terlalu panjang hingga sudah terlepas dari anusku, juga duduk bersandar di dinding. Kini tinggal aku dan Soleh yang ada di atas ranjang, dan kami bergumul dengan panas. Soleh membalik posisi kami hingga aku telentang di ranjang ditindihnya, dan penisnya tetap masih menancap dalam vaginaku meskipun mulai lembek, mungkin dikarenakan penis Soleh yang panjang. Tanpa sadar, kakiku melingkari pinggangnya Soleh, seakan tak ingin penisnya terlepas, dan aku balas melumat bibir si Soleh ini. Pergumulan kami yang panas, menyebabkan Girno terbakar birahi. Tenaganya yang sudah pulih seolah ditandai dengan mengacungnya penisnya, yang tadi sudah berejakulasi. Namun ia dengan sabar membiarkan aku dan Soleh yang bergumul dengan penuh nafsu. Namun penis Soleh yang semakin mengecil itu akhirnya tidak lagi tertahan erat dalam vaginaku, dan Soleh pun tampaknya tahu diri untuk memberikanku kepada yang lain yang sudah siap kembali untuk menggenjotku. Girno segera menyergap dan menindihku, tanpa memberiku kesempatan bernafas, dengan penuh nafsu Girno segera menjejalkan penisnya yang amat besar itu ke dalam vaginaku. Aku terbeliak, merasakan kembali sesaknya vaginaku. Girno yang sudah terbakar nafsu ini mulai memompa vaginaku dengan ganas, membuat tubuhku kembali bergetar getar sementara aku mendesah dan merintih merasakan nikmat berkepanjangan ini. Gilanya, aku mulai berani mencoba lebih merangsang Girno dengan pura pura ingin menahan sodokan penisnya dengan cara menahan bagian bawah tubuhnya. Benar saja, dengan tatapan garang ia mencengkram kedua pergelangan tanganku dan menelentangkannya, membuatku tak berdaya. Dan sodokan dem sodokan yang menghajar vaginaku terasa semakin keras. Aku menatap Girno dengan pandangan sayu memelas untuk lebih merangsangnya lagi, dan berhasil. Dengan nafas memburu, Girno melumat bibirku sambil terus memompa vaginaku. Kini aku yang gelagapan. Orgasme yang menderaku membuat tubuhku bergetar hebat, tapi aku tak berdaya melepaskannya karena seluruh gerakan tubuhku terkunci, hingga akhirnya Girno menggeram nggeram, semprotan sperma yang cukup banyak kembali membasahi liang vaginaku. Girno melepaskan cengkramannya pada kedua pergelangan tanganku, namun aku sudah terlalu lelah dan lemas untuk menggerakkannya. Ia turun dari ranjang, setelah melumat bibirku dengan ganas, lalu memberi kesempatan pada pak Edy yang sudah ereksi kembali. Kali ini, ia terlihat lebih gembira, karena mendapatkan jatah liang vaginaku, yang kelihatannya sudah ditunggunya sejak tadi. Dengan tersenyum senang, yang bagiku memuakkan, ia mulai menggesekkan kepala penisnya ke vaginaku yang sudah banjir cairan sperma bercampur cairan cintaku. Tanpa kesulitan yang berarti, ia sudah melesakkan penisnya seluruhnya. Aku sedikit mendesah ketika ia mulai memompa vaginaku. Namun lagi lagi seperti tadi, belum ada 3 menit, pak Edy sudah mulai menggeram, kemudian tanpa mampu menahan lagi ia menyemprotkan spermanya ke dalam liang vaginaku. Yang lain kembali tertawa, sedangkan aku yang belum terpuaskan dalam ‘sesi’ ini, memandang yang lain, terutama Hadi yang belum sempat merasakan selangkanganku. Hadi yang seolah mengerti, segera mendekatiku. Terlebih dulu ia mencium bibirku dengan dimesra mesrakan, membuatku sedikit geli namun cukup terangsang juga. Tak lama kemudian, Hadi sudah siap dengan kepala penis yang menempel di vaginaku, lalu mulai melesakkan penisnya dalam dalam. Ia terlihat menikmati hal ini, sementara aku sedikit mengejang menahan sakit karena Hadi cukup terburu buru dalam proses penetrasi ini. Selagi kami dalam proses menyatu, yang lain sedang mengejek pak Edy yang terlalu cepat keluar. Ingin aku menambahkan, penisnya agak sedikit lembek. Tapi aku menahan diri dan diam saja, karena aku tak ingin terlihat murahan di depan mereka. Hadi mulai memompa vaginaku. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku. Pinggangku bergerak gerak dan pantatku sedikit terangkat, seolah menggambarkan aku yang sedang mencari kenikmatan. Selagi aku dan Hadi sudah mulai menemukan ritme yang pas, aku melihat yang lain yaitu Yoyok dan Urip akan pergi ke wc, katanya untuk mencuci penis mereka yang tadi sempat terbenam dalam anusku. Sambil keluar Urip berkata, “nanti kasihan non Eliza, kalo mem*knya yang bersih jadi kotor kalo kont*lku tidak aku cuci”. “iya, juga, kan kasihan, amoy cakep cakep gini harus ngemut ****** yang kotor seperti ini”, sambung Yoyok. Oh.. ternyata mereka begitu pengertian padaku. Aku jadi semakin senang, dan menyerahkan tubuhku ini seutuhnya pada mereka. Kulayani Hadi dengan sepenuh hati, setiap tusukan penisnya kusambut dengan menaikkan pantatku hingga penis itu bersarang semakin dalam. Tanpa ampun lagi, tak 5 menit kemudian aku orgasme disusul Hadi yang menembakkan spermanya dalam liang vaginaku, bersamaan dengan kembalinya Yoyok dan Urip. Namun mereka berdua ini tak langsung menggarapku. Setelah Hadi kembali terduduk lemas di bawah, mereka berdua mengerubutiku, tapi hanya membelai sekujur tubuhku, memberiku kesempatan untuk beristirahat setelah orgasme barusan. Mereka berdua menyusu pada payudaraku, sambil meremas kecil, membuatku mendesah tak karuan. Kini jam sudah menunjukkan pukul 21:00 malam. Tak terasa sudah satu jam aku melayani mereka semua. Dalam keadaan lelah, aku minta waktu sebentar pada Urip dan Yoyok untuk minum. Keringat yang mengucur deras sejak tadi membuatku haus. “Sebentar bapak bapak, saya mau minum dulu ya”, kataku. Kebetulan di tasku ada sekitar setengah botol air Aqua, sisa minuman yang tadi sore, tapi aku langsung teringat, minuman itu dicampur obat cuci perut yang mengantarku ke horor di ruang UKS ini. “Pak Girno. Itu air sudah bapak campurin obat cuci perut kan? Tolong pak, belikan saya minuman dulu. Tapi jangan dicampurin apa apa lagi ya pak”, kataku sambil akan turun dari ranjang untuk mencari uang dalam dompet yang ada di dalam tas sekolahku. Tapi Girno berkata, “Gak usah non. Saya belikan saja”. Girno pergi ke wc sebentar untuk mencuci penisnya, kemudian kembali dan mengenakan celana dalam dan celana panjangnya saja. Lalu ia keluar untuk membeli air minum untukku. Sambil menunggu, yang lain menggodaku, merayuku betapa cantiknya aku, betapa putih mulusnya kulit tiubuhku yang indah dan sebagainya. Aku hanya tersenyum kecil menanggapi itu semua. Tak lama kemudian, Girno kembali sambil membawa sebotol Aqua, yang segelnya sudah terbuka. Aku menatapnya curiga, dan bertanya dengan ketus. “Pak, masa bapak tega mencampuri air minum ini lagi? Nanti kan saya mulas mulas lagi?”. Girno dengan tersenyum menjawab, “nggak non. Masa lagi enak enak gini saya pingin non bolak balik ke WC lagi. Ini cuma supaya non Eliza gak terlalu capek. Buat tambah tenaga non”. Yah.. pokoknya bukan obat cuci perut, aku akhirnya meminumnya sampai setengahnya, karena aku sudah semakin kehausan. Tak lupa aku mengambil botol sisa air minum yang tadi di dalam tasku, dan membuangnya ke tong sampah. Kemudian aku kembali ke ranjang, menuntaskan tugasku melayani Urip dan Yoyok. Tiba tiba aku merasa aneh, tubuhku terasa panas terutama wajahku, keringat kembali bercucuran di sekujur tubuhku. Padahal mereka belum menyentuhku. Aku langsung mengerti, ini pasti ada obat perangsang yang dicampurkan dalam minuman tadi. Sialan deh, aku kini semakin terperangkap dalam cengkeraman mereka. Urip dan Yoyok bergantian memompa vagina dan mulutku. Awalnya Urip melesakkan penisnya dalam vaginaku, sementara Yoyok memintaku mengoral penisnya. Karena obat perangsang itu, sebentar sebentar aku mengalami orgasme, dan tiap aku orgasme mereka bertukar posisi. Rasa sperma dari banyak orang, bercampur cairan cintaku kurasakan ketika mengoral penis mereka, dan membuatku semakin bergairah. Mereka akhirnya berorgasme bersamaan, Yoyok di vaginaku dan Urip di tenggorokanku. Sedangkan aku sendiri sampai pada titik dimana aku kembali mengalami multi orgasme. Ada 3 sampai 4 menit lamanya, tubuhku terlonjak lonjak hingga pantatku terangkat angkat, kakiku melejang lejang sementara tanganku menggengam sprei yang sudah semakin basah dan awut awutan. Aku melenguh panjang, kemudian roboh telentang pasrah, dalam keadaan masih terbakar nafsu birahi, tapi kelelahan dan nafasku yang tersengal sengal membuatku hanya bisa memejamkan mata menikmati sisa getaran pada sekujur tubuhku. Kemudian bergantian mereka terus menikmati tubuhku. Aku sudah setengah tak sadar kerena terbakar nafsu birahi yang amat hebat, melayani dan melayani mereka semua tanpa bisa mengontrol diriku. Akhirnya mereka sudah selesai menikmati tubuhku ketika jam menunjukan pukul 21:45. Mereka membiarkanku istirahat hingga staminaku sedikit pulih. Aku bangkit berdiri lalu melap tubuhku yang basah kuyup oleh keringat dengan handuk dan membersihkan selangkangan dan pahaku yang belepotan sperma. Dan dengan nakal Girno melesakkan roti hot dog ke dalam vaginaku. Aku mendesah dan memandangnya penuh tanda tanya, tapi Girno hanya cengengesan sambil memakaikan celana dalamku, hingga roti itu semakin tertekan oleh celana dalamku yang cukup ketat. Aku melenguh nikmat, dan mereka berebut memakaikan braku. Tanganku direntangkan, dan mereka menutup kedua payudaraku dengan cup bra-ku, memasang kaitannya di belakang punggungku. Lalu setelah memakaikan seragam sekolah dan rokku, mereka melingkariku yang duduk di atas ranjang dan sedang mengenakan kaus kaki dan sepatu sekolahku. Kemudian aku menatap mereka semua, siap mendengarkan ancaman kalo tidak boleh bilang siapa siapa lah.. ah, kalo itu sih nggak usah mereka mengancam, memangnya aku sampai tak punya malu sehingga menceritakan bagaimana aku yang asalnya diperkosa kemudian melayani mereka sepenuh hati seperti yang tadi aku lakukan?? Dan tentang kalo mereka ingin memperkosaku lagi di lain waktu, aku juga sudah pasrah. “Non Eliza, kami puas dengan pelayanan non barusan. Tapi tentu saja kami masih menginginkan non melayani kami untuk berikut berikutnya”, kata Girno. Aku tak terlalu terkejut mendengar hal ini, tapi aku berpura pura tidak mengerti dan bertanya, “maksud bapak?”. “Non tentu sudah mengerti, kami masih inginkan servis non di lain hari. Kebetulan, minggu depan hari kamis tu kan hari terima rapor semester 3. Dua hari sebelum hari Natal. Tanggal 24 kan libur, kami ingin non Eliza datang ke sini jam 7 malam untuk melayani kami lagi. Seperti hari ini, non cukup melayani kami 2 jam saja. Soal pertemuan berikutnya, kita bisa atur lagi nanti tanggal 24 itu. Non harus datang, karena kalo tidak wali kelas non bisa memberikan sanksi tegas. Iya kan pak Edy?” jelas Girno panjang lebar. Pak Edy mengiyakan dan berkata, “benar Eliza. Saya bisa membuatmu tidak naik kelas, dengan alasan yang bisa saya cari cari. Jadi sebaiknya kamu jangan macam macam, apalagi sampai melaporkan hal ini ke orang lain. Lagipula, saya yakin kamu cukup cerdas untuk tidak melakukan hal bodoh seperti itu”. Mendengar semuanya ini, aku hanya bisa mengangguk pasrah. Oh Tuhan.. di malam Natal minggu depan, aku harus bermain sex dengan enam laki laki yang ada di sekitarku ini… Dan aku tak bisa menolak sama sekali.. Setelah semua beres, aku diijinkan pulang. Dalam keadaan loyo, aku berjalan tertatih tatih ke mobilku, selain sakit yang mendera selangkanganku akibat baru saja diperawani dan disetubuhi ramai ramai, roti yang menancap pada vaginaku sekarang ini membuat aku tak bisa berjalan dengan normal dan lancar. Untungnya tak ada yang melihatku dan menghadangku, akhirnya aku sampai ke dalam mobil, dan menyetir sampai ke rumah dengan selamat. Sampai di rumah, sekitar pukul 22:30, aku memencet remote pintu pagar untuk membuka, lalu aku memasukkan mobilku halaman rumah. Setelah memencet remote untuk menutup pintu pagar, aku masuk ke dalam rumah, langsung menuju kamarku. Roti ini benar benar mengganggu sejak aku menyetir tadi. Rasa nikmat terus mendera vaginaku tak henti hentinya, karena setiap kaki kiriku menginjak kopling, roti ini rasanya tertanam makin dalam. Kini hal yang sama juga terjadi setiap aku melangkahkan kakiku agak lebar. Rasanya kamarku begitu jauh, apalagi aku harus naik tangga, kamarku memang ada di lantai 2. Akhirnya aku sampai ke kamarku. Di sana aku buka semua bajuku, lalu pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku, mencabut roti yang sudah sedikit hancur terkena campuran sperma dan cairan cintaku. Aku menyemprotkan air shower ke vaginaku untuk membersihkan sisa roti yang tertinggal di dalamnya, sambil sedikit mengorek ngorek vaginaku untuk lebih cepat membersihkan semuanya. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku, namun aku tahu aku harus segera beristirahat. Maka aku segera mandi keramas sebersih bersihnya, kemudian setelah mengeringkan tubuhku aku memakai daster tidur satin yang nyaman, dan merebahkan tubuhku yang sudah amat kelelahan ini di ranjangku yang empuk. Tak lama kemudian aku sudah tertidur pulas, setelah berhasil mengusir bayangan wajah puas orang orang yang tadi menggangbang aku.

Didalam Bioskop

Sebut saja namaku Kris. Aku adalah mahasiswa angkatan 2001 di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Malang dan sebagai pegawai swasta di sebuah PMA Malang. Saat ini usaiku 25 th. Aku mempunyai seorang cewek yang baru masuk kuliah. Usianya sekitar 5 tahun lebih muda dariku. Aku dan dia sudah berpacaran semenjak dia kelas II SMU, sebut saja namanya Dina. Perlu diketahui bahwa hubunganku dengan Dina kurang mendapat persetujuan dari orang tua Dina khususnya Ibu, namun walau demikian aku tak mau menyerah dan terus berhubungan dengan Dina.

Oh.. iya, kejadian yang akan kuceritakan ini kira-kira terjadi pada bulan Agustus 2002, saat itu aku sedang main ke rumahnya yang berada jauh dari kotaku, Malang, karena lokasi Dina ada di Surabaya. Setelah menempuh dua jam perjalanan, Aku pun sampai di rumahnya. Aku langsung ketuk pintu rumahnya.
“Permisi.. Dina.. ada?”, ucapku pada orang tuanya.
Selanjutnya mereka memanggil namanya, tak lama kemudian Dina pun muncul dengan pakaian yang cukup seksi, dengan mesra Dina menyambutku dengan memeluk dan menciumku!
“Hai.. baru nyampe yah”, ucapnya.
“Iya.. nih”, jawabku.
Aku pun kemudian masuk ke rumahnya, disana hanya ada nenek serta adik-adiknya saja kerena ibunya berada di Jakarta.
Singkat cerita setelah ngobrol-ngobrol, Dina mengajakku pergi nonton ke bioskop 21 Surabaya. Aku hanya tersenyum menuruti kemauannya. Dalam perjalanan Dina senantiasa bergayut mesra di tanganku bahkan kadang-kadang Dina menciumku tanpa rasa risih sedikitpun. Jam 15.30 kami sudah sampai di bioskop yang kami tuju lalu kami memesan tiket dan sengaja memilih tempat paling pojok atas.
“Biar lebih enak”, katanya.
Satu jam ruangan theater pun dibuka tanda pertunjukan akan segera dimulai, aku dan diapun segera masuk menuju ke kursi paling pojok atas, saling bergandengan. Walau baru masuk dan lampu masih terang, Dina sudah tampak begitu bernafsu. Itu terlihat dari sorot mata dan tindakan Dina yang sering “nyosor” menciumku. Ketika film dimulai maka lampupun dipadamkan sehingga petualanganpun kami dimulai.
Dalam keremangan kulihat Dina tersenyum manis terhadapku lalu dia berbisik padaku, “Say.. Aku cinta kamu.. peluk aku dong say..”.
Akupun dengan tersenyum langsung merengguh Dina dalam pelukanku, entah siapa yang memulai bibir kamipun sudah bertemu dan melakukan French kiss, sungguh indah dan nikmat berciuman dengannya. Dina begitu pandai memainkan lidahnya.. kamipun mulai saling julur lidah dan saling melumat tak terasa desah indaHPun mulai kudengar dari mulut Dina
“Mmhh..”, Dina melenguh pelan.
Segera bibirnya kulumat dengan panas. Lidahku menyusup ke dalam mulutnya yang agak terbuka, mengais-ngais lidah dan rongga mulutnya. Mulutnya mulai bereaksi membalas lumatanku.. cukup lama lidahku bermain dalam mulutnya. Tanganku yang mengelusi lehernya mulai turun menyusuri leher ke bawah menuju buah dadanya. Dari luar pakainnya, tanganku menggapai.. meraba dada kanannya lalu dada kririnya. Perlahan tanganku mulai meremas lembut buah dada tersebut.
“Mmhh.. hh..”, Dina kembali melenguh pelan.
Sementara mulut dan lidahku kembali menyerang dengan ganasnya. Tanganku mulai menarik lepas ujung bawah pakainnya dari dalam celana dan menyusup masuk. Kusentuh lansung perutnya yang halus terus ke atas menuju dada kanan. Tanganku kembali meremas-remas dada dari luar beha. Sementara itu di atas Dina dengan panas mengimbangi kulumanku. Lidahnya tak mau kalah menyelusup ke dalam mulutku. Lidah kami saling membelit dengan mulut menghisap kuat. Tanganku bergerak melakukan belain mesra pada setiap lekuk tubuhnya. Kuremas punggungnya, rambutnya, lalu Tanganku mulai menyusup dari celah cup beha masuk menyentuh langsung dan membelai mesra buah dadanya.
Jariku mencari-cari puting payudaranya. Putingnya terasa mungil namun tegang mencuat. Kuelus?elus dengan jari sambil sesekali kupilin pelan. Lenguhan Dina semakin keras. Kualihkan serangan bibir dan lidahku ke lehernya yang halus.
“Oouhh..”, erang Dina.
Dinapun mulai mengerang kenikmatan. Kuremas susunya yang masih keras dan kenyal lalu ku coba melepaskan satu.. dua.. tiga kancing bajunya. Sekarang buah dadanya sudah terbuka. Dadanya begitu putih dan indah sekali, terbungkus beha ukuran 32 B warna krem berenda menutupi buah dada yang tidak begitu besar. Achh.. Aku sampai menelan ludah menyaksikan keindahan bukit yang ranum itu. Kutatap sejenak wajah Dina yang tampak merona merah menahan nafsu, kembali mulutku mengecupi leher dan belakang telinga, sementara tanganku sudah menyusup kebalik beha meremasi dan membelai mesra secara langsung bukit dada yang sudah mengembang tegang. Jariku memilin putingnya yang mungil.
“Oouuhh..”, Dina melenguh sambil menggelinjang.
Tanganku terus bermain di bukit dadanya sebelah kanan kemudian berpindah ke dada kiri. Mulutku bergerak menyusuri leher, dengan jilatan panas dan basah terus menuju bawah. Kubelai dan kukecup buah dadanya dari atas behanya oh.. begitu halus sekali kulitnya. Kuremas buah dada itu dari balik behanya.
“Ouggh..”, desisnya nikmat membuatku semakin bernafsu saja.
Sementara tanganku keluar dari dalam cup beha menyelinap dan mengelus-elus punggungnya yang halus. Kubuka kaitan behanya di punggung, lepas sudah. Kupandangi wajahnya, matanya terpejam. Terpampang lah keindahan yang sesungguhnya dan benar-benar elok.
Wow.. buah dadanya begitu putih, mulus, kencang, dihiasi puting kecil mungil berwarna kemerahan di kedua ujungnya. Walau memang tidak terlalu besar, bahkan cenderung kecil namun tampak sangat kenyal sekali bagai buah apel muda. Tapi justru itulah keindahannya. Buah dada yang tidak besar namun kencang seperti yang umumnya dimiliki gadis chinese, sungguh mendatangkan pesona bagai sihir yang sangat luar biasa dan tak pernah habis.
Perutnya rata, putih halus tanpa noda dihiasi dengan pusar yang indah. Mulutku segera mendarat di perut, lidahku menjilati pusarnya, bergerak terus ke atas dengan jilatan hangat menyusuri perut menuju dada kirinya. Sesampai di dada tidak langsung menuju pusat tapi mengitari lereng bukit dadanya dengan jilatan basah.
lalu dengan lembut ku kecup susu itu secara melingkar di setiap sisinya.
“Achh..oughh.. Mas..”, Dina kembali mengerang.
Puas menyusuri lereng dadanya mulutku menuju puncak dadanya, lidahku menjilati putingnya dengan mesra. Kemudian mulutku pun langsung mengulum buah dada tersebut. Buah dada kiri itu segera hilang dalam mulutku. Mulutku langsung menyedot kuat sambil lidahku mengais-ngais putingnya. Di bawah, jariku sudah masuk ke dalam kemaluannya. Kugerakan maju mundur perlahan, terasa lubang itu semakin basah. Tanpa disadari tangan Dina pun mulai bergerilya melakukan remasan pada selakanganku hingga membuat penisku mulai berdiri.
“Aduhh.. ohh.. sstt..”, Dina semakin mengerang.
Kembali kulumat dan kuremas habis buah dadanya yang wowww.. begitu kenyal dan nikmat, setelah puas kuturunkan ciumanku ke perutnya kusapu setiap jengkal halus kulitnya dengan juluran lidahku. Tanganku pun tak berhenti mengusap dan meremas setiap lekuk tubuhnya lalu dengan pasti kuremas selakangannya.
“Ehmm..”, Dina menggelinjang mesra.
Kubuka resulting celananya dan sedikit kutarik kebawah.. lalu tanganku pun mulai merayap membelai selakangannya yang masih tertutup CD warna krem juga
“Aahh.. sstt.. acchh..”, Dina terus mendesis tertahan menerima setiap rangsangan dariku.
Sementara itu tanganku sudah menyusup ke dibalik CDnya sambil tanganku mengelus-elus. Tanganku pun menyentuh bulu-bulu halus jembutnya yang tidak terlalu lebat. Terus bergerak ke bawah menuju pusat lubang kewanitaannya. Tampak Cdnya sudah mulai lembab basah. Jariku menggesek-gesek sesekali menekan dan meremas di mulut kewanitaannya.
“Ach.. mhh.. Mas”, Dina mendesah.
Segera saja kukecup bibirnya agar desahannya tidak terlalu keras dan mengganggu penonton lain. Di bawah, tanganku tetap menggesek-gesek mulut kemaluannya sambil jari-jariku mulai membelai dan sesekali menusuk menerobos ke dalam lubang kenikmatannya sehingga menjadi semakin basah.
“Oohh.. Mas..”, Dina kembali mendesah.
Tubuhnya menggeliat perlahan, terlonjak dengan pantatnya terangkat naik menhan geli dan nikmat karena takut menganggu penonton lain. Aku semakin bersemangat menyedot-nyedot buah dadanya dan jariku terus semakin cepat bergerak keluar masuk di lubang kemaluannya sambil ku gesek juga klitorisnya. Ada sekitar 5 menit aku mempermainkan buah dada dan lubang kemaluannya.
Hingga tak lama kemudian tiba-tiba tubuhnya menegang dibarengi dengan erangan tertahan. Kakinya kaku, lurus mengarah ke bawah. Pangkal pahanya menjepit tanganku. Tubuh Dina mengejang beberapa saat.
Kurasakan ada aliran cairan putih, kental dan hangat yang meleleh mengalir dari lubang kemaluannya dengan derasnya.
“Achh.. aku.. aku.. keluar.. sayang..”, desisnya tertahan ketika orgasme.
Dina tergolek lemas dengan mata terpejam. Kukeluarkan tanganku dari dalam celananya yang basah. Lalu kupeluk dan kukecup mesra Dina, kucium jariku yang blebotan cairan putih kental yang tadi keluar dari memek Dina setalah melaksanakan tugasnya. Ohh.. harum sekali bau cairan memeknya itu!
Setelah beberapa saat istirahat, kurasakan tangan Dina mulai menjalar lagi membelai mesra dadaku lalu Dina mencium dan mengulum bibirku serta tangannya yang mulai meraba-raba penisku dan diusap-usapnya di dalam. Kemudian Dina mulai membuka resulting celanaku.. dan dikeluarkannya penisku dari sarangnya yang sudah keras dan berdiri tegak bagai rudal scud AS. Dibelai dan dikocoknya dengan mesra penisku.
“Oochh..” desisku tertahan.
Terasa bergetar seluruh syarafku, ngilu, geli bercampur nikmat kini kurasakan dari belaiannya pada penisku. Dina terus mengocok dan mengurut-urut penisku membuat penisku makin tegak berdiri lalu kulihat mukanya di turunkan ke arah selakanganku.. tak lama kemudian.. auchh.. terasa lidahnya dengan lembut mengusap helm penisku
“Uiich..” kembali aku mendesah.
Rasanya bener-bener sulit dibayangkan lalu tanpa sadar ku tekan kepalanya agar lebih dalam lagi ke selakanganku hingga akhirnya penisku bener-bener masuk ke dalam mulutnya. Dina pun mulai menyedot, menghisap dan menjilati penisku di dalam mulutnya
“Ooh.. yess.. ohh..”, Aku menahan nikmat.
Aku blingsatan dibuatnya namun aku terus bertahan agar tidak teriak dan terlalu banyak gerak, takut dilihat penonton lain.
Ahh.. bener-bener hebat dan nikmat apa yang dilakukan Dina.. tangannya pun tak tinggal diam, ikut mengurut batang penisku.. Lama-lama akupun tak tahan, diiringi desis nikmat dari mulutku keluarlah spermaku dalam mulutnya
“Sstt.. aahh.. oohh.. Din.. aku.. keluar.. oohh.. nikmat Din.. oohh..” seruku.
Dinapun terus menjilati dan menelan habis semua spermaku. Lalu kuangkat mukanya dan kucium bibirnya yang masih ada sedikit spermaku, kukulum lidahnya, kuremas buah dadanya.. dengan nikmat.. lalu ku ucapkan, “Terima kasih Dina.. terima kasih sayang”!
Dina tersenyum dan kembali mengecupku.. mesra. Aku dan Dina pun segera merapikan pakaian kerana film akan segera habis. Benar saja.. baru saja kami selesai dan merapikan pakaian, lampu menyala terang benderang.. aahh untung.. udah selesai..! Andaikan tadi lagi tanggung tak dapat dibayangkan.. betapa malunya kami.
Lalu kamipun pulang dengan perasaan senang dan bahagia apalagi aku sampai pulangpun aku masih kerkenang peristiwa tadi.

Selasa, 30 Oktober 2012

Cerita Dewasa: Kenikmatan Gadis 12 Tahun

Lia adalah yang tergolong imut dan manis untuk gadis seusianya. Entah kenapa, aku ingin sekali bersetubuh dengan Lia, aku ingin menikmati rasanya lubang kelamin Lia, yang kubayangkan pastilah masih sangat sempit. Ahhh.. nafsuku kian membara karena memikirkan hal itu. Aku mencoba mencari akal, bagaimana caranya agar keperawanan Lia bisa kudapatkan dan kurasakan. Kutunggu saja waktu tepatnya dengan sabar. 

Tidak terasa, selesailah film panas yang sedang kami tonton. Suara Lia akhirnya memecahkan keheningan. 
"Oom, tuh tititnya berdiri lagi". kata Lia sambil menunjuk ke arah batang kemaluanku yang memang sedang tegang.

"Iya nih Lia, tapi biarin saja deh, gimana dengan filmnya?" jawabku santai.
"Bagus kok Oom, persis seperti apa yang papa dan mama lakukan, dan Lia ada beberapa pertanyaan buat Oom nih". Lia sepertinya ingin menanyakan sesuatu.
"Pertanyaannya apa?" tanyaku.
"Kenapa sih, kalo olahraga gituan harus masukin titit ke apa tuh, Lia ngga ngerti?" tanya Lia.
"Oh itu.., itu namanya titit dimasukkan ke lubang kencing atau disebut juga lubang memek, pasti papa Lia juga melakukan hal itu ke mama kan?" jawabku menerangkan.
"Iya benar Oom, papa pasti masukin tititnya ke lubang yang ada pada memek mama". Lia membenarkan jawabanku.
"Itulah seninya olahraga beginian Lia, bisa dilakukan sendiri, bisa juga dilakukan berdua, olahraga ini khusus untuk dewasa". kataku memberi penjelasan ke Lia.
"Lia sudah boleh ngga Oom.. melakukan olahraga seperti itu?" tanya Lia lagi. 
Ouw.. inilah yang aku tunggu.. dasar rejeki.. selalu saja datang sendiri.
"Boleh sih, dengan satu syarat jangan bilang sama mama dan papa". jelasku.

Terang saja aku membolehkan, sebab itulah yang kuharapkan.
"Lia harus tahu, jika Lia melakukan olahraga beginian akan merasa lelah sekali tetapi juga akan merasakan enak". tambahku.
"Masa sih Oom? Tapi kayaknya ada benarnya juga sih, Lia lihat sendiri mama juga sepertinya merasa lelah tapi juga merasa keenakan, sampai menjerit-jerit lho Oom, malahan kadang seperti mau nangis." 
Lia yang polos rupanya sudah mulai tertarik dan sepertinya ingin tahu bagaimana rasanya.
"Emang gitu kok. Ee, mumpung masih siang nich, mama Lia juga masih lama pulangnya, kalo Lia memang ingin olahraga beginian, sekarang saja gimana?" aku sudah tidak sabar ingin melihat pesona kemaluannya Lia, pastilah luar biasa. 
"Ayolah!" Lia mengiyakan.

Memang rasa ingin tahu anak gadis seusia Lia sangatlah besar. Ini adalah hal baru bagi Lia. Segera saja kusiapkan segala sesuatunya di otakku. Aku ingin Lia merasakan apa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kaos singlet yang menempel di tubuhku telah kulepas. Aku sudah telanjang bulat dengan batang kejantananku mengacung-ngacung keras dan tegang. Baru pernah seumur hidupku, aku telanjang di hadapan seorang gadis belia berumur 12 tahun. Lia hanya tersenyum-senyum memandangi batang kemaluanku yang berdiri dengan megahnya. Mungkin karena kebiasaan melihat papa dan mamanya telanjang bulat, sehingga melihatku telanjang bulat merupakan hal yang tidak aneh lagi bagi Lia. 

Kusuruh Lia untuk membuka seluruh pakaiannya. Awalnya Lia protes, tetapi setelah kuberitahu dan kucontohkan kenapa mama Lia telanjang bulat, dan kenapa ceweknya Tarzan juga telanjang bulat, sebab memang sudah begitu seharusnya. Akhirnya Lia mau melepas pakaiannya satu persatu. Aku melihat Lia melepaskan pakaiannya dengan mata tidak berkedip. 

Pertama sekali, lepaslah pakaian sekolah yang dikenakannya, lalu rok biru dilepaskan juga. Sekarang Lia tinggal mengenakan kaos dalam dan celana dalam saja. Di balik kaos dalamnya yang cukup tebal itu, aku sudah melihat dua benjolan kecil yang mencuat, pastilah puting susunya Lia yang baru tumbuh. Baru saja aku berpikiran seperti itu, Lia sudah membuka kaos dalamnya itu dan seperti apa yang kubayangkan, puting susu Lia yang masih kuncup, membenjol terlihat dengan jelas di kedua mataku. Puting susu itu begitu indahnya. Lain sekali dengan yang biasa kulihat dan kurasakan dari wanita malam langgananku, rata-rata puting susu mereka sudah merekah dan matang, sedangkan ini, aku hanya bisa menelan ludah. 

Payudara Lia memang belum nampak, sebab karena faktor usia. Akan tetapi puting susunya sudah mulai menampakkan hasilnya. Membenjol cukup besar dan mencuat menantang untuk dinikmati. Warna puting susu Lia coklat kemerahan, aku melihat puting susu itu menegang tanpa Lia menyadarinya. Lalu Lia melepaskan juga celana dalamnya. Kembali aku dibuatnya sangat bernafsu, kemaluan Lia masih berupa garis lurus, seperti kebanyakan milik anak-anak gadis yang sering kulihat mandi di sungai. Vagina yang belum ditumbuhi bulu rambut satu pun, masih gundul. Aku sungguh-sungguh melihat pemandangan yang menakjubkan ini. Terbengong-bengong aku dibuatnya. 

"Oom, udah semua nih, udah siap nih Oom."
Aku tersentak dari lamunan begitu mendengar Lia berbicara.
"Oke, sekarang dimulai yaaa?" Kuberi tanda ke Lia supaya tiduran di sofa.
Pertama sekali aku meminta ijin ke Lia untuk menciuminya, Lia mengijinkan, rupanya karena sangat ingin atau karena Lia memang sudah mulai menuruti nafsunya sendiri, aku kurang tahu. Yang penting bagiku, aku merasakan liang perawannya dan menyetubuhinya siang ini. Aku ciumi kening, pipi, hidung, bibir dan lehernya. Kupagut dengan mesra sekali. Kubuat seromantis mungkin. Lia hanya diam seribu bahasa, menikmati sekali apa yang kulakukan kepadanya.

Setelah puas aku menciuminya, 
"Lia, boleh ngga Oom netek ke Lia?" tanyaku meminta.
"Tapi Oom, tetek Lia kan belon sebesar seperti punya mama." kata Lia sedikit protes.
"Ngga apa-apa kok Lia, tetek segini malahan lebih enak." kilahku meyakinkan Lia.
"Ya deh, terserah Oom saja, asalkan ngga sakit aja." jawab Lia akhirnya memperbolehkan.
"Dijamin deh ngga sakit, malahan Lia akan merasakan enak dan nikmat yang tiada tara." jawabku lagi.

Segera saja kuciumi puting susu Lia yang kiri, Lia merasa geli dan menggelinjang-gelinjang keenakan, aku merasakan puting susu Lia mulai mengalami penegangan total. Selanjutnya, aku hisap kedua puting susu tersebut bergantian. Lia melenguh menahan geli dan nikmat, aku terus menyusu dengan rakusnya, kusedot sekuat-kuatnya, kutarik-tarik, sedangkan puting susu yang satunya lagi kupelintir-pelintir.
"Oom, kok enak banget nihhh oohhh enakkk" desah Lia keenakan.
Lia terus merancau keenakan, aku sangat senang sekali. 

Setelah sekian lama aku menyusu, aku lepaskan puting susu tersebut. Puting susu itu sudah memerah dan sangat tegangnya. Lia sudah merasa mabuk oleh kenikmatan. Aku bimbing tangannya ke batang kemaluanku. 
"Lia, kocok dong tititnya Oom Agus". aku meminta Lia untuk mengocok batang kemaluanku.
Lia mematuhi apa yang kuminta, mengocok-ngocok dengan tidak beraturan. Aku memakluminya, karena Lia masih amatir, sampai akhirnya aku justru merasa sakit sendiri dengan kocokan Lia tersebut, maka kuminta Lia untuk menghentikannya. 

Selanjutnya, kuminta Lia untuk mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, tanpa bertanya Lia langsung saja mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, aku terpana sesaat melihat vagina Lia yang merekah. Tadinya kemaluan itu hanya semacam garis lurus, sekarang di hadapanku terlihat dengan jelas, buah klitoris kecil Lia yang sebesar kacang kedelai, vaginanya merah tanpa ditumbuhi rambut sedikit pun, dan yang terutama, lubang kemaluan Lia yang masih sangat sempitnya. Jika kuukur, hanya seukuran jari kelingking lubangnya. 

Aku lakukan sex dengan mulut, kuciumi dan hisap kemaluan Lia dengan lembut, Lia kembali melenguh. Lenguhan yang sangat erotis. Meram melek kulihat mata Lia menahan enaknya hisapanku di kemaluannya. Kusedot klitorisnya. Lia menjerit kecil keenakan, sampai tidak berapa lama.
"Oom, enak banget sih, Lia senang sekali, terussinnn" pinta Lia.
Aku meneruskan menghisap-hisap vagina Lia, dan Lia semakin mendesah tidak karuan. Aku yakin Lia hampir mencapai puncak orgasme pertamanya selama hidup.
"Oommm ssshhh Lia mau pipis nich.." Lia merasakan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar, seperti ingin kencing.
"Tahan dikit Lia tahan yaaa sambil aku terus menjilati, dan menghisap-hisap kemaluannya."
"Udah ngga tahan nich Oommm aahhh" Tubuh Lia mengejang.

Tangan Lia berpegangan ke sofa dengan erat sekali, kakinya menjepit kepalaku yang masih berada di antara selangkangannya. Lia ternyata sudah sampai pada klimaks orgasme pertamanya. Aku senang sekali, kulihat dari bibir lubang perawannya merembes keluar cairan cukup banyak. Itulah cairan mani nikmatnya Lia.
"Oohhh Oom Agus Lia merasa lemes dan enak sekali apa sih yang barusan Lia alami, Oom?" tanya Lia antara sadar dan tidak.
"Itulah puncaknya Lia.., Lia telah mencapainya, pingin lagi ngga?" tanyaku.
"Iya.. iya.. pingin Oom" jawabnya langsung.

Aku merasakan kalau Lia ingin merasakannya lagi. Aku tidak langsung mengiyakan, kusuruh Lia istirahat sebentar, kuambilkan semacam obat dari dompetku, obat dopping dan kusuruh Lia untuk meminumnya. Karena sebentar lagi, aku akan menembus lubang perwannya yang sempit itu, jadi aku ingin Lia dalam keadaan segar bugar. Tidak berapa lama, Lia kulihat telah kembali fit. 

"Lia tadi Lia sudah mencapai puncak pertama, dan masih ada satu puncak lagi, Lia ingin mencapainya lagi kan..?" bujukku.
"Iya Oom, mau dong" Lia mengiyakan sambil manggut-manggut.
"Ini nanti bukan puncak Lia saja, tetapi juga puncak Oom Agus, ini finalnya Lia" kataku lagi menjelaskan.
"Final?" Lia mengernyitkan dahinya karena tidak paham maksudku.
"Iya, final.., Oom ingin memasukan titit Oom ke lubang memek Lia, Oom jamin Lia akan merasakan sesuatu yang lebih enak lagi dibandingkan yang tadi." akhirnya aku katakan final yang aku maksudkan.
"Ooh ya, tapi.. Oom.. apa titit Oom bisa masuk tuh? Lubang memek Lia kan sempit begini sedangkan tititnya Oom.. gede banget gitu" Lia sambil menunjuk lubang nikmatnya.
"Pelan-pelan dong, ntar pasti bisa masuk kok.. cobain ya..?" pintaku lagi.
"Iya deh Oom" Lia secara otomatis telah mengangkangkan kakinya selebar-lebarnya. 

Kuarahkan kepala kemaluanku ke lubang vagina Lia yang masih super sempit tersebut. Begitu menyentuh lubang nikmatnya, aku merasa seperti ada yang menggigit dan menyedot kepala kemaluanku, memang sangat sulit untuk memasukkannya. Sebenarnya bisa saja kupaksakan, tetapi aku tidak ingin Lia merasakan kesakitan. Kutekan sedikit demi sedikit, kepala kemaluanku bisa masuk, Lia mengaduh dan menjerit karena merasa perih. Aku menyuruhnya menahan. 

Efek dari obat dopping itu tadi adalah untuk sedikit meredam rasa perih, selanjutnya kutekan kuat-kuat. Blusss Lia menjerit cukup keras, 
"Ooommm tititnya sudaaahhh masuk kkaahhh?"
"Udah sayang tahan ya" kataku sambil mengelus-ngelus rambut Lia. 
Aku mundurkan batang kemaluanku. Karena sangat sempitnya, ternyata bibir kemaluan Lia ikut menggembung karena tertarik. Kumajukan lagi, kemudian mundur lagi perlahan tetapi pasti. 

Beberapa waktu, Lia pun sepertinya sudah merasakan enak. Setelah cairan mani Lia yang ada di lubang perawannya semakin membanjir, maka lubang kenikmatan itu sudah sedikit merekah. Aku menggenjot maju mundur dengan cepat. 
"Ahhh.. inikah kemaluan perawan gadis imut. Enak sekali ternyata."  Hisapannya memang tiada duanya. 

Aku merasa keringat telah membasahi tubuhku, kulihat juga keringat Lia pun sudah sedemikian banyaknya. Sambil kuterus berpacu, puting susu Lia kumainkan, kupelintir-pelintir dengan gemas, bibir Lia aku pagut, kumainkan lidahku dengan lidahnya. Aku merasakan Lia sudah keluar beberapa kali, sebab aku merasa kepala batang kemaluanku seperti tersiram oleh cairan hangat beberapa kali dari dalam lubang surga Lia. 

Aku ganti posisi. Jika tadi aku yang di atas dan Lia yang di bawah, sekarang berbalik, aku yang di bawah dan Lia yang di atas. Lia seperti kesetanan, bagaikan cowboy menunggang kuda, oh enak sekali rasanya di batang kemaluanku. Naik turun di dalam lubang surga Lia. 

Sekian lama waktu berlalu, aku merasa puncak orgasmeku sudah dekat. Kubalik lagi posisinya, aku di atas dan Lia di bawah, kupercepat gerakan maju mundurku. Lalu aku peluk erat sekali tubuh kecil dalam dekapanku, kubenamkan seluruh batang kemaluanku. Aku menegang hebat. Crruttt crruttt Cairan maniku keluar banyak sekali di dalam lubang kemaluan Lia, sedangkan Lia sudah merasakan kelelahan yang amat sangat. 

Aku cabut batang kemaluanku yang masih tegang dari lubang kemaluan Lia. Lia kubiarkan terbaring di sofa. Tanpa terasa, Lia langsung tertidur, aku bersihkan lubang kelaminnya dari cairan mani yang perlahan merembes keluar, kukenakan kembali semua pakaiannya, lalu kubopong gadis kecilku itu ke kamarnya. Aku rebahkan tubuh mungil yang terkulai lelah dan sedang tertidur di tempat tidurnya sendiri, kemudian kucium keningnya. Terima kasih Lia atas kenikmatannya tadi. Malam pun tiba. 

Keesokan harinya, Lia mengeluh karena masih merasa perih di vaginanya, untungnya Tante Linda tidak tahu. Hari berlalu terus. Sering kali aku melakukan olahraga senggama dengan Lia, tentunya tanpa sepengetahuan Oom Joko dan Tante Linda.

Tamat

Jumat, 26 Oktober 2012

Cerita Dewasa: Bercinta dengan 2 Anak SD dan Pembantunya

Cerita sex ini jarang terjadi. Anak-anak kecil SD perawan mulai belajar ngentot. Payudaranya saja belum tumbuh sudah mulai coba-coba berhubungan seks. Berikut Kisahnya.

Aku mempunyai tetengga belakang rumahku yang bernama Ita dan Anggi.Ita orangnya manis,tinggi,dan bongsor mirip anak yang berumur 16 tahun. Dia masih kelas 6 SD sedangkan Anggi adik Ita yang sedang kelas 4 SD. Dia juga bongsor sama dengan Ita tetepi bedanya dia agak pendek dan juga Anggi lebih putih, cantik serta lincah juga.


Ita anaknya montok dan yang membikin aku tidak tahan adalah pentilnya yang besar itu berukuran 32B. Dia suka memakai celana pendek dan atasannya hanya memekai kaos tipis dalamnya memakai kaos dalam yang longgar tanpa Bh atau Bh saja sehingga pentilnya yang berwarna coklat muda kelihatan sedikit membayang bila memakai kaos dalam saja.

Kalau Anggi orangnya suka memakai rok mini yang minim banget atau sebatas pertengahan paha sehingga paha mulus Anggi kelihatan dan atasannya memakai kaos tipis tanpa memakai pakaian dalam sama sekali sehingga pentilnya yang berukuran 32A kelihatan tercetak jelas.

Dia juga senang menggodaku dengan memakai celana ketat sepangkal paha milik Ita tanpa celana dalam dan atasannya memakai tank top tanpa miniset (dia suka memakai miniset) bila aku bermain kerumahnya kalau tidak ada orang tuanya sehingga semua tubuhnya terbayang jelas dibalik pakaiannya yang serba tipis membuat aku tak tahan.Dan bila dia sudah begitu aku langsung mendekatinya dan memeluk serta meraba raba pentil dan tempiknya yang membukit dibalik celana ketatnya.

Kalau Ita suka menggoda aku bila bermain kerumahnya dengan memakai rok Anggi yang mini didalamnya tanpa celana dalam dan atasanya hanya memakai kaos dalem putih/coklat tipis banget hingga pentilnya seperti dia pamerkan kepadaku.

Aku menyetubuhinya pertama kali saat aku, Ita, dan Anggi berenag dikolam renang rumah Ita. Ceritanya begini:

Saat itu hari Minggu (12 Februari 2003) aku main kerumah Ita dan Anggi yang kelihatannya lagi sepi. Saat aku tanya ke Anggi papa dan mamanya lagi kemana dia mengatakan kalau papa dan mamanya lagi ke Semarang dan pulangnya lusa dan dirumah hanya ada mereka berdua dan pembantu perempuan yang berumur 22 tahun bernama mbak Asih.

Lalu aku mengajaknya berenang dirumahnya yang ada kolam renangnya dibelakang rumahnya. Anggi langsung senang dan mengajak Ita kakaknya. Ita langsung keluar dan saat itu dia hanya memakai kimono tidur dan kelihatanya dia tidak memakai apa apa didalamnya dia mengiyakan ajakan adiknya. Aku langsung masuk kerumahnya yang sedang sepi itu dan mencuri curi pandang kearah tempik dan paha Ita yang kelihatan saat Ita duduk didepan ruang keluarga. Saat itu aku memakai celana ¾ yang dari bahan parasut atasanya kaos junkies.Aku meminjam celana Ita agar bajuku tidak basah.

“Ita aku pinjam dong celana kamu biar bajuku tidak basah” kataku
“Sebentar yah aku ambilin” katanya dan dia meminjamiku celana yang ketat tapi bisa mengembang berwarna kuning
“Bentar yah aku ganti baju dulu” katanya dan masuk ke kamar Anggi.

Aku langsung mengganti bajuku dengan celana Ita didepan Tv karena Anggi dan Ita sedang berganti baju di kamar Ita. Saat itu aku sedang telanjang tanpa memakai apapun dan Anggi keluar tanpa aku sadari karena posisiku didepanya membelakanginya. Ita dari tadi memperhatikanku dari belakang. Tau tau dia sudah memegang kontolku yang sedikit ngaceng karena melihat paha dan tempik Ita.

“Eh kok menganggu angguk ini apa sih, ada rambutnya lagi?” tanyanya sambil memegang kontolku
“Eh Anggi kamu sudah ganti baju” tanyaku gugup tapi tanpa menepis tangan Anggi yang memegangi kontolku karena Anggi meremas remasnya sehingga kontolku geli geli nikmat rasanya.

“Ya sudah dong” katanya sambil tetap meremas kontolku.
Dia memakai baju renang yang sangat sexy banget bawahnya celana dalam nilon tipis berwarna pink terusanya seperti tank top tipis banget dari kaos berwarna kuning sehingga semua bentuk tubuh Anggi kelihatan sekali menambah ketegangan kontolku apalagi ditambah remasan Anggi.

“Lepasin dong kan sakit tititku” kataku pura pura tapi didalam hati aku berkata nanti aja kalau kita udah berenang.
Dia melepaskan kontolku aku langsung memakai celana Ita. Kontolku membayang jelas dibalik celana nilon tipis Ita mirip ulat yang melintang keatas. Lalu aku ikutan duduk dan memeluk Anggi yang sedang duduk dikursi ruang keluarga itu. Aku memeluknya dari belakang karena Anggi duduknya membelakangiku. Tanganku langsung hinggap dipentil Anggi dan meremasnya pelan pelan.

“Ah geli,eh…tapi kok enak yah” katanya sambil memegang tanganku tanpa menariknya.
“Enakkan, tadi tititku juga keenakan kayak gini” kataku sambil berusaha memasukan tanganku kedalam pakaian renang Anggi dan menarik tali pakaian renangnya yang berbentuk tank top itu hingga terlepas sedikit tapi sudah memperlihatkan pentil Anggi yang sebesar tutup teko itu.

“Nggi balik sini dong” kataku sambil menariknya agar menghadap ke aku.
Dia langsung berbalik dan saat itu juga pentil indah milik gadis kecil terlihat jelas dihadapanku. Pentil cewek kecil dengan puting merah muda menggemaskan

“Eh diliatin terus” katanya sambil menarik kembali tali bajunya keatas dan aku hanya senyum saja.
Saat itu Ita keluar. Pakaian Ita tak kalah sexynya dengan adiknya. Dia memakai tank top dengan terusan rok sebatas lutut dari bahan nilon berwarna hitam dan kelihatanya dia tak memakai apa apa didalamnya karena pentilnya jelas tercetak dibalik tengtopnya yang tipis.

“Wah kamu cantik banget lho Ta” kataku.
Pandangan Ita kebawah bagian kontolku.
“Ih lucu apaan tuh yang panjang” katanya menunjuk kontolku
Dasar anak anak kataku dalam hati.
”Ini namanya titit” kataku sambil ngeluarin kontolku yang sejak tadi ngaceng.

“Ta aku nggak pakai ini aja deh, kesempitan” kataku sambil melepas celana Ita memperlihatkan kontolku yang berjembut lebat lalu mengembalikanya.
Aku sengaja melepasnya karena aku ingin Anggi dan Ita melihat kontolku dan supaya kontolku bebas bergerak.

“Ya udah sini aku kembaliin” katanya sambil meraba kontolku.
Seeerrrr tangan halusnya menyentuh kontolku yang mengangguk angguk ngaceng.

Lalu kami keluar dan kekolam renang dibelakang rumah dan tak lupa menutup pintu depan rumah Ita agar tak ada tamu yang datang. Aku berenang dengan mereka dengan telanjang bulat tanpa malu malu karena mereka belum mengerti apa apa. Saat aku tidak berenang dan tiduran di pinggir kolam sambil mengelus elus kontolku yang aku biarkan tegang Ita mendekatiku lalu disusul Anggi dibelakangnya.

“Eh lucu kayak burung” kata Ita sambil memegang dan meremas kuat kontolku karena gemes.
Aku yang diremes jadi sedikit kesakitan
“Ukhh sakit Ta jangan diremes tapi diginiin” kataku sambil menaik turunkan kontolku.
Lalu Ita memegangnya dan menaik turunkan kontolku.
“Begini”katanya
“Shhhh….ahhhh Taa mmhhh” kataku sambil memegangi pundaknya.
“Kenapa sakit ya tititnya” tanyanya menghentikan kocokanya
“Nggak kok terusshhh enak kok” kataku lalu tanganku memegang pentil Ita yang basah tercetak dipakaiannya.
“Jangan pegang basah nih” katanya sambil terus mengocokku.
Aku tak peduli dan terus meremas pentilnya malah menurunkan tali tank top yang ada di bahunya hingga pentilnya yang putih mulus dengan puting coklat muda kelihatan menggiurkan.

“Shhhh terusss” kata Ita mulai merasa keenakan pentilnya aku remas remas.
“Kak ikutan dong" Anggi dari belakang lalu duduk menghadapku.
“Stop, berhenti dulu aku ajarin yang enak mau nggak?”tanyaku
“Apaan sih” kata Ita
“Iya,apaan” sahut Anggi
Wah kebetulan nih pikirku.
“Kita main ibu dan bapak” kataku
“Gimana?” tanya keduanya hampir bersamaan
“Gini, biar aku buka pakaian renang kalian lalu kita main” kataku sambil berusaha melepas pakaian Ita
“Iya deh” jawab Ita.Lalu aku melepas tank top Ita hingga Ita telanjang dan pakaian atas Anggi lalu cawet nilon Anggi dan membuang semua itu sembarangan.

“Nah sekarang Anggi dulu” kataku mendekati Anggi dan menidurkan Anggi dikursi pantai panjang yang didekat kolam renang.

“Kamu tiduran ya terus nikmati aja” kataku sambil membelai belai pentil Anggi yang putih mulus dan putingnya yang berwarna merah muda itu.
Lalu aku mencium bibir Anggi dan melumat bibirnya. Mulanya dia hanya diam tapi lama lama dia membalasnya dan lidahku masuk kedalam mulutnya. Emhhhh…manisnya ludah milik Anggi. Kami berciuman lama sambil tanganku meremasi pentil serta memelintir putingnya. Ita hanya memperhatikan kami.

“Eh seperti yang di film yang ditonton papa sama mama” katanya.
Aku terus saja melanjutkan permainanku dengan Anggi hingga ciumanku turun kedaerah pentil. Disana mulut dan lidahku mengulum dan menciumi pentil Anggi yang kiri dan tanganku yang kiri meremas pentilnya yang kanan.

“Shhh akhhh…kak Ita enak kak, Anggi sukaaa” katanya diiringi rintihan keenakan.
Lalu ciumanku turun keperut dan kebawah terus hingga sampai di daerah tempiknya yang belum ada bulunya sama sekali. Tempiknya putih banget dengan bukit melintang indah ke bawah serta ada sesuatu seperti mengintip sebesar kacang. Aku hirup aroma tempiknya dalam dalam…mhhh haruuuum banget melebihi semua madu. Lalu aku menciumnya dan memainkan bibirku di tempiknya yang basah terus lama lama lidahku sudah menyusuri tempiknya.

“Kakhhh Ita gawukku diapain kok enak sihhh” teriaknya

Ita hanya mnonton karena juga tidak mengerti. Lalu aku memasukkan lidahku kedalam tempik Anggi hingga masuk dan menjilati tempiknya yang sudah basah cairan kenikmatannya sampai kedaerah itilnya.

“sluuup sruupp sllluuuupp amhhh” suara lidahku memainkan tempik Anggi
“Shhhh miaahhhhh kak Itaaa Nikmat sekali kak, Anggi nggak tahan” katanya sambil tangannya meremas rambutku hingga acak acakan.
Kedua tanganku bermain di pentilnya yang terbebas. Hingga tiba tiba Anggi berteriak.

“Kak, Anggi mau pipis kak…akhhhhh…"
"serrr…sserrrr…sseerrr..seeerrrr" 4 kali tempiknya mengeluarkan cairan pejuh.
Aku langsung menghabiskan cairan itu hingga habis karena rasanya sangat enak, gurih, manis. Dia kelihatan lemes banget dengan nafas memburu.

“Kok enak banget, Anggi keenakan sekali” katanya
“Sekarang aku ajarin ngulumin tititku ya” kata ku

“Sekarang kamu gantian diatas terus masukin tititku ke mulutmu dan emutin Nggi” kataku sambil membaringkan tubuhku dikursi.
Lalu Anggi memegang kontolku dan meremasnya lalu menjilat helmku yang berwarna merah tegang sekali.

“Ayo Nggi emut seperti kamu ngemut es” kataku sambil mendorong kepala Anggi kebawah kontolku.
Lalu Anggi mengulum kontolku tapi hanya 1/4 nya saja karena kontolku besar (panjang 17 cm dan berdiameter 5 cm). Dia mengulumnya dengan kasar maklum baru pertama sampai kena giginya. Rasanya sakit sakit, geli, nikmat, enak bercampur jadi satu. Kontolku kena gigi tapi justru itu yang menambah nikmat bagiku.

“Sluurrrppp…slurrpp….nyot..nyoot” bunyi kulumannya pada kontolku.
“Shhh…yahhhh terus Anggi, kamu pintar banget” kataku
“Ita kamu sini dong deket aku biar kamu enak juga” kataku agar Ita mendekat.
Setelah Ita mendekat tanganku langsung menyambar pentilnya dan meremas remasnya
“Ehhh…shhhhh tetekku sakit tau” katanya tapi tak berusaha menyingkirkan tanganku.

Jadinya kontolku dikulumin cewek kecil dan tanganku meremasi pentil cewek cantik juga, sungguh pas dan nikmat sekali. Hingga aku akan segera akan keluar.
“Ssshhhhh mhhhh…croottt…crrooottt…crrooott” 3 kali panjang panjang aku menembakkan air pejuhku kemulut Anggi

“kamu pipis kok nggak bilang sih” kata Anggi sambil mengelap pejuh yang meleleh keluar sampai dipipinya
“Tapi kok enak yah rasanya” katanya lagi
“Nggi kamu tiduran lagi dong biar aku ajaring yang lain” kataku.
Lalu aku bangun digantikan Anggi yang ganti tiduran dikursi.
“Apa lagi sih” tanya Ita
“Enak deh liat aja” kataku bersiap siap naik ke kursi lagi lalu aku menyuruh Ita kocokin kontolku yang mengecil.

“Ta kocokin dong biar ngaceng lagi nih” kataku sambil memegangi kontolku.
Lalu Ita memgang dan mengocoknya hingga ngaceng kembali. Setelah ngaceng aku siap siap akan memasukkan kontolku kedalam tempiknya Anggi. Aku menggenggam kontolku dan mengarahkan kelobang tempik Anggi.

“Nggi tahan dikit yah aku mau masukin kontolku” kataku sambil memegangi kontolku
“Masukin aja aku pingin rasain kaya papa sama mama main ginian” katanya sambil jarinya menyentuh helmku
“Ita kamu bantuin aku dong, tarik gawuknya Anggi biar agak lebar Ta” kataku lalu Ita menarik tempik Anggi kekiri dan kekanan dan aku lalu mendorong kontolku.

Susah banget masuknya dan baru 3 kali sodokan helmku mulai masuk…bleeeshhh…
“Kaaakhhh Ita sakit kak”teriak Anggi
“Tahan sedikit Nggi” kataku lalu mendorong kontolku hingga ½ masuk kontolku sudah menabrak selaput dara Anggi.
Aku berhenti sebentar lalu menaik turunkan kontolku hingga Anggi kembali mendesah desah tanda dia merasa keenakan lagi. Lalu tiba tiba…bleessss…prett kontolku merobek selaput daranya dan masuk semua hingga amblas ketempik Anggi yang sempit. Kontolku seperti diremes remes dengan karet hingga sakit sakit tapi enak.

“Aaaaakkkhhhhh kak Ita,gawukku perih” teriak Anggi dan aku terus diatas Anggi.
Saat Anggi sudah sedikit tenang aku kembali menggerakkan pantatku naik turun. Pertama Anggi meringis ringis.

“Shhhh sakiiit…udah dong gawukku sakit” rintihnya tapi aku tak peduli karena aku sudah gatel banget.
Tapi lama lama rintihanya berubah jadi erangan dan desahan kenikmatan.

“Shhh…ahhhhh aakkhhhh….yaahhhh kak Ita kok enak ya kak sakit tapi nikmat” katanya tak beraturan
“Anggi gawukmu nikmat banget Nggi aku suka banget deh shhhh…aakhhhh” kataku keenakan juga sambil bergerak turun naik diatas tubuh mulus Anggi

Gerakanku makin lama makin cepat hingga akhirnya.
“Kak Ita Anggi pipis lagi kakhh…shhh..aaahhhhh….ssshhhhhh..aahhh” teriakanya membuatku makin cepat menggenjot tempiknya hingga akhirnya
“Akhhh sseeerrr…sseerrr.sseeerr…seerr” kali ini lebih banyak pejuh yang keluar dari tempik Anggi.
Lalu aku mencabut kontolku yang belum keluar dan belum puas.  Lalu aku menjilati tempik Anggi.Kulihat ditempiknya ada cairan putih dan ada darah yang meleleh tanda dia sudah tidak perawan lagi. Lalu aku menjilatinya sampai semua darah dan pejuh habis bersih dan aku telan semua.Rasanya enak,asin,gurih,amis darah bercampur jadi satu.

Kontolku masih kokoh tegang dan basah mengkilap oleh pejuh dan sedikit darah Anggi.
“Nggi sekarang kamu istirahat aja deh lihat giliran kak Ita”kataku
“Iya deh, Anggi juga lemes kok dan gawukku sedikit sakit” katanya sambil membelai tempiknya yang bentuknya berubah menjadi tebal dan tembem menggelembung karena sudah kumasukin kontol.
Bentuknya jadi sedikit keluar bibir tempiknya.

“Sakit ya,tapi nikmat kan?” tanyaku
“Iya sakit tapi enak kaya gimana gitu” katanya sambil tersenyum.
Aku lalu mendekati Ita yang merabai tempiknya karena kegatalan sepertinya
“Ta sekarang giliran kamu” kataku sambil menelakupkan telapakku kepentil Ita lalu meremasnya.
“Sakit nggak sih nanti” tanyanya takut sakit
“Nggak deh, malah enaaak sekali” kataku
“Tuh tititku sudah tegang ingin dimasukin kegawukmu itu” kataku sambil meremas tempiknya.
Ita lalu menutupkan pahanya agar aku tidak menggodanya lagi.
“Iya tapi pelan pelan aja yah” katanya
“Iya deh nikmatin aja kamu bakalan ketagihan” kataku lalu aku mendekati Ita dan menyodorkan kontolku kearahnya.
“Ta remasin, kocok dan kulumin dong tititku biar lebih ngaceng” kataku sambil memegang tangan Ita.
Ita lalu memegang dan meremas kontolku yang sudah ngaceng basah.

“Teruushhh…Ta kocokin Taaa,enaaakhhhh” kataku menikmati remasan dan kocokan Ita pada kontolku.
“Taaa emutin dong kaya Anggi tadi” kataku sambil menarik kepala Ita kearah kontolku.
Ita lalu membuka mulutnya dan menjilati lubang kontolku yang kemerah merahan. Rasanya seperti digesekin kekondom (kalau aku ml sama Siska pacarku, aku kadang memakai kondom biar aman, kadang Siska ngocokin kontolku yang masih berkondom). Sekarang Ita ngulumin kontolku. Hanya 1/4nya kontolku yang masuk karena panjangnya kontolku. Mhhhh….slluuuuupp…cleeep suaranya bikin aku melayang.

“Taaaa nikamatnya, kamu lebih enakan dari Anggi emutan kamu” kataku melirik Anggi yang sedang merabai tempiknya yang membengkak merah dia meringis aja.
Tiba tiba ada yang akan keluar dari kontolku.

“Shhh akhh teruushhh ttaaaa” kataku lalu…croot croot crot crot pejuhku menyembur dalam mulut Ita.
Ita menelan semua pejuhku karena dia tau kalau rasanya enak.Aku lalu bangun dari kursi dan menidurkan Ita kekursi.

“Ta sekarang kamu gantian yang rasain” kataku lalu aku mencium tempiknya lalu aku jilat bibir tempiknya (tempiknya putih bersih belum ada bulunya sama sekali dan berbau sedap cairan kewanitaanya). Aku menjilat,mencium,melumat sampai cairan Ita jadi habis semua.

“Akhhh shhhh…mhhhhh…shhhh…akhhh” rintihan Ita semakin indah. Setelah beberapa saat akhirnya dia sampai juga.
“Aaahhhh…aku pipis enakhhhh sekali…ssuuuurrr…suurrr..ssuuurrrrr” Ita menyemburkan pejuh panjang panjang sampai mengenai mukaku lalu aku menjilatinya sampai bersih serta meratakan pejuhnya dimukaku.

“Ukhhh enak sekali aku sampai lemas” katanya sambil berbaring terlentang.
“Gimana enakan?, sekarang kamu rasain kaya Anggi tadi yah” kataku sambil memegangi pentilnya yang mengeras dan mencuat tegang puting coklatnya.
Lalu aku menaikin tubuh Ita yang telentang siap.
“Ta tahan dikit yah kalau perih” kataku sambil memegangi kontolku kerah tempiknya Ita

“Nggi bukain dong gawuk kak Ita” kataku pada Anggi lalu Anggi menarik tempik Ita kekanan dan kekiri membukanya. Terlihat bagian dalam tempik perawan Ita basah, merah muda dan berkedut kedut. Aku mendorong kontolku berkali kali tapi susah dan baru yang kelima kalinya aku berhasil, sepertinya tempi Ita malah lebih sempit dari punya Anggi. Sleeep….kepala kontolku baru masuk tapi Ita sudah teriak kesakitan.

“Ukhhh…periiihh…sakiiit banget” katanya sambil tangannya mencengkeram pinggangku agar tidak masuk lagi.
Setelah Ita agak tenang aku kembali menekan kontolku masuk lagi…sleeep..
”Akhhhh” teriak Ita. Setelah ½ lebih kontolku seperti menyentuh selaput tipisnya.

“Kamu muncul lagi yah, ntar kamu aku robek” kataku dalam hati lalu aku dengan tiba tiba menekan kontolku sekuat tenaga.

“Slup…Brett akhhhh sakiiit” teriak ita mencengkeram pinggangku kuat kuat.
Aku diam aja sambil menikmati jepitan dinding tempik ita yang kuat seperti mau menghancurkan kontol tegangku. Setelah nafas Ita agak teratur aku kembali menaik turunkan kontolku mengobok obok tempik perawan Ita.

“Akhhh shhhh sakiiit pelan pelan dong periiih nih” teriaknya tapi aku tidak peduli.
“Aku kenthu kamu Ta biar tempikmu perih” kataku dalam hati kegemesan
“Sleep…sleep…cleep…cleeep” genjotanku naik turun makin lama makin cepat

“Akhhh…shhhh….akhhhh sakiit” teriak Ita kesakitan tapi pinggangnya malah bergerak kekanan dan kekiri.
Lama lama teriakannya berubah menjadi desahan nikmat.

“Shhh..akhhhh…skhhh…akhhh enak bangethh siih kalau gini terus Ita mau dong” katanya sambil menekan pinggulku.

“Akhhh taaa gawukmu sempit nikmat banget taaa” kataku sambil menggenjot tempiknya yang lama lama menjadi lancar nggak seret lagi dan basah oleh cairan kenikmatannya.

“Sleep…sleepp..cluup…cluup” irama kanthuku membuat Anggi masturbasi dengan memasukkan dua jari mungilnya ketempiknya yang sekarang telah membesar itu

“Kak Ita, Anggi gateeel” kata Anggi sambil mengeluar masukkan jarinya secara cepat
Aku agak bosan dengan posisi itu lalu mencabut kontolku dari tempik Ita.
“Kenapa dicabut sih gatel nih” kata Ita sambil menarik kontolku agar masuk kembali
“Bentar Ta kita ganti posisi” kataku lalu menunggingkan Ita

“Nah kamu terus gini aja ntar kamu lebih enak lagi” kataku sambil mendorong kontolku ketempiknya.
Ternyata kontolku masih saja kesulitan masuknya karena tempiknya memeng sempit sekali. Bleeeeeesss….kontolku masuk pelan pelan.

“Akhhhh teruushh masukin dong lagi” katanya.
Aku lalu memaju mundurkan pantatku secepatnya biar Ita kesakitan (tujuanku agar aku mendapat variasi
“Sleep…sleep.sleep…sleep…cplok…cplok…cplok” suara selakanganku menabrak pantat bulat Ita

“Akhhh…shhhh….akhhh terus dong enak nih” katanya.
Lama lama aku sudah merasakan akan keluar sesuatu dari kontolku dan Ita sepertinya juga begitu
“Akhh aku mau pipis lagi” katanya
“Aku juga Ta kita sama sama yuuuk” ajakku lalu aku memeluknya erat erat karena biar semua pejuhku masuk dalam rahim Ita

“Crott…croot…croot..suurrr…surr..suurr” kami sama sama memuntahkan pejuh kami.
Aku memeluk Ita erat sekali hingga kontolku mengecil dalam tempiknya.Rasanya enaak sekali melebihi Siska dulu pertama aku kenthu.

Kami sama sama lelah, karena udah panas udaranya kami segera masuk kerumah Ita. Ita dan Anggi hanya membawa pakaian renangnya  dan tidak memakainya karena malas. Kami masuk ke dalam dan saat sampai di dapur kami kepergok mbak Asih yang lagi duduk membaca majalah Aneka.

“Ehh kalian sedang renang ya” katanya sambil memandangi kontolku yang bebas terlihat olehnya
“Iya mbak (aku kalau memanggilnya mbak) kami berenang dikolam tadi” kataku
“kok pakaian renang dik Ita dan dik Anggi dilepas” katanya lagi
“Kami tadi main ayah dan ibu” kata Ita menyahut
“Ooooo kalian main ginian yah” kata Bi Asih sambil mengeluar masukkan jarinya kedalam ibu jari dan telunjuknya yang dikaitkannya.
“Iya mbak Ehhh…kami” kataku gugup
“Kenapa sih mbak nggak diajak, mbak kan mau ikutan” kata mbak Asih sambil mendekatiku dan merabai kontolku otomatis kontolku ngaceng lagi

“Tadi enak nggak dik?” tanya mbak Asih
“Enaak banget mbak” kata Anggi
“Tapi kok periih banget ya mbak?” kata Ita
“Tapi enak kan” kataku membiarkan tangan mbak Asih bermain dikontolku yang sudah ngaceng lagi

“mbak kalau mau ikutan dikamar Ita aja tapi berdua aja yah kami kecapaian” kata Ita lalu kami masuk kekamar Ita.
Saat itu mbak Asih memakai rok kolor hitam atas lutut atasannya memakai kaos oblong ketat tipis menampakkan Bhnya yang berukuran 36C berwarna pink (aku tau ukurannya setelah aku kenthu dengan bi Asih, bahkan aku menyimpannya untuk kenang kenangan bila aku ingin kenthu dengannya atau bila aku ngocok sendiri).

Setelah dikamar Ita aku mengunci kamar hingga didalam kamar hanya ada aku dan mbak Asih sedang Ita dan Anggi nggak ikut karena kecapaian katanya.

“uh besarnya kontolmu Ndra mbak jadi ingin rasain” katanya sambil menggerakkannya naik turun.
“Shhhh mbak enak mbak kocokanmu” kataku sambil merabai pentil mbak Asih yang masih memakai pakaiannya.
Lalu aku mengangkat kaos mbak Asih keatas dan melapasnya hingga terlihatlah Bh pink mbak Asih yang kelihatan sexy.

“Mbak Bhnya lepasin ya, Indra pingin lihat susumu ini” kataku sambil meraba susunya yang kencang montok dan menantang.
Aku memang sudah lama ingin mengenthu mbak Asih tetapi aku nggak enak mengajak dan baru sekarang
“Iya Ndra susuku juga ingin kamu lumatin” katanya tetap remesin kontolku.
Bhnya aku epas dan aku taruh diranjangnya Ita. Sekarang Bhnya lepas dan mbak Asih telanjang dada.
Pentilnya besar, montok dan putingnya merah mencuat keatas membuat mataku melotot tak puas memandang

“Mbak indah banget mbak” kataku lalu meremasnya kegemasan
“Mhhh akhhh terus remes Ndra susu mbak As gatel” katanya lalu aku mencium bibirnya dan mbak Asih membalas ciumanku serta melumat bibirku lalu kami bermain lidah (ludah mbak Asih rasanya manis banget nggak kalah sama Ita dan Anggi) sambil tetep remasin susunya.
Setelah puas ciuman aku menurunkan ciumanku kelehernya dan menggigiti lehernya sampai memerah lalu turun sampai kepentilnya.Disana aku melumat susunya lalu lama lama aku melumat putingnya yang mencuat indah.

“Mhhh yahh Ndra teruus sayang” katanya sambil meremas belakang kepalaku
Aku melumat pentil mbak Asih kiri kanan gantian,bila aku lumat kiri tanganku meremas yang kanan tapi bila aku lumat yang kanan tanganku meremas yang kiri.

Aku lalu menarik rok kolor mbak Asih kebawah sampai lepas hingga tempik mbak Asih telihat bebas. Ternyata mbak Asih nggak pakai celana dalam pantesan tadi duduknya didapur kakinya ditutupin handuk.Tempik mbak Asih menggunduk tebal dengan jembut lebat menghiasi bukit tempiknya.

Aku langsung memandang keindahan hutan mbak Asih tak berkedip. Mbak Asih yang masih muda (boleh dibilang remaja) mirip cewek cina karena putihnya mbak Asih, susunya putih montok dengan puting merah mencuat sedangkan tempiknya tebal membukit dengan bulu jembut yang rimbun idah pasti semua cowok akan langsung onani bila melihatnya telanjang.

“Udah Ndra kok dipandang terus” katanya mengaitkan pahanya dan duduk ditepi ranjang.
Aku hanya senyum saja lalu mendorong mbak Asih telentang lalu menjilat tempiknya yang sudah sangat basah dan berbau enak.Jilatanku naik turun terus melumat lumat hingga mbak Asih kelojotan keenakan.

“Akhh Ndraa kamu nakal sayang, teruuusshhhh” katanya sambil meremas remas bantal.
Aku terus saja mengerjai tempiknya sampai mbak Asih mengangkat kepalaku dan berkata
“Udah Ndra masukin aja kontol kamu itu aku sudah ingin rasain” katanya sambil mengangkangkan paha mulusnya lalu aku menaiki tubtuhnya dan mengarahkan kontolku ketempik rimbunnya.
Ternyata susah banget hingga 4 kali usaha baru masuk. Slleep kepala kontolku baru masuk.

“Akshhh pelan pelan yah Ndra” kata mbak Asih
Lalu aku menekan lagi pantatku masuk hingga 3/4nya kontolku seperti menekan sesuatu selaput. Ternyata mbak Asih masih perawan.
“Mbak asih perawan ya?” tanyaku
“Iya,mbak baru main ini” katanya
“Nggak apa apa mbak aku mengambil perawan mbak?” kataku
“Nggak apa apa kok,malah mbak senang bisa ngasih kepada orang yang mbak cintai” ternyata mbak asih suka padaku.Lalu aku menekan lagi pantatku hingga Bless….preet sleput itu telah sobek.

“Akh sakit Ndra terusin aja kok mbak nggak apa apa” katanya.Aku lalu mendiamkan kontolku didalam tempik mbak asih menikmati pijatan sexynya
“Shhh mbak makasih yah enak sekali, aku kapan kapan mau lagi” kataku meremasi pentilnya yang sudah keras.
“Iya sayang” katanya membelai bibirku sambil menitikka air matanya.
Ternyata mbak Asih benar benar mencintaiku. Lalu aku menaik turunkan pantatku pelan pelan makin lama makin cepat.Dari seret sampai lancr keluar masuknya

“Sleep..sleepp..cleep..cleep….akhhhh….shhh…akhhh..mbaakkk….enak…"
"Indraa aku sayang kamu” teriakan kami sungguh indah.
Kami tetap pada posisi itu hingga akhirnya mbak Asih mendorong tubuhku hingga kontolku terlepas dari tempiknya dan menyuruhku dibawah.

“Sayang kamu dibawah yah biar aku rasain diatas” katanya lalu dia menduduki kontolku yang basah mengkilat.Sleeeeepp kontolku masuk pelahan lahan.
“Aahh…” desahannya memulai gerakannya naik turun.
Slee…cleep…cleep..seeepp irama kenthu kami yang indah.

Kami tak hentinya bergerak, mbak Asih naik turun sedang aku meremas remas pentilnya yang bergerak naik turun seirama gerakan pinggul sexynya hingga akhirnya…
“Mbak aku sampai…”kataku
“Ahhh aku juga sayang kita keluarin sama sama yuuukkkhhhh” teriaknya
Sleep..cleep..cleepp…akhhh…shhh..akhhh ..shhh lalu serrrr…serrrr…serrrrr kami sampai hampir bersama sama tapi aku hanya mengeluarkan pejuh sedikit banget karena sudah terkuras tadi. Mbak Asih lalu rebah diatas tubuhku kelelahan dan kontolku masih didalam tempiknya sampai mengecil lagi.

“Indra aku cinta kamu Ndra” katanya sambil menitikan air matanya diatas tubuhku
“Tapi aku sudah menjadi pacar Siska” kataku sambil menghapus air matanya
“Aku nggak peduli asal kamu juga sayang aku, kamu mau kan menyayangiku?” katanya lagi
“Iya sayang aku akan mencintai kamu walau kamu yang kedua” kataku memeluknya keharuan
“Ohh…Ndra aku sayang kamu dan aku nggak peduli walau kamu milik Siska yang penting aku memiliki kamu” kata cintanya tulus padaku

“Aku cinta kamu yang” sambil mencium bibirnya dari bawah tubuhnya aku berkata.
Aku sungguh terharu sampai aku ikutan menangis (aku orangnya romantis dan sangat sentimen). Aku menurunkan tubuh indah sayangku yang kedua setelah aku kehabisan nafas keberatan. Lalu kami tertidur kelelahan dan aku memeluknya penuh kasih sayang karena aku diam diam juga menyayanginya.

Sejak saat itu aku resmi jadi pacarnya walau dia rela menjadi yang kedua setelah Siskaku. Aku juga sering menemui Ita dan Anggi sampai saat ini bila aku lagi gatel ingin kenthu atau ingin rasain air pejuhnya. Saat dia pulang sekolah sekolah dengan jalan aku membolos sekolah karena aku ingin kenthu dengannya dialam terbuka (aku suka berexperimen dengan sex).

Cerianya begini:

Saat aku tau kalau jam 11 siang Ita pulang dari SDnya aku langsung menunggunya digardu ronda dekat sekolahnya karena aku tau jalan itu satu satunya jalan bila dia pulang sekolah.saat dia sampai digardu aku langsung memanggilnya dan kebetulan dia jalan sendirian tidak sama temennya.

Dia kupanggil langsung saja kearahku karena tau aku yang memanggil.
“Ada apa sih,kamu bolos yah” katanya sambil senyum
“Iya nih kangen sama kamu yang” kataku
“Yuk jalan kesana yuk” kataku mengajaknya kearah persawahan (sekolahan Ita dekat persawahan yang luas)
“Yuk deh” katanya menggandeng tanganku mesra.
“Ita aku kangen kamu sama permainan kita” kataku memeluk pundaknya dari samping setelah mendapatkan tempat yang agak terlindung dan sepi.
“Yang bener aja deh” katanya memegang tanganku yang dipundaknya.
“Iya,sampe sampe aku bolos begini” kataku lalu tanganku yang satunya meraba kakinya hingga terus sampai kepahanya.
“Kamu nakal deh” katanya membiarka aku menyingkap rok merah seragamnya
“Kita main yuk” kataku lalu aku menciumnya dan dia membalas lumatanku pada mulutnya karena dia sudah terbiasa aku lumatin.
Tanganku meremas pentilnya setelah aku menidurkannya dirumput yang tempatnya terhalang semak rimbun. Kami ciuman lama banget sampai mulutku basah oleh ludahnya.

Lalu aku membuka kancing seragam putih SDnya dan melepasnya serta meletakakn disamping kami. Ita memakai kaos dalam putih dan aku segera mengangkatnya keatas hingga terlepas dan dia hanya tersenyum kepadaku tanganya mengelusi kontol tegangku yang sudah tadi dia keluarin dari celana panjangku (aku sengaja nggak pakai celana dalam karena aku sudah ada rencana) hingga tampak miniset putih yang masih menghalangi pentilnya.

“Kok kamu pakai miniset sih kmau nggak sexy dong” kataku menggodanya
“Aku malu kok teteku udah gede nih” katanya menutupi pentilnya yang terhalang miniset kecil putih.
Aku lalu menaikkan minisetnya danmelepasnya dari tubuh kecilnya.
“Ta kamu pakai lagi dong kaos dalemmu sama seragammu” kataku menyodorkan baju seragamnya
“Kok di pakai lagi?” katanya
“Pokoknya kamu pakai aja deh” kataku lalu dia memakai semuanya tanpa miniset putihnya.

Setelah selesai aku melepaskan celana panjangku, mendekatinya dan memangkunya sehingga dia diatasku. Aku menyingkapkan rok merahnya keatas dan dia hanya diam saja meremasin kontolku yang mengacung keatas.Kusingkap roknya hingga terbuka sampai pangkal pahanya,terlihatlah celana dalam hijau ada bunga bunga kecil miliknya.

“Ta aku lepasin yah” kataku sambil menarik cawet hijaunya kebawah dan Ita hanya mengangguk.
Setelah lepas tangan kananku meraba raba tempiknya yang masih gundul itu naik turun sedang tangan kiriku masuk kedalam kaos dan seragam putihnya meremas susunya yang berukuran 32B itu

“Ahhhh kamu” desahnya mulai keenakan sambil mengocok kontol itemku.
Kami bermain pegang pegangan hingga kami puas lalu aku menyuruhnya tidur dan aku menindihnya terbalik (posisi 69) lalu aku menjilati, mengulum serta mengerjai tempiknya hingga basah cairan kenikmatan dan dia mengemut kontolku hingga kami sama sama mengeluarkan pejuh. Setelah keluar aku menyruhnya bangun dan berdiri menungging.

Aku lalu menyingkap rok merahnya keatas sampai pantat dan tempiknya mengintip serta mendekatkan konotlku siap aku masukkan. Sleeeeeeppp kontolku masuk dengan mudah karena Ita sudah sering aku kenthuin.

“Ta enak nggak?” kataku mendiamkan kontolku didalam tempiknya dan memegangi pinggang rampingnya
“Ahhhh Ndra kontolmu nakal sekali” katanya sambil nungging dan pegangan pada pohon kelapa.
Aku lalu mulai memaju mundurkan pantatku agar kontolku keluar masuk tempik Ita. Gerakanku mulanya lambat tapi lama lama mulai cepat dan lebih cepat.

“Shhhh….akkhhhh…mhhhh akhhhh…akhhhh nikmaaat” teriak Ita
“Taa enak,nikmat taaa” teriakku tertahan.Clep..clep…sleep…sleep irama monoton kenthu kami tapi indah.
Aku mulai bosan dengan posisi nungging lalu aku mencabut kontolku dari tempiknya.

“Ta sini aku gendong” kataku lalu menaikkan tubuh Ita dan mengarahkan kontolku lagi kedalam tempiknya.
Sleeepp kontolku masuk dengan mantap
Aku berdiri telanjang dan Ita diatasku lalu bergoyang naik turun semakin lama semakin cepat sampai rok dan seragamnya kusut.Aku memeluknya dan bibirku berciuman dengannya saling melumat dan menjilat.
Hingga akhirnya aku akan sampai
“Taa aku pipis Taaa”teriaku lagi
“Ndraa aku juga Akhhhh…”desahnya tertahan
lalu Serrr…serrrr.serrr….croottt…croottt…crroooottt kami sampai hampir bersamaan dan saling memeluk erat erat. Aku menyandarkan tubuhnya dipohon kelapa sampai beberapa saat kontolku juga didalam tempiknya. Air pejuh kami kebanyakan sampai meleleh keluar membasahi rok seragam Ita. Sungguh nikmat kenthu sambil sembunyi ditempat terbuka seperti ini.

Aku menurunkan Ita saat nafas kami kembali teratur dan mencabut kontolku dari tempiknya
“Uhhhh..ta nikmat ya tadi” kataku membelai rambut Ita yang kusut serta merapikannya
“Iya lain kali lagi yah Ndra” katanya.Aku memekai lagi celanaku dan mengambil miniset dan celana dalam hijau Ita serta menyimpannya

“Ta buat aku yah cawet dan Bh minimu” kataku sambil mengantongi pakaian dalamnya
“Buat apa?” tanyanya lalu tertawa kegelian
“Buat kenang kenangan aja” kataku
“Terus aku gimana nih” katanya sambil menyingkap roknya keatas memperlihatkan tempiknya yang tidak pakai celana dalam
“Nggak usah pakai dulu hingga kamu sampai rumah baru kamu ganti terus tetekmu itu kan agak tertutup, nggak kelihatan kok tetekmu” kataku membela belai pentilnya yang tertutup seregam dan kaos dalam.

Kami lalu pulang dan berpisah dijalan karena aku pulang jam 2 siang dan saat itu baru jam setengah satu jadi aku tadi kenthu sama Ita selama 1 ½ jam lebih. Aku dijalan sepi menciumi celana dalam Ita dan minisetnya yang berbau tubuh serta keringatnya. Baunya kecut kecut segar tapi aku bener benar suka malah bila aku sedang terangsang dan tidak ada penyaluran aku lalu menjilat serta menyedot aroma wangi pakaian itu sambil mengocok kontolku sampai puas.

Aku juga pernah menemui Anggi secara sembunyi ketika Anggi membeli sesuatu diwarung sebelah rumahku. Saat itu Anggi membeli rokok yang disuruh oleh papanya dan aku menemuinya serta menyuruhnya kembali menemuiku setelah dia mengembalikan rokok papanya. Setelah dia mengembalikan rokok papanya dia menemuiku lagi dan langsung aku ajak dia pergi kesawah deket rumahku yang tempatnya sepi.

“Kenapa ajak aku kemari sih?” tanyanya sambil tangannya menggandeng tananku
“Nggak kok, aku pingin main aja dengan kamu” kataku lalau aku memeluk pundaknya dan telapak tanganku langsung meraba susu kanannya karena posisiku ada dikirinya.
Dia malah semakin memelukku erat karena dia memang suka aku remesin susu mininya

“Eh, remasin dong teteku…kan lama nggak kamu remesin” katanya centil lalu aku memasukkan tanganku kekaos dan kaos dalamnya yang longgar lalu mencari susu mini yang aku sukai.
Aku meremas remas dengan lembut karena Anggi suka diremesin lembut.

Terasa sekali susu Anggi belum keras dan lembut karena belum ada rangsangan.
“Enak terusin yah” katanya lalu kami berjalan beriringan kegubuk yang agak tersembunyi.
Setelah sampai aku segera mendudukan Anggi di tikar lusuh yang ada digubuk itu lalu aku membuka kancing kaosnya karena kaos Anggi memakai kancing didadanya.

“Nggi main lagi yuk, tititku gatel nih Nggi” kataku sambil menidurkannya dan menindih tubuh kecil Anggi setelah membuka kancing kaos Anggi
“Iya yuk aku juga sudah lama nggak main lagi sama kamu” katanya lalu tangan Anggi meraba kontolku yang mulai ngaceng sejak sampai digubuk tadi.

Lalu aku melumat bibir Anggi dan dia membalasnya tak kalah ganas karena sudah sering aku lumatun bibir merahnya.Tanganku langsung meremas susunya yang mulai mengeras dan pentilnya mencuat tegang.Saat kami sedang ciuman aku menaikkan kaosnya sampai terlepas lalu kaos dalamnya sekalian hingga Anggi telanjang dada terlihat susunya mengeras dengan pentil coklat muda tegak mengacung menantang.Aku lalu melepaskan lumatanku pada bibir mungil Anggi dan mulai melumati pentil kirinya yang tegang mengacung sambil tangan kiriku meremas susu kanannya yang bebas.

“Aaahhh….ssshhhhh enaaak teruuss ya…” katanya sambil merabai kontolku yang ngaceng.
Setelah agak lama aku mengerjai susunya secara bergantian lalu tanganku mulai melorotkan celana selutut ketat hitam Anggi hingga Anggi telanjang bulat karena Anggi tidak memakai celana dalam (biasanya Anggi memakai celana ketat itu sebagai ganti celana dalam). Tanganku segera menggosok gosok tempiknya yang mulai membasah pertanda Anggi sudah terangsang. Tempik Anggi sekarang kelihatan tebal dan dikanan kiri bibir tempiknya ada daging yang menyelaput tapi daging itu justru membuat enak jika disetubuhi.2 Jari tanganku aku masukkan kedalam lubang tempiknya lalu mengeluar masukkannya secara cepat seperti menyetubuhinya.

“Aahhh…shhhhh sakiiit jangan pakai jari dong” katanya sambil tangannya memegangi lenganku kesakitan.Aku tak peduli hingga tempiknya berdarah menganai jariku.
Setelah sadar tempik Anggi berdarah aku menghentikan jariku dan melihat Anggi menangis sambil tiduran.
Aku segera saja naik ketubuh Anggi dan mengarahkan kontolku yang tegak mengacung acung kearah tempiknya yang merah merekah segar sekali kelihatannya.Sleeeepp..kontolku masuk perlahan lahan
“Ukhhh pelan pelan aja yah” katanya lalu aku mulai menggerakan pantatku maju mundur memompa tempiknya.

Terasa nikmat, licin, geli bercampur jadi satu menjadi sensasi setubuh anak anak yang membuat kami ketagihan. Kami bertahan pada posisi itu sampai kami sama sama melepaskan pejuh kami.
“Akhhh…Anggi sampai nih..serr…serr..serrrr…seerr” teriakan Anggi nyaring dan kurasa ada aliran hangat melumuri kontolku.
Lalu aku merasa kontolku semakin mengeras dan ingin memuncratkan air surga.
“Nggiiiii….emut kontolku aku mau pipis sayang” kataku lalu mencabut kontolku dari tempiknya.
Crroootttt….crrootttt….croottt lalu Anggi melumat ½ kontolku hingga pejuhku habis keluar.

“mhhh enak sekali pejuhmu” katanya sambil mengocok ngocok kontolku mencari sisa air pejuhku.
“Udah dong Nggi” kataku lalu memasukkan lagi kontolku ketempiknya dan memangku Anggi ditikar gubuk duduk berpangkuan karena kontolku belum juga melemas.

“Belum lemes ya” katanya lalu mengambil kaosnya menutupi daerah kemaluan kami yang masih menyatu.
“Kenapa ditutup, kan nggak ada orang” kataku memakaikan kaosku ketubuhnya.
“Biar nggak saru” katanya kegenitan.
Kami tetap menyatukan kelamin kami hingga Anggi tertidur dalam pelukanku tapi kontolku nggak mau lemes juga akhirnya aku diam menikmati remesan remesan lembut tempik Anggi pada kontolku.

Kami juga sering main bersama,berdua atau bertiga. Kadang dirumah Ita kadang dirumahku kadang dirumah Siska pacar kesatuku. Aku dan Siska juga sering main seks diluar ruangan karena kami juga menyukai petualangan yang seru. Kami main di sekolahan juga pernah.

Dulu Siska dan aku bolos jam pelajaran berdua lalu kami sembunyi dikamar mandi yang letaknya memang agak tersembunyi dan tertutup. Pada saat dikamar mandi aku memeluk Siska dari belakang dan memasukkan tanganku kebaju seragamnya lalu meremas remas susunya dari luar kaos dalamnya dan diluar Bh mini Siska setelah puas aku membuka 3 kancing atas baju seragam Siska lalu aku mengangkat kaos Siska dan membuka kancing Bhnya lalu talinya aku tarik kekanan dan kekiri melewati bahu dan tangannya kemudian melepasnya singkatnya susu Siska tertutup tetapi hanya seragam dan kaos dalamnya. Lalu tanyanku menurunkan semua celanaku hingga celana dalamku sekalian menampakkan kontolku yang tegang mengangguk angguk minta dimasukin. Kemudian aku menurunkan celana dalam merah Siska tanpa melepas rok Siska.

Kemudian aku mendekati Siska dari belakang dan mengarahkan kontolku dari belakang (kami sudah sama sama nafsu). Sleeeepp…blesss aku langsung memasukkan kontolku terburu buru karena sempit waktu membuat kesakitan Siska.

“Aduuh pelan pelan dong Ndra, Siska sakit nih” katanya agak merintih
“Sorry Sayang aku terlalu nafsu nih”kataku lalu tanganku menyambar susunya yang menggelantung indah dibalik seragam dan kaos dalamnya.
Lalu aku mulai memaju mundurkan pantatku sambil tanganku berpegangan pada susunya dan meremasnya.
“Shhhh…ahhhh…shhhh…Ndraaaa aku sayang kamuuuu” kata Siska setengah merintih kenikmatan
“Siskaaaa aku juga, tempikmu sempiitt…nikmat Kaaaa” teriakku mengiringi kenikmatanku pada kemaluan kami.
Sleeep…bleess…cplok..cplok…cplok irama persetubuhan kami sungguh indah hingga aku ketagihan. Kami melakukan posisi nungging itu lama sekali hingga kami sama sama sampai hampir bersamaan.

“Shhh…ahhh Ndra Siska sampai nih”katanya sambil kepalanya mendongak kebelakang.
“Iya Siska sayang aku juga sampai nih, didalam yah yaaaang” kataku lalu menghunjamkan kontolku dalam dalam ditempik Siska.
Seerr…serr..serr…croot…croot…croot kami keluar hampir bersamaan lalu aku mencabut kontolku dari tempik Siska.
Kontolku terlihat basah dari air mani kami dan air kenikmatan Siska.

“Ugh…Ndra enaak banget ya” katanya sambil membenahi bajunya tetapi Siska tidak memakai kembali Bh dan celana dalamnya tetapi dia menyuruhku menyimpanya lalu aku menyimpanya disaku celanaku.
“Iya yang aku sampai ketagihan, omong omong kamu kok nggak pakai kembali celana dalammu dan Bhmu yang” kataku sambil memakai celanaku kembali.
“Nggak ah panas nih yang lagi pula aku malas lepas seragamku” katanya

Lalu kami duduk beristirahat ditepian sisi kamar mandi sambil menunggu jam pelajaran selesai sambil saling membelai kemaluan kami menikmati sisa kenikmatan yang tadi kami lalui. Setelah bel pelajaran kami masuk kekelas berdua kembali mengikuti pelajaran seperti biasa. Siska tidak banyak bergerak dari tempat duduknya karena dia tidak pakai celana dalam dan Bh dan aku segera menyimpan pakaian dalam Siska ketasku takut ketahuan.

Itulah petualangan seksku dengan cewek cewek kecil nan cantik yang membuatku ketagian. Dan kegiatan kami ini terus berlanjut sampai sekarang.

Tamat

 
Ini Cerita Dewasaku powered by blogger.com
Design by Free7 Blogger Templates Kisah Kriminal